12. Tak Percaya

24.3K 2K 73
                                    

Laurin tercekat sejenak ketika memasuki kelasnya. Lagi, Laurin menjadi sorotan semua orang yang ada di sana. Chika dan Vania langsung menghampiri Laurin, membawa Laurin ke tempat yang cukup sepi untuk meminta penjelasan.

"Laurin, jelasin ke gue kenapa elo bisa boncengan sama Alan!" kata Vania.

"Apa lo beneran pacaran sama Rega? Apa benar elo selingkuh sama Alan?" tanya Chika ngotot, mengoyak kedua pundak Laurin, berharap semua berita yang beredar hanyalah sekedar bualan semata.

Laurin menurunkan tangan Chika dari kedua pundaknya, menarik napas, lalu mengembuskannya. "Enggak girls! Berapa kali gue harus bilang ke kalian kalau gue nggak pacaran sama si Rega. Tuh anak cuma ngaku-ngaku doang. Dan gue juga nggak ada hubungan apa-apa sama si Alan."

"By the way, nggak usah ditambahi kata si keles," protes Vania tak terima.

"Terus, kenapa elo bisa boncengan sama Alan?" tambah Chika.

"Jadi ceritanya, gue itu lagi nolongin ibu-ibu yang kejambretan. Terus, si Alan datang."

"By the way, nggak usah ditambahi kata si!" tegur Vania lagi.

Laurin meneguk ludah. "Terus, Alan datang," ralatnya.

"Terus? Terus?" tanya Chika antusias.

"Terus, dia nawarin gue tumpangan. Ya daripada gue telat, gue langsung naik aja ke motornya," jelas Laurin.

"Alan nawarin elo tumpangan?" tanya Chika dan Vania bebarengan.

Laurin melihat satu per satu raut wajah kedua sahabatnya. Lalu ia memiringkan kepala karena heran, tak tahu alasan mengapa kedua sahabatnya tampak begitu kaget.

"Kok bisa?" tanya Chika dan Vania yang lagi-lagi bebarengan.

"Ya mungkin karena dia baik," jawab Laurin sekedar menebak.

Chika dan Vania saling menatap satu sama lain. Mereka merasa cerita Laurin sedikit tidak masuk akal. Pasalnya, semua orang tahu bahwa Alan merupakan tipe orang yang sangat menjaga jarak dengan lawan jenis. Rasanya mustahil jika Alan menawari Laurin tumpangan.

"Yuk balik ke kelas sebelum bel!" ajak Laurin. Dia dengan santai berjalan kembali ke kelas.

"Chik, elo ngerasa nggak sih, kalau si Laurin berbohong?" bisik Vania ke telinga Chika.

"Gue juga ngerasa gitu," sahut Chika dengan suara yang nyaris tak terdengar. Sesekali dia melihat Laurin yang sudah berjalan terlebih dahulu di depannya, takut jika gadis ahli bela diri itu menoleh dan memergokinya tengah bergosip dengan Vania.

Chika dan Vania pun mulai berkhayal....

(Kejadian dalam khayalan Chika dan Vania)

Tepat pukul 06.00 WIB, Laurin berangkat ke sekolah dari asrama dengan berjalan kaki seperti biasa. Meski jarak asrama dengan sekolah terpaut 3 km, Laurin lebih memilih berjalan kaki. Gadis itu menganggapnya sebagai olahraga. Namun di tengah perjalanan, ia melihat seorang wanita paruh baya tengah berteriak meminta tolong. Tanpa berpikir panjang, Laurin mengejar si penjahat dan menghabisinya. Karena Laurin terlalu asyik membully si penjahat, dia menjadi lupa waktu dan tak tahu harus bagaimana. Kemudian Laurin melihat Alan yang kebetulan lewat. Ia pun menghadang Alan, membuat Alan mengerem motornya secara mendadak. Tanpa bertanya terlebih dahulu, Laurin menaiki motor Alan, menepuk pundak Alan, lalu menyuruh Alan melanjutkan perjalanan ke sekolah. Karena Alan takut pada Laurin, terpaksa Alan menuruti perintah Laurin tanpa mengeluh.

Chika dan Vania kembali saling menatap, lalu mereka tersenyum kaku seraya mengangguk, membenarkan apa yang mereka hayalkan, tak percaya sedikit pun dengan cerita Laurin karena mereka tahu betapa Alan terlalu menjaga jarak dengan lawan jenis.

"Van, elo berpikir hal yang sama kayak gue ya?" tebak Chika benar. Gadis itu sering kali memikirkan hal sama dengan Vania.

Chika meringis lalu mengangguk. "Iya."

"Parah si Laurin. Bisa-bisanya dia minta tumpangan ke bebeb Alan."

"Van, kayaknya kita harus menyelidiki hubungan Laurin deh. Gue penasaran kenapa Laurin bisa berinteraksi dengan anak-anak K-U1."

"Iya nih. Gue juga penasaran banget."

Laurin berbalik, merasa penasaran dengan apa yang diperbincangkan teman-temannya. "Eh kalian ngomongin apa sih?"

Chika dan Vania spontan tertawa kaku. "Enggak. Kita nggak ngomongin apa-apa kok."

"Masa' sih? Kok bisik-bisik gitu? Hayooo! Kalian ngomongin gue ya?" tebak Laurin.

"Enggak kok." Vania menyikut lengan Chika. "Iya kan, Chik?"

"Iya. Siapa yang ngomongin elo?" kata Chika mengelak. "Kita tuh cuma bahas rumor menu baru di kantin sekolah kita."

"Oh ya?" alis Laurin terangkat senang. Ia kemudian meneguk ludah, tak sabar pergi ke kantin saat jam istirahat nanti.

🤗🤗🤗🤗🤗🤗
Minggu, 24 Februari 2019

Vote dan komen 30++

Vote dan komen 30++

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
K-U (Kelas Unggulan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang