37. Pijatan Eksklusif

23.1K 1.8K 56
                                    

Rega duduk di samping Laurin seraya memijat pelipisnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rega duduk di samping Laurin seraya memijat pelipisnya. Kepalanya terasa sedikit pusing. Mungkin karena hari ini terlalu banyak jadwal. Tangan Rega bergerak-gerak, kode bahwa ia meminta Laurin untuk mengambilkannya segelas air mineral. Laurin langsung paham. Dia bergegas menuju ke sebuah kardus, mengambil segelas air mineral dari dalam kardus itu, lalu memberikannya pada Rega.

Laurin melihat Rega dengan tatapan iba. Wajah Rega tampak pucat, dahinya berkeringat dingin, sedangkan tangannya sedikit gemetaran. Sudah jelas Rega tidak dalam kondisi fit. Laurin mengambil sapu tangan dari dalam tas bawaannya, melipatnya rapi, lalu mengusapkannya ke dahi Rega.

"Nggak usah dipaksain manggung kalau kurang fit," saran Laurin.

"Gue nggak apa-apa kok," kilah Rega.

"Tubuh seseorang itu juga memiliki kapasitas. Dari pagi sampai sore, lo sekolah. Dari habis maghrib sampai hampir tengah malam, lo syuting lah, konser lah. Apa lo nggak capek?"

"Kalau lo? Apa lo nggak capek jadi bodyguard gue?"

"Gue nggak terlalu capek. Gue kan cuma jagain lo pas datang dan pulang dari tempat konser. Saat lo tampil di panggung atau syuting, gue tidur-tiduran di ruang istrahat."

Laurin duduk berjongkok di depan kaki Rega. Ia melepaskan sepatu, melucuti kaos kaki Rega, kemudian memijat pelan kaki Rega. Laurin tahu benar di mana titik syaraf yang bisa meringankan gejala sakit kepala. Selain mengajarkan Laurin berbagai cabang ilmu bela diri, ayah Laurin juga mengajarkan cara memijat sebagai antisipasi jika ada teman Laurin yang cedera saat latihan bela diri.

"Lo itu kebanyakan kerja. Sesekali bisa nggak, lo tolak tawaran syuting? Tubuh itu juga harus dijaga. Nggak boleh dipaksakan kalau capek," imbuh Laurin yang terus memijat.

"Selain pijat dan bela diri, lo bisa apa aja?" tanya Rega penasaran.

"Gue jago masak lho," jawab Laurin bangga.

"Oh ya? Kok gue nggak percaya sih?"

"Kalau nggak percaya ya udah. Entar kalau lo percaya, lo malah nyuruh-nyuruh gue masak."

"Ngomong-ngomong ... pokoknya lo nggak boleh berhenti jadi bodyguard gue. Soalnya ... gue udah cocok sama kinerja elo. Meskipun masih ada fans yang suka pegang-pegang, tapi nggak sebanyak dulu."

"Iya," sahut Laurin malas. "Gue juga suka cara lo ngajar. Gue jadi paham. Kemarin aja pas ulangan matematika nih ya. Gue dapat nilai 50. Bagus kan?"

"50 lo bilang bagus?" Rega terlonjak.

"Heeeem ... gue nggak sabar dapat nilai 75 biar memenuhi KKM."

"Eh eh cukup pijatnya! Nih pundak gue belom!" Rega menepuk-nepuk pundaknya sendiri.

Laurin berdecak kesal. "Ya elah nih orang. Dikasih hati malah minta ginjal. Gue gibeng lo, baru tau rasa!"

"Ah bawel! Ayo cepetan pijitin pundak gue!" perintah Rega ngotot.

K-U (Kelas Unggulan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang