60. Perawatan

25K 1.9K 54
                                    

Tenang ya gaes, ada postingan ulang bagi yang ketinggalan. Cek postingan ulang K-U di SOROTAN bio.

📚📚📚📚📚

Orang gila : Gue tunggu di rooftop gedung A.

Laurin mendesis kesal setelah membaca pesan itu. Matanya diam-diam melirik ke kanan dan ke kiri, mengamati keadaan sekitar. Ia berdehem setelah memastikan tidak ada orang yang memperhatikan gerak-geriknya. Dengan pandangan mata waspada, Laurin keluar kelas dan berjalan sesantai mungkin menuju gedung A.

"Mau apa lo ke sini?" tanya Grace melipat tangan, memergoki Laurin yang celingukan menuju tangga.

"Gue ... mau ... em ... Elvan nemuin barang gue. Iya-iya. Jadi dia ngajak gue ketemuan. Gitu ceritanya," jelas Laurin gugup. Ia sangat menyadari jika semakin sering ia bertemu dengan Elvan di sekolah, cepat atau lambat seseorang pasti akan mengetahui hubungannya dengan Elvan.

Grace berdecak. "Oke. Cepat ambil barang lo dan enyahlah! Gue takut oksigen di gedung A bakal tecemar gara-gara ada lo."

Laurin mengedikkan bahunya lalu berjalan melewati Grace begitu saja tanpa permisi, membuat Grace kesal. Bagaimana mungkin ada orang miskin yang tak mempunyai sopan santun seperti Laurin?

"El?" sapa Laurin yang berjalan perlahan menuju tempat duduk yang menghadap ke tepi rooftop.

Elvan menoleh sebentar lalu kembali menatap ke depan. Laurin kemudian duduk di sebelahnya.

"Nih." Seperti biasa, Elvan memberikan sejumlah uang di dalam amplop putih.

Laurin menerima amlop itu lalu memandanginya. "El, tolong hentikan ini! Kenapa lo nggak jera ngasih gue duit?"

"Kenapa percakapan kita selalu sama ya?" tanya Elvan santai dengan pandangan yang masih lurus ke depan.

"Lo kan tau sendiri kalau gue nggak pernah gunain duit dari elo sepeser pun. Lagian-"

"Lo nggak bijak," potong Elvan.

"Hm? Maksud lo apa?"

"Maksud gue, dia."

"Oooh. Nggak usah bahas orang itu lagi."

"Seharusnya lo dengerin penjelasan dari keduanya. Bukan dari satu pihak saja."

"Gue nggak perlu penjelasan dari dia, El."

"Lo perlu!" bentak Elvan menoleh ke samping.

"Kenapa gue perlu dengerin penjelasan dia? Kenapa?"

"Karena dia nggak sepenuhnya salah."

"Kenapa lo berpikir seperti itu? Sudah jelas-jelas dia pergi ninggalin gue, El. Padahal dia tau kalau gue juga butuh kasih sayang."

"Maka dari itu. Tolong dengerin penjelasan dari dia. Gue mohon, Rin."

"Tapi ... kalau sampai bokap gue tau, dia bisa sedih."

"Maka dari itu, kita bisa diam-diam menemuinya tanpa sepengetahuan bokap lo."

"Em ... gimana ya?"

"Gue mohon, Rin. Dengerin penjelasan dia sekali aja."

"Em ... ya udah deh. Tapi entar malam aja. Soalnya gue ada janjian sama Rega."

Elvan mengangguk pelan. Ada sebuah senyum tipis di kedua sudut bibirnya.

"Kalau gitu gue balik ke kelas dulu ya," pamit Laurin. Dia berdiri.

"Hati-hati."

Laurin tersenyum sekilas lalu pergi. Langkah kakinya cukup terburu-buru karena hari ini sudah tidak ada pelajaran. Hanya ada arahan konseling dari guru BK.

***

Laurin menarik napas dalam sebelum memasuki ruang perawatan. Do'a bertubi-tubi tak pernah ia panjatkan dalam hati, berharap tidak ada segala macam bentuk penganiayaan pada puluhan jerawatnya.

"Mari silahkan!" kata dr.Vina.

Laurin tersenyum kaku, berjalan enggan menuju ranjang pasien, membaringkan tubuhnya, lalu otot-ototnya kembali menegang.

"Nggak udah tegang gitu keles!" tegur Rega.

"Gue takut Bu dokter pencetin jerawat gue, Ga," keluh Laurin yang berhasil membuat dr.Vina terkekeh.

"Tidak. Saya tidak akan memencet jerawat anda kok. Klinik kami menggunakan laser khusus untuk menghilangkan jerawat dan bahkan bisa mencegahnya tumbuh kembali," jelas dr.Vina.

"Oh ya? Apakah sakit, dok?"

"Mungkin akan sedikit sakit." dr.Vina menyalakan laser dan mulai melakukan perawatan.

Meski Laurin merasa sedikit sakit, Laurin bisa menahannya. Pancaran sinar laser itu hanya seperti sentilan ringan, berbeda jauh dengan rasa sakit saat jerawatnya dipencet. Terlebih lagi, suara dr.Vina yang terdengar lembut saat mengajaknya mengobrol, membuat Laurin tak begitu tegang.

"Setelah perawatan laser ini selesai, Mbak Laurin harus menjaga pola makan. Jauhi gorengan, telur, dan kacang. Selain itu, Mbak Laurin juga harus istirahat yang cukup, tidur 7 sampai 9 jam sehari. Jauhi debu dan paparan sinar matahari secara langsung. Mbak Laurin juga harus rajin membersihkan wajah minimal sehari tiga kali agar jerawat membandel tidak kambuh lagi," jelas dr.Vina.

Laurin menyengir. "Siap, dok."

"Nah. Sudah selesai."

Laurin terduduk, mengambil cermin, lalu melihat pantulan wajahnya. Ia lantas berdecak kagum mendapati puluhan jerawat yang ada di wajahnya sudah mengempes.

"Woaaaah kok langsung kempes ya, dok?" tanya Laurin heran. Ia rupanya masih belum puas melihat wajahnya di depan cermin.

"Itulah kelebihan perawatan menggunakan laser khusus jerawat. Hasilnya bisa dilihat secara langsung. Nanti bekas jerawat Mbak Laurin cepat atau lambat akan berangsur hilang jika Mbak Laurin mematuhi aturan yang saya jelaskan tadi. Perbanyak minum jus buah juga," papar dr.Vina. "Karena vitamin yang terkandung dalam jus buah segar sangat bagus untuk kesehatan kulit."

"Siap, dok."

"Gimana, Rin? Nggak sakit kan?" tanya Rega yang sedari tadi menemani Laurin.

"Iya, Ga. Nggak sakit," balas Laurin tersenyum senang.

"Yuk! Sekarang kita pulang," ajak Rega.

"Ayo!" sahut Laurin penuh semangat.

📚📚📚📚📚
Zaimatul Hurriyyah
Kamis, 11 April 2019

Gaes, Postingan ulang 22 April K-U akan ada di SOROTAN bio.

Jadi yang ketinggalan nggak usah khawatir

K-U (Kelas Unggulan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang