13. Alan dan Taekwondo

24.6K 2K 49
                                    

Laurin tengah bersemangat melatih gerakan-gerakan bela diri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Laurin tengah bersemangat melatih gerakan-gerakan bela diri. Sesekali ia menjerit saat melakukan pukulan. Maklum, akhir-akhir ini banyak sekali hal buruk yang dialami Laurin, terutama saat Rega mengaku-ngaku sebagai pacarnya di hadapan semua orang. Tak hanya di sekolah, Laurin juga mendapatkan bullying di luar sekolah dari para fans fanatic Rega.

"Stop anak-anak!" seru Pak Budi selaku guru ekstra bela diri.

Semua orang terhenti sesuai instruksi Pak Budi. Tapi karena kesal, Laurin masih asyik melakukan pukulan ke udara sehingga tak mendengar apa yang diperintahkan Pak Budi.

"Lauriiiiin!" tegur Pak Budi. "Laurin!"

Mata Laurin mengerjap, menghentikan aktivitasnya, lantas menoleh ke arah Pak Budi. "Iya, Pak?"

"Berhenti dulu. Saya ada pengumuman."

"Siap, Pak." Laurin beranjak duduk di atas lantai bersama teman-temannya yang lain, bersiap menyimak apa yang akan disampaikan Pak Budi.

"Hari ini, di kelas ekstra kita akan ada murid baru yang bergabung."

"Murid baru?" dahi Laurin berkernyit heran. "Kok bisa sih, Pak? Ini kan tengah semester. Mana bisa club taekwondo kita nerima murid baru. Lagian pendaftaran itu harusnya dilakukan di awal masuk tahun ajaran baru."

"Ini murid spesial, Laurin. Dia memiliki beberapa hak yang tidak dimiliki siswa biasa."

"Yaaa sekolah ini pilih kasih amat," keluh Laurin mengerucutkan bibir.

Pak Budi menoleh ke belakang. "Ayo silahkan masuk!" ujarnya pada seorang cowok bertopi hitam.

Mata Laurin melebar saat melihat wajah cowok tampan itu. "Alan?"

"Nah, Alan. Silahkan perkenalkan diri dulu," suruh Pak Budi.

"Hai," sapa Alan datar. "Gue Melviano Kalandra. Biasa dipanggil Alan."

"Ada yang ingin kalian tanyakan anak-anak?" tanya Pak Budi menawarkan.

"Saya, Pak!" riuh belasan gadis mengangkat tangan antusias, saling berebut bertanya pada Alan. "Saya, Pak!"

"Silahkan Retno!"

Seorang gadis menggeliat senang saat Pak Budi mempersilahkannya bertanya pada Alan. Gadis yang bernama Retno itu cepat-cepat merapikan rambutnya seraya memasang senyuman termanisnya sebelum melontarkan pertanyaan.

"Dik Alan, Kakak yang cantik, super imut, super tajir, dan super pintar ini mau tanya. Apa dik Alan masih jomblo?"

Pipi Alan berkedut risih. "Iya."

"Iya apa? Jomblo? Atau udah taken?"

"Jomblo."

Riuh suara bahagia para siswi terdengar ke seluruh ruangan sport center, terlampau senang karena merasa lega jika ternyata Alan masih jomblo.

"Dik Alan berniat cari pacar nggak?" imbuh Retno.

"Enggak," jawab Alan singkat dan terkesan tegas.

"Huuuuuu!" sorak para siswa, membuat nyali Retno menjadi ciut untuk bertanya lagi.

"Sudah sudah!" cegah Pak Budi, menghentikan riuh suara para siswanya.

Laurin sama sekali tidak tertarik dengan cowok tampan bernama Alan itu. Satu-satunya cowok yang membuatnya tertarik adalah Atta.

"Alan, saya ada rapat guru ekskul. Untuk hari ini, kamu berlatih pemanasan dan gerakan dasar dengan siswi itu saja ya." Pak Budi menunjuk ke arah Laurin yang tampak bengong memikirkan wajah tampan Atta.

"Iya," sahut Alan. Ia sengaja menahan senyuman tipisnya.

"Laurin! Lauriiiin!" panggil Pak Budi emosi. Sedari tadi Laurin tampak tidak fokus, pikirannya melayang, membuat Pak Budi berulang kali memanggilnya.

Mata Laurin mengerjap kaget, hayalannya hilang begitu saja. "Iya, Pak?"

"Kalau punya telinga dipakek dong, Laurin," geram Pak Budi.

"Maaf, Pak." Laurin meringis malu.

"Hari ini saya ada rapat. Jadi tolong ajari murid baru ini latihan pemanasan dan gerakan dasar."

"Kok saya sih, Pak?"

"Karena kamu yang paling ahli di sini."

"Saya, Pak! Saya, Pak! Kemarin saya menang lomba juga, Pak." Lagi, para siswi berebut kesempatan mendekati Alan.

Pak Budi menggeleng heran dengan kelakuan para siswinya. "Laurin, kamu saja yang mengajari Alan. Takutnya kalau siswi lain malah modus."

"Tuh ada anak cowok, Pak." Laurin menunjuk sekelompok siswa laki-laki dengan dagunya.

"Mereka juga sama seperti Alan. Belum genap satu tahun di club taekwondo ini. Mereka belum ada pengalaman."

"Ya udah deh, Pak. Tapi hari ini aja ya."

"Ya udah. Saya tinggal dulu."

Laurin memijat kedua pelipisnya yang mendadak pusing, takut jika pembullyan yang ia alami semakin membabi buta jika dia dekat dengan Alan. Pasalnya, tadi malam Laurin sudah mengerucutkan daftar klasifikasi orang-orang yang harus ia hindari. Pertama, dia harus menghindari guru killer terutama guru BK. Kedua, dia harus menghindari cewek ganjen, bad girl, atau sejenis cabe-cabean. Ketiga, dia harus menghindari murid-murid dari jalur non-beasiswa. Dan keempat, dia harus menghindari the most wanted boy jika ia tidak ingin dibully lagi.

"Kenapa gue harus ngajarin dia sih?" keluh Laurin dalam hati, mengamati Alan yang kini melepas topi.

Alan menaruh tasnya di atas lantai dekat tembok. Tiba-tiba seorang gadis cantik berdiri di dekatnya dengan senyum malu-malu. Alan spontan melangkah mundur dua kali.

"Alan, boleh ngobrol satu menit nggak?"

Alan hanya mengangguk ringan.

"Kenalin, namaku Marry. Kamu tau nama lengkapku nggak?"

Alan hanya menggeleng.

"Nama lengkapku, will you marry me," imbuh gadis bernama Marry itu yang disahut gelak tawa para siswa club taekwondo.

"Njir receh banget gombalan lo, Mer!" ujar Bejo yang masih tak bisa berhenti tertawa.

Dari tempat duduknya, Laurin terkikik mendengar gurauan teman-temannya.

"Mer, kamu tau nama lengkapku nggak?" tanya Bejo.

"Ih." Marry bergidik ngeri.

"Nama lengkapku, Bejodoh denganmu." Bejo tertawa puas diikuti siswa lainnya yang tergelak.

"Masooook Pak Eko!!"teriak salah seorang siswa. Lagi, terdengar riuh tawa di seluruh ruangan.

🤗🤗🤗🤗🤗
Senin, 25 Februari 2019

🤗🤗🤗🤗🤗Senin, 25 Februari 2019

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
K-U (Kelas Unggulan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang