41. Cowok Kejam

21.7K 1.8K 141
                                    

Laurin bergegas memakai jaketnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Laurin bergegas memakai jaketnya. Udara di tempat perkemahan semakin malam semakin membuatnya menggigil kedinginan. Perlahan Laurin berjalan menghampiri api unggun yang hampir padam dan duduk untuk menghangatkan diri. Ia menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya lalu menempelkan ke pipi, berusaha mengurangi rasa dingin yang menghardiknya.

Mata Laurin perlahan mengatup. Kepalanya menunduk, tak bisa menahan rasa kantuknya. Tubuhnya kemudian terguling di rerumputan. Dia pun tertidur dengan posisi meringkuk kedinginan.

Elvan tercekat saat keluar tenda, mendapati Laurin yang berbaring di atas rerumputan. Dia mengamati keadaan sekitar, setelah ia rasa tak ada seorang pun yang melihat, ia bergegas menggendong Laurin memasuki tenda Rega karena ia tahu Rega sedang asyik bermain kartu di dalam tenda Vikram dan Arsen. Elvan lantas membaringkan Laurin di sana.

"Dasar ngerepotin!" ujar Elvan sinis lalu kembali memasuki tendanya sendiri.

"Lo ngapain?" tanya Alan yang memergoki Elvan tengah mengendap-endap memasuki tenda.

"E ... enggak." Elvan menggaruk salah satu alisnya. "Gue nggak ngapa-ngapain. Gue cuma ... dari toilet."

Mata Alan memicing, mendapati Elvan yang bersikap sedikit aneh. Namun ia mengedikkan bahu dan kembali menarik selimutnya, membiarkan Elvan tidur di sebelahnya tanpa bertanya apa-apa lagi.

Di dalam tenda Vikram dan Arsen, ada Rega yang asyik bermain kartu dengan mereka sampai larut malam. Arsen sudah beberapa kali menguap seraya menutup mulutnya. Begitu pula dengan Vikram.

"Eh gue ngantuk nih. Udahan yuk!" Vikram menata kartu-kartu yang berserakan lalu memasukkannya kembali ke dalam wadah.

"Iya nih. Gue juga udah ngantuk," kata Arsen yang kembali menguap.

"Ya udah. Kalau gitu gue balik ke tenda gue dulu," pamit Rega seraya membuka resleting tenda.

Rega berjalan santai menuju tendanya. Saat berjalan, ia melihat arlojinya sebentar. Jarum jam pendek rupanya sudah menunjuk angka dua. Pantas saja ia begitu mengantuk, tak sabar rasanya ia cepat-cepat tertidur pulas di dalam tendanya.

Rega tercekat kaget saat ia mendapati Laurin yang tertidur pulas di dalam tenda miliknya. Mulutnya menganga tak percaya. Bagaimana mungkin seorang bodyguard dengan lancang tidur di atas tempat tidur majikan, batinnya.

"Oi alien! Bangun!" ujar Rega seraya mengoyak-ngoyak kaki Laurin.

Tak ada respon. Suara dengkuran Laurin malah semakin keras. Tak hanya itu, sesekali terdengar suara Laurin menarik ingus. Rega semakin bergidik jijik ketika melihat di sudut bibir Laurin tampak air liur yang mengalir nyaris menuju pipi.

"Bushet. Nih orang jorok banget. Kalau nggak gue keluarin, tenda gue bisa terinfeksi virus ebola." Rega cepat-cepat menarik kaki Laurin keluar tenda, membiarkan Laurin tidur di atas rerumputan tanpa alas. "Jangan harap bisa tidur di tenda gue!"

"Apa gue nggak terlalu jahat ya? Ah enggak deh. Salah sendiri nggak tau diri. Berani-beraninya seorang bodyguard tidur di kasur majikan," batin Rega.

Rega segera menutup tendanya, berbaring nyaman di atas kasur, lalu tertidur nyenyak tanpa memikirkan Laurin lagi. Hingga akhirnya pagi pun tiba. Di luar tenda, Laurin terbangun. Menoleh ke kanan dan kiri seraya mengusap ingusnya.

"Kenapa gue ada di depan tenda Rega? Perasaan gue tadi malem gue tidur dekat api unggun deh," pikir Laurin. "Ah mungkin gue nggak sadar guling-guling sampek sini. Untung aja gue nggak terguling ke api unggun. Bukan ayam bakar dong jadinya. Tapi cewek bakar."

Wajah Laurin sudah pucat pasi. Ia masih menggigil setelah semalaman tidur di luar tenda. Mungkin Laurin memiliki fisik yang kuat. Tapi akhir-akhir ini ia cukup kelelahan karena terlalu sering latihan fisik untuk mengikuti pertandingan. Di tambah lagi Laurin juga cukup tertekan dengan tuntutan pencapaian nilai KKM dan sikap Rega yang setiap hari memperlakukannya seperti pembantu.

"Oi cepat beresin tenda gue! Gue mau mandi dulu. Habis itu kita pulang," kata Rega.

Tak ada pilihan lain bagi Laurin kecuali mengangguk patuh. Bagaimana pun juga ia harus naik kelas dan tak bisa membiarkan beasiswanya dicabut begitu saja. Dia butuh Rega.

😎😎😎😎😎
Jum'at, 22 Maret 2019

Pengumuman pengumuman. Besok aku nggak bisa update karena sibuk.

Komen sebanyak-banyaknya kalau kalian suka novel ini hehe😎

Nih aku kasih potonya babang tamvan

Nih aku kasih potonya babang tamvan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



K-U (Kelas Unggulan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang