81. Rasa Sesak

28.2K 2.2K 291
                                    

Pagi-pagi sekali, Rega sudah terbangun. Dia bergegas mandi, mengenakan seragam, lantas keluar apartemen dengan terburu-buru. Tentu saja sekolah masih sangat sepi. Rega mengecek arlojinya yang menunjukkan masih pukul enam pagi.

"Kenapa alien belum datang juga sih?" geram Rega. "Ini kan udah jam enam pagi. Dasar pemalas!"

Rega menunggui kedatangan Laurin di depan gerbang. Sudah setengah jam dia berdiri sambil celingukan, berharap sosok yang ia tunggu segera muncul.

Senyuman Rega mengembang saat Laurin turun dari motor seorang tukang ojek online. Rega buru-buru menghampirinya.

"Hei! Kemarin lo ke mana aja sih? Kok elo nggak pulang?" tanya Rega yang berjalan cepat, berusaha menyamai langkah kaki Laurin yang seolah ingin menghindarinya.

Tidak ada sahutan dari Laurin. Dia membisu dan semakin mempercepat langkah kakinya.

"Lo ngambek sama gue ya?" tebak Rega.

Lagi, Laurin tidak menyahut.

"Eh alien! Jangan ngambek gitu dong! Ini nih." Rega cepat-cepat mengeluarkan sebuah buku dari dalam tasnya. "Gue udah bikinin PR matematika buat lo. Gue baik kan?"

Laurin terhenti. Dia menatap buku PR itu sebentar lalu memutar malas kedua bola matanya.

"Jangan ngambek ya?" pinta Rega.

Laurin menghela napas jengah. Dia merebut buku itu dari Rega dan melemparnya jauh-jauh. "Gue nggak butuh bantuan lo lagi! Mulai sekarang, gue berhenti jadi bodyguard lo!" kata Laurin penuh penekanan.

"Nggak boleh! Lo nggak boleh berhenti jadi bodyguard gue. Lagian lo udah terikat kontrak sama gue. Kalau lo nekat berhenti jadi bodyguard gue sebelum hari kelulusan, berarti lo harus memenuhi satu permintaan gue sesuai apa yang kita sepakati."

"Oke. Fine. Lo minta apa dari gue? Lo boleh minta apa aja kecuali minta gue balik jadi bodyguard elo." Laurin mendorong pundak Rega kuat-kuat, membuat Rega terdorong dua langkah ke belakang.

"Gue ... gue masih belum tau mau minta apa. Gue mau mikir dulu."

"Oke. Gue kasih waktu lo 1 x 24 jam buat berpikir apa yang lo minta dari gue. Lebih dari itu, gue anggap lo nggak minta apa-apa," ucap Laurin tegas lalu pergi begitu saja.

Rega memegang dadanya yang sejak kemarin terasa sesak. Dia tak tahu apa yang terjadi pada dirinya. Perasaan yang ia rasakan saat ini begitu membingungkan.

***

Di kantin, Rega menatap datar sepiring makanan yang ada di hadapannya. Rasa sesak yang ada di dadanya membuat sepiring makanan itu terlihat mamuakkan. Dia lantas menepikan makanan itu jauh-jauh lalu meletakkan kepalanya di atas meja dengan tatapan kosong.

"Kenapa dengan dada gue? Kenapa sesak banget saat Laurin mengacuhkan gue?"

"Kenapa gue jengkel lihat dia pacaran sama Atta? Kenapa gue sedih saat dia jauhi gue? Kenapa gue pengen terus dekat sama dia? Apa Mbak Dinda benar? Apa gue udah jatuh cinta sama Laurin?"

Rega terus bertanya-tanya dalam hati. Matanya melebar saat melihat Laurin memasuki kantin bersama Elvan. Dia pun terkesiap dengan tangan yang mengepal marah.

"Kenapa gue nggak suka lihat Laurin jalan sama cowok lain? Apa ini yang namanya cemburu?Kalau pun benar ini adalah cinta, kenapa gue harus jatuh cinta sama Laurin?Apa hebatnya cewek bego itu?"

"Kenapa gue nggak bisa nentuin pada siapa gue jatuh cinta?"

Rega semakin kesal saat Elvan terlihat meraih tangan Laurin dan memegangnya erat. Rega benar-benar tak terima saat rasa sesak di dadanya semakin terasa sakit. Dia menggebrak meja kuat-kuat, membuat seluruh pengunjung kantin terlonjak kaget, spontan mata mereka tertuju pada Rega.

Rega tak peduli dengan semua orang. Dia berjalan cepat menghampiri Laurin, meraih tangan gadis itu, lalu mengajaknya pergi. Namun Laurin dengan mudah menghempaskan tangan Rega.

"Apa-apaan sih lo?" bentak Laurin kesal.

"Gue mau nagih janji lo," kata Rega. "Lo bilang, lo bakal memenuhi satu permintaan gue sebagai konsekuensi lo resign jadi bodyguard gue. Sekarang, gue tau apa yang mau gue minta."

Laurin melihat ke sekeliling. Kini Rega berhasil membuatnya menjadi pusat perhatian. Para siswa-siswi Delton terlihat saling berbisik satu sama lain. Beberapa di antara mereka menyiapkan ponsel untuk memotret sejumlah foto yang akan mereka unggah di grup WA sebagai bahan gosip terhangat.

"Oke. Katakan!" ujar Laurin.

"Cium gue!" timpal Rega tegas.

Semua orang terperanjat kaget. Riuh suara heboh bersahut-sahutan seolah tanpa henti. Beberapa siswa bersiap merekam apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Ga, lo gila?" tanya Elvan tak terima jika Rega meminta Laurin menciumnya. Terlebih lagi di tempat umum.

"Iya. Gue gila. Gue gila karena gue menyesal terlambat menyadari perasaan gue," jawab Rega.

"Oke," kata Laurin yang berhasil memicu kehebohan. "Gue bakal cium lo. Di sini."

"Rin, lo gila!" tegur Elvan.

"Setelah gue cium lo, jangan pernah muncul di hadapan gue lagi," imbuh Laurin.

Semua orang di kantin menegang. Mereka melebarkan mata, bersiap mengabadikan apa yang akan terjadi dalam memori mereka.

Perlahan Laurin mendekat, membuat Rega gugup setengah mati. Mata mereka saling bertatapan. Rega meneguk ludah saat ia merasakan embusan napas Laurin yang menerpa wajahnya. Dia pun memejamkan mata dengan tangan yang mengepal gugup.

Laurin menyambar tangan Rega, mengamatinya sebentar, lalu menciumnya perlahan. Rega merasakan ada sesuatu yang kenyal tengah menempel di punggung tangannya. Dia pun membuka matanya, tepat saat seluruh orang bertambah heboh.

"Mulai sekarang, jangan pernah ganggu gue!" ujar Laurin penuh penekanan lantas pergi begitu saja.

Rega berdiri mematung dengan mata membelalak. Dadanya berdenyut tak karuan. Sensasi kenyal yang baru saja tangannya rasakan membuatnya linglung. Pikirannya melayang, membayangkansosok seorang istri yang mencium tangan suaminya. Dia pun tersenyum seperti orang tolol. Sekarang dia yakin apa yang ia rasakan pada Laurin. Orang-orang menyebutnya cinta.

📚📚📚📚📚
Zaimatul Hurriyyah
30 April 2019

Kalian mau up lagi?
300++ vote dan 200++ komen

Kalian mau up lagi?300++ vote dan 200++ komen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bang Rega keringetan. Aduh, nggak kuat akutu.

K-U (Kelas Unggulan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang