19. Cewek Super Bego

23.7K 1.8K 74
                                    

Laurin mengeluarkan buku dari dalam tasnya setelah ia selesai mengajari Alan taekwondo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Laurin mengeluarkan buku dari dalam tasnya setelah ia selesai mengajari Alan taekwondo. Alan melongok sedikit, melihat di dalam tas Laurin ada beberapa barang tidak penting yang seharusnya tidak perlu dibawa ke sekolah seperti boneka kelinci, majalah olahraga, sebungkus permen, buku diary, dan sejumlah sampah plastik. Alan tidak tahu kalau Laurin memang malas membuang sampah, daripada dibuang satu per satu, Laurin lebih memilih membuang sampah di dalam tas sampai penuh, barulah ia buang sekaligus.

"Oke. Kita mulai dari mana nih?" tanya Laurin penuh semangat.

"Pertama-tama, gue bakal kasih lo soal paling mudah di kelas sebelas." Alan mulai membuka buku Laurin dan menuliskan beberapa soal untuk Laurin.

"Eh tapi kan elo masih kelas sepuluh."

Alan tercekat, melihat sejenak ke arah Laurin lalu kembali menulis. "Gue bahkan bisa menyelesaikan soal anak kuliahan."

"Eaaak sombong ni yeee."

"Ini. Kerjakan!" Alan memberikan buku tersebut pada Laurin.

"Ashiyaaaap!" Laurin dengan antusias menyambar buku itu dan mulai fokus mengerjakan.

Laurin meringis malu, menggaruk rambutnya dengan pulpen, lalu kembali membaca soal-soal itu dengan cermat. Tak ada satu soal pun yang ia mengerti. Ia tak tahu apa itu x apalagi y yang ditulis Alan di bukunya.

Alan melihat jam tangannya, didapatinya 10 menit telah berlalu. Laurin masih belum terlihat menulis jawaban. Alan lantas tersenyum, heran mengapa ada orang sebodoh Laurin. Padahal sebenarnya ia sengaja memberi Laurin soal yang setara dengan anak kelas 2 SMP tentang persamaan dua variabel. Jika Laurin tidak bisa mengerjakan soal setara jenjang SMP, maka bisa dipastikan Laurin tidak mungkin bisa mengerjakan soal jenjang SMA.

"Oke. Waktu habis!" Alan merebut buku Laurin dan meletakkannya ke sembarang tempat.

"Eh gue kan belum selesai," keluh Laurin.

"Sepertinya ekspektasi gue terlalu tinggi. Baiklah. Kita mulai dari perkalian sederhana dulu. 7 x 4 berapa?"

"7 x 4?" alis Laurin terangat lalu tertawa, merasa Alan sekarang tengah meremehkan kemampuannya. "Lo pikir gue anak SD?"

"Jawab aja, siapa tau lo khilaf jawabnya."

"7 x 4 itu ..." Laurin mengangkat jari-jarinya, menggunakan jaritmatika untuk menghitung. Padahal seluruh siswa Delton sudah hafal betul perkalian sederhana seperti 7 x 4.

Alan mengulum tawa, tak menyangka jika ia harus mengajari seorang gadis SMA yang berotak setara anak SD.

"28. Iya kan?" tanya Laurin bangga, merasa jawabannya sudah pasti benar.

"8 x 6?" imbuh Alan.

" 8 x 6 ..." Laurin kembali menggunakan jemarinya. "63. Iya kan?"

Tawa Alan seketika membuncah. Rupanya ia salah dalam menilai kemampuan Laurin. Ternyata anak SD jauh lebih pintar daripada Laurin. Alan teringat beberapa waktu lalu ia sempat bertemu anak Bu Jenita yang kini duduk di kelas 2 SD. Namanya Baul. Karena iseng, Alan mengecek kecerdasan Baul dengan memberikan beberapa pertanyaan perkalian. Anak yang masih berusia 7 tahun itu bahkan hafal semua perkalian di luar kepala.

"Jawabannya 48," kata Alan setelah menghentikan tawanya.

"Ah masa' sih?" Laurin mengeluarkan ponselnya, membuka aplikasi kalkulator, dan mengecek jawaban 8 x 6. Ia lantas tersenyum malu pada Alan, menerima bahwa dia salah menjawab dan Alan yang benar.

"Sekarang 7 x 8 berapa?"

"Eh kok gue malah dikasih soal anak SD sih?" protes Laurin. "Kasih gue soal yang berbobot dikit napa?"

"Kalau lo nggak suka, ya nggak apa-apa. Kita berhenti saja." Alan mencoba berdiri. Namun Laurin dengan sigap meraih lengannya.

"Eh eh iya-iya. Gue mau belajar perkalian."

"Belajar itu seperti naik tangga. Kita tidak bisa langsung naik ke tangga teratas apabila kita tidak melalui tangga sebelumnya."

"Ish ucapan lo udah kayak motivator aja."

Alan menggeleng, berdecak heran. "7 x 8 berapa?"

"7 x 8 ..." Laurin kembali menggunakan jemarinya, cukup lama ia berpikir. "66 ya?"

"Salah! Jawabannya 56."

"Oh ya?" Laurin terlonjak kaget. Ia lagi-lagi membuka aplikasi kalkulator dari ponselnya dan mengecek hasil 7 x 8. Kemudian ia kembali tersenyum malu sambil menggaruk rambut rengketnya.

"Mulai sekarang, lo harus hafalin tabel perkalian. Kalau lo belum hafal perkalian, gue nggak mau ngajarin lo." Alan berdiri, meraih tas ranselnya, menggendong tas ransel tersebut di salah satu bahu, lalu berjalan santai menuju pintu keluar.

"Oke, Al. Gue bakal hafalin tabel perkalian," kata Laurin dari belakang. "Gue bakal tunjukin ke elo kalau gue nggak sebego yang lo kira."

Alan mengedikkan bahu tak peduli. Alan tak suka memaksa seseorang untuk bisa. Karena kesuksesan seseorang itu ditentukan oleh orang itu sendiri. Jika Laurin belajar keras untuk mengejar ketinggalan, pasti ada jalan. Semua itu ditentukan Laurin sendiri, apakah dia mau atau tidak. Lulus tidak lulus, itu tergantung usaha Laurin dalam belajar.

😎😎😎😎
Minggu, 3 Maret 2019

Urutkan member BTS dari yang paling ganteng!

Menurut author nih ya, begini :
1. Kim Taehyung
2. Jeon Jungkook
3. Park Jimin
4. Kim Seokjin
5. Suga
6. Kim Namjoon
7. J-hope

K-U (Kelas Unggulan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang