40. Berdebar

21.7K 1.8K 107
                                    

"Enak aja tuh anak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Enak aja tuh anak. Main suruh-suruh seenaknya jidatnya sendiri. Dia pikir, gue ini pembantu apa? Awas aja kalau perjanjian kerja kita udah kelar. Habis tuh orang." Laurin mengomel seraya mengosok-gosok piring-piring kotor asal-asalan.

"Sini, Kak. Biar aku bantu."

Omelan Laurin terhenti. Lehernya tiba-tiba kaku untuk menoleh ke belakang. Ia berbalik dengan mata melebar. Jantungnya secara otomatis berdegup lancang dengan cepat. Laurin selalu menegang saat berada di dekat Atta dalam radius kurang dari 10 meter.

"E ... enggak usah," tolak Laurin gugup.

Atta tersenyum ramah, mencoba meraih piring kotor yang dipegang Laurin. "Nggak apa-apa, Kak."

"Nggak usah. Entar tangan lo kotor," tolak Laurin cepat-cepat menjauhkan piring kotor tersebut.

"Nggak apa-apa, Kak. Kakak dari tadi udah nolongin kita memanggang barbeque. Seenggaknya kakak biarin aku bantu nyuci piring." Atta kembali mencoba mengambil piring kotor yang Laurin pegang.

"Nggak usah."

Pyaaaaar

Piring itu malah terjatuh dan pecah saat Laurin mempertahankannya dari Atta. Laurin langsung kelabakan bingung membersihkan pecahan piring itu seraya merutuki diri sendiri, heran mengapa ia bisa seceroboh itu di depan Atta.

Atta tak segan-segan membantu Laurin memunguti pecahan-pecahan piring itu. Kali ini Laurin tak menolak. Ia lebih memilih menikmati kedekatannya bersama Atta. Sebisa mungkin ia menyembunyikan senyuman tipis di bibirnya. Andaikan saja ia boleh menjerit senang, pasti sudah ia lakukan sejak tadi.

"Makasih ya," kata Laurin gugup.

"Enggak, Kak. Seharusnya aku yang minta maaf. Karena aku ... piring ini jadi pecah."

"Tuh kan! Apa gue bilang. Atta tuh malaikat. Dia bukan iblis kayak Rega. Sebentar-sebentar marah, sebentar-sebentar menghina, sebentar-sebentar nyuruh ini itu," batin Laurin. "Sekarang gue nggak nyesel datang ke acara ini. Gue jadi bisa deket sama Atta hehe."

Atta segera membuang pecahan piring yang telah ia punguti. Laurin pun demikian. Ia juga membuang pecahan piring yang dipungutinya. Keduanya lantas mencuci tangan bersama.

"Aku dengar kakak belajar sama Rega ya?" tanya Atta.

"I ... iya," jawab Laurin yang masih belum bisa menyembunyikan kegugupannya.

"Aku dengar ... kakak sekarang jadi bodyguardnya Rega juga."

"Iya." Laurin mengangguk.

"Pasti Rega rajin belajar ya, Kak?"

Laurin terkekeh ringan. "Rega? Rajin belajar? Yang benar aja! Dia tuh nggak pernah belajar sama sekali."

"Oh ya?" tanya Atta kaget. Namun ia masih berusaha memasang senyuman ramah untuk Laurin.

K-U (Kelas Unggulan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang