43. Perhatian

22.3K 2K 371
                                    

Rega membawakan barang-barang Laurin memasuki apartemen. Di dalam sana sudah ada Mbak Dinda dengan dahi berkernyit terheran-heran. Tadi pagi ia baru pulang dari Surabaya. Dia tidak tahu jika beberapa hari ini Laurin berada di rumah sakit.

"Kalian habis dari mane?" tanya Mbak Dinda.

"Dari rumah sakit, Mbak," jawab Rega. "Nih habis nganterin alien. Gue pikir cuma manusia aja yang bisa sakit. Eh nggak taunya alien juga bisa sakit."

"Lu sakit apa, Rin?" tanya Mbak Dinda khawatir. "Lu kagak apa-apa kan?"

"Cuma demam, flu, batuk, pilek, sama kecapek'an doang kok. Mbak Dinda nggak usah khawatir," jelas Laurin. Wajahnya sudah tak lagi pucat, suaranya yang lirih tak bertenaga sudah berganti seperti biasa, gerakan tubuhnya juga sudah tak terlihat lemas. Bagaimana tidak? Rega telah memanjakannya seperti bayi. Cowok itu memesan kamar VVIP khusus untuk Laurin, membelikan berbagai macam makanan kesukaan Laurin, membawakan pakaian ganti, dan bahkan mendownload kan beberapa drama korea yang diminta Laurin. Wajar jika Laurin cepat sembuh.

"Eh Rega, tadi Pak Gino telpon ke gua. Katanya elu batalin syuting tiga hari. Kenapa?" omel Mbak Dinda berkacak pinggang. "Eh elu jangan ngerepotin gua ya. Kalau elu udah batalin syuting tiga hari, otomatis hari Sabtu sama Minggu besok, elu harus marathon kerja. Itu aja udah kena omelan sutradara."

"Gue males, Mbak. Si alien lagi sakit. Terus Mbak Dinda ke Surabaya. Nggak ada yang bawain barang-barang gue. Ya udah. Terpaksa gue batalin semua acara selama tiga hari," jelas Rega bohong. Sebenarnya, dia ingin datang bekerja sepulang sekolah. Tapi entah mengapa ia lebih memilih menunggui Laurin di rumah sakit.

"Ya ampun, cuma gara-gara itu, elu batalin syuting?" Mbak Dinda membelalak.

"Terserah gue dong, Mbak. Gue tau konsekuensinya kok. Mbak Dinda nggak perlu alay kayak gitu."

"Lo bolos syuting gara-gara gue ya, Ga?" tanya Laurin.

"Gara-gara elo?" alis Rega terangkat kaget, mendadak ia salah tingkah. "Eh jangan kepedean! Gue ... cuma males syuting aja. Soalnya ... gue mager. Daripada gue di apartemen sendirian, gue terpaksa nungguin elo di rumah sakit."

"What?!" Mbak Dinda terlonjak kaget. "Elu nungguin Laurin di rumah sakit? Bukannya elu paling kagak suka dengan bau rumah sakit?"

"Ya ... itulah sebabnya gue ... pesan kamar yang paling jauh dari apotek."

Mata Mbak Dinda memicing. Ia mencium gelagat Rega yang cukup mencurigakan. Sepertinya ada sesuatu yang Rega sembunyikan darinya.

"Oh iya, Mbak. Entar bilangin ke Pak Gino kalau gue nggak mau ada jadwal apa pun satu minggu mendekati Ujian Kenaikan Kelas. Gue mau fokus belajar," imbuh Rega.

"Belajar?" Mbak Dinda dan Laurin terpental kaget bersamaan.

"Kok kaget gitu sih?"

"Eh Rega. Selama dua tahun gua kerja sama elu, gua kagak pernah sekali pun lihat elu belajar di luar sekolah. Kenapa elu mendadak rajin? Pakek acara kosongin jadwal kerja segala," tanya Mbak Dinda.

"Ya ... gue ... gue ... gue cuma mau fokus aja, Mbak. Pendidikan itu penting lho, Mbak," jawab Rega berkilah mencari alasan. "Apa jadinya Indonesia tanpa pendidikan. Ya kan?"

"Ya udeh. Entar gua bilang ke Pak Gino ye."

"Thanks Mbak."

Rega sudah memikirkannya matang-matang. Bagaimana pun juga, ia harus membuat Laurin mencapai nilai KKM saat Ujian Kenaikan Kelas yang akan diadakan beberapa minggu lagi. Sesuai perjanjian kerja, Laurin akan berhenti bekerja untuknya jika dia tidak bisa membuat Laurin mencapai nilai KKM. Rega tak mau jika hal itu terjadi.

Rega sudah melihat kemampuan akademik Laurin yang teramat sangat payah. Selain lambat menghafal, Laurin juga lambat dalam menghitung. Rega membutuhkan waktu setidaknya satu minggu sebelum Ujian Kenaikan Kelas untuk mengajari Laurin lebih intensif lagi. Dengan begitu, Rega yakin bisa membuat gadis itu berhasil mencapai nilai KKM dan naik kelas.

"Eh gue balik ke apartemen gue dulu ya. Sampai jumpa," pamit Rega yang cepat-cepat menuju pintu apartemen.

"Jangan lupa istirahat, Ga," pesan Laurin sebelum Rega keluar.

"Lo nggak usah khawatir! Gue bakalan istirahat sepuasnya, berbaring di atas kasur seperti manula. Ya udah ya. Bye."

Rega berjalan cepat keluar pintu lalu menuju lift untuk sampai ke apartemennya. Sesampainya di sana, Rega bergegas menyalakan laptop, lalu mengetik materi-materi yang sesuai dengan kemampuan Laurin. Tak hanya itu, dia juga mengetik latihan-latihan soal yang ia prediksi akan keluar di Ujian Kenaikan Kelas nanti. Dia bertekad akan membuat Laurin terus berada di sisinya.

😎😎😎😎
Senin, 25 Maret 2019

Jangan lupa vote dan komen buat penyemangat

Jika author bikin fanfiction, boyband apa yang kalian inginkan?

K-U (Kelas Unggulan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang