38. Pesta Barbeque

22.2K 1.9K 208
                                    

Alan, Atta, Elvan, Vikram, Arsen, Shem, Grace, Thirza, dan Sharfi sudah menunggu kedatangan Rega

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alan, Atta, Elvan, Vikram, Arsen, Shem, Grace, Thirza, dan Sharfi sudah menunggu kedatangan Rega. Beberapa tenda sudah berdiri tegap di atas rerumputan. Tak hanya itu, alat pemanggang pun tampak sudah ditata.

"Hai brader!" sapa Rega. "Sorry telat."

Laurin berjalan lambat cukup jauh di belakang Rega. Membawa banyak barang-barang keperluan Rega. Dari mulai tenda, pakaian ganti, peralatan mandi, bantal, hingga kasur lipat. Laurin merasa seperti pembantu bukan sekedar bodyguard. Andai saja Laurin tak membutuhkan Rega, sudah pasti Laurin tak mau bekerja seperti itu.

"Eh itu bukannya miss acne dari kelas IPS ya?" tanya Arsen setengah kaget.

Tenaga Laurin cukup banyak terkuras setelah berjalan menaiki bukit dengan menggendong tas besar dan kedua tangannya juga penuh dengan tas bawaan. Napas Laurin terdengar ngos-ngosan.

"Iya. Perkenalkan, dia bodyguard gue. Namanya Laurindya Alieni," jelas Rega.

"Ailani!" ralat Laurin emosi.

Laurin berdehem lalu meneguk ludah setelah ia memperhatikan satu per satu tatapan sinis dari siswa-siswi K-U, terutama Elvan. Satu-satunya yang tersenyum ramah hanya Atta. Itulah sebabnya di mata Laurin, Atta memiliki daya tarik yang berbeda.

"Za, lo punya semprotan anti bakteri nggak? Gue takut ketularan jerawat nih," kata Grace menyindir.

"Nih." Thirza mengeluarkan sebotol anseptik dari dalam tas bawaanya lalu memberikannya pada Grace.

Grace langsung menyemprotkan antiseptik itu ke tangannya, bergegas membilasnya dengan sebotol air mineral. Rupanya kedatangan Laurin benar-benar merusak mood nya hari ini.

"Eh alien, cepetan bangunin tenda buat gue!" perintah Rega seenak jidatnya.

Laurin mendengus kesal. Tapi mau tidak mau, dia harus melakukanya. Laurin menghela napas, mencoba meredam amarahnya. Diperlakukan seperti pembantu di depan orang yang ia suka benar-benar membuatnya malu bukan main.

"Yuk kita panggang sosisnya!" ajak Rega bersemangat pada semua teman sekelasnya.

"Duh, seharusnya gue nggak ikut. Gue sial banget sih," rutuk Laurin dalam hati.

Di saat Rega dan yang lain mulai berpesta barbeque, Alan hanya diam seraya melihat Laurin yang tampak kuwalahan mendirikan tenda dan menata barang-barang. Tangan Alan mengepal enggan. Sudah beberapa hari ini dia berpikir dalam-dalam. Tak seharusnya dia marah pada Laurin beberapa waktu lalu. Laurin tak sengaja mengatakan kata AIDS. Laurin tidak tahu bahwa kata itu membuat luka lamanya kembali terasa perih.

Alan sudah menimbangnya. Laurin tidak melakukan kesalahan apa pun padanya. Seiring berjalannya waktu, kemarahan Alan sudah mereda. Otaknya sudah kembali berlogika. Alan pun berjalan menghampiri Laurin. Tanpa berkata apa-apa, Alan membantu Laurin mendirikan tenda.

K-U (Kelas Unggulan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang