47. Awal Masalah

22.6K 2K 90
                                    

Chika dan Vania terkikik sendiri setelah membaca chat dari Joan yang kembali mengajak mereka berkencan di hari minggu. Mereka sebisa mungkin menyembunyikan agenda kencan mereka dari Laurin karena mereka tahu Laurin tidak akan setuju.

"Kalian kok ketawa-ketawa sendiri sih?" tanya Laurin dengan mata yang memicing curiga seraya menyedot es jeruk pesanannya.

"Enggak. Nggak ada apa-apa kok. Iya kan, Van?" Chika menyenggol siku Vania.

Vania mengangguk kaku. "Iya. Nggak ada apa-apa."

Mata Laurin masih memicing. Ia menangkap ada gelagat aneh dari kedua sahabatnya yang tampak sedikit tak natural. Mereka mengalihkan pandangan dan cepat-cepat memakan makanan mereka.

Laurin tersenyum licik. Saat Chika dan Vania lengah, ia bergegas mengambil ponsel Chika yang diletakkan di atas meja. Chika spontan heboh, mencoba merebut ponselnya kembali dari Laurin. Tapi tenaganya tak sebanding meski Vania juga membantunya merebut ponsel. Laurin dengan mudah menahan kedua sahabatnya. Ia cepat-cepat membaca chat dari Joan.

Joan : Sayang, hari minggu kita kencan yuk! Aku tunggu di dekat taman. Aku juga bakal ngajak Tera. Jadi kamu juga harus ngajak Vania.

Chika : Oke sayang. Siap!

"Ih Laurin, balikin HP gue! Ayo balikin!" pinta Chika yang terus mencoba merebut ponselnya dari tangan Laurin.

"Iya, Rin! Ayo balikin!" imbuh Vania.

Laurin terhenti. Wajahnya berubah serius. Ia memberikan ponsel itu pada Chika.

"Rin?" sapa Chika sedikit takut.

"Lo masih punya hubungan sama Joan?" tanya Laurin.

Chika mengangguk.

"Chik, sudah berapa kali gue bilang ke elo kalau Joan itu berbahaya. Lo nggak bisa percaya gitu aja sama orang yang hanya lo kenal dari media sosial," omel Laurin.

"Rin, gue udah kenal siapa Joan. Udah dua minggu kita pacaran. Dia tuh baik, Rin. Lagian, dia itu anak Galasari smart school. Pasti dia anak baik-baik, Rin."

"Apa lo yakin?"

"Gue yakin."

"Iya, Rin. Lo nggak usah terlalu khawatir kayak gitu." Vania meraih lengan Laurin dan mengoyaknya pelan. "Lagian kita bisa jaga diri kok."

"Tapi tetap aja gue khawatir sama kalian. Gimana kalau Joan itu ternyata-"

"LAURIN!" bentak Chika dan Vania bebarengan.

Laurin menghempaskan tangan Vania. "Ya udah deh. Terserah kalian!"

***

Chika berdiri di tepi jalan menunggu kedatangan Vania. Sudah 15 menit ia di sana hingga akhirnya ia terkesiap saat ponselnya bergetar. Ia bergegas mengambil ponsel tersebut dari dalam tasnya dan mengangkat panggilan.

"Halo, Chik?" sapa Vania.

"Halo, Van? Kok lo lama sih? Gue udah jamuran nungguin lo di sini tau nggak. Cepatan ke sini!"

"Aduh, Chik. Gue minta maaf. Kayaknya gue nggak bisa ikut kencan hari ini deh. Soalnya gue harus ke Bandung nemenin nyokap gue. Nenek gue melahirkan."

"Ha?"

"Maksud gue, Tante gue yang melahirkan." Terdengar juga suara cengiran Vania.

"Tapi kenapa lo harus ikut sih, Van?"

"Bokap gue nggak bisa nemenin nyokap soalnya. Bokap gue lagi ada urusan mendadak. Jadi terpaksa gue yang nemenin."

"Vania, ayo cepatan siap-siap. Entar ketinggalan kereta." Samar-samar Chika mendengar seruan tante Vera, Mama Vania.

"Iya, Ma. Bentar!" sahut Vania.

"Chik, sorry ya. Kita ngomong lagi entar. Bye!"

Tut

Vania mengakhiri panggilan, membuat Chika menghela napas kecewa. Terpaksa dia harus pergi berkencan bersama Joan sendirin.

"Ya udah deh. Apa boleh buat?" Chika mengedikkan bahu. "Terpaksa gue harus jelasin ke Joan nanti."

Chika masih setia berdiri di tepi jalan. Kali ini ia menunggu kedatangan Joan, Tera, dan Galih. Sesekali ia menoleh ke kanan dan ke kiri sambil memainkan sebelah kakinya yang menghentak ringan ke tanah. Senyumannya lantas mengembang indah saat ia melihat tiga motor keren yang datang menghampirinya. Tak salah lagi. Itu Joan, Tera, dan Galih.

😎😎😎😎😎
Jum'at 29 Maret 2019

Besok aku nggak update dulu ya. Lagi galau gara-gara wattpad error. illfeel tapi cinta HILANG! kok bisa ya?

K-U (Kelas Unggulan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang