Chapter 9

7.9K 1K 44
                                    

...

Renggang menjadi padu tatkala keterbukaan menjadi sebuah titik kunci untuk mengatahui suatu hal yang sesungguhnya. Bernyala di antara deret waktu nyatanya mangkuh membuat untaian fakta sering kali ditilik dapat menyebabkan sebuah perkara yang enggan untuk diterima. Meluruskan semuanya pun percuma ketika kenyataan yang sesungguhnya terekam di depan mata.

Jungkook masih terdiam dengan pandangan terkunci. Enggan membuka suara, lebih tepatnya. Ia lengah, sungguh. Menyesal ketika keinginan untuk mengulik kehidupan wanita yang dicinta selalu ia ulur dengan alasan—semuanya hanya omong kosong. Bukti bahwa ucapan di luaran sana yang Jung Hoseok tuangkan nyaris membuatnya gila.

Hatinya terasa ditampar dengan suara nyaring akan sebuah rasa sakit. Membagikan peluh pahit pada siapa jika kini harapan Jungkook nyaris kandas dengan titik keberhasilan hanya sekecil ujung kuku. Ia merasa buruk ketika penyesalan benar-benar kian timbul. Jungkook tidak menyadari semua perilaku aneh pada Yeji. Jungkook menganggap itu biasa, lagi-lagi biasa. Dengan gebuan angan akan amarah—Seulbi pun menjadi sebuah sasaran.

"Kuharap kau dapat menemukan titik dari masalahnya, Jungkook. Aku sudah mengikutinya akhir-akhir ini. Dan aku rasa ini adalah waktu yang tepat—ketika kau harus sudah mengetahui semuanya."

Barangkali Jungkook mengira Hoseok membual rasanya terdengar sia-sia tatkala sebuah amunisi pikiran menerjang dengan beribu pandangan. Sebelum semuanya terjadi, Jungkook rasa tertidur ditemani sedikit kenikmatan pun akan terasa menjadi sebuah penawar yang mangkuh dalam semua hal tatkala selembaran masalah menuju ke arahnya. Tapi ini, ia bahkan tidak tahu apa terlelap dalam malam akan senikmat waktu-waktu sebelumnya.

"Aku tidak tahu semuanya akan serumit ini. A-aku lengah, aku benar-benar lengah, Hyung," suaranya tercekat dengan rasa sakit.

Hoseok tidak mengerti dengan ganguan pada mental seseorang. Penyebab dari akar belukar yang dapat merambat menjadi sebuah takdir pahit sirat akan racun yang perlahan mematikan rasa.

"Kau pasti memiliki jalan keluar yang terbaik untuk ini. Aku tahu kau seorang lelaki yang dewasa. Pikirkan dengan matang keputusan yang akan kau ambil, Jungkook. Sekalinya kau salah langkah, semuanya akan membekas tanpa tahu jalan untuk kembali."

Jungkook terdiam.

Ya, ini jalan hidupnya, ini takdirnya, dan ini masalahnya.

Jadi, bukankah ia harus bertindak sebaik mungkin untuk menaklukan semuanya?

Tapi jika bermain tidak memiliki landasan pun percuma, ia akan tersesat tanpa tahu apa yang akan terjadi jikalau tameng yang sesungguhnya memiliki kelainan akan hal yang membuatnya kembali sakit. Tameng yang sesungguhnya sakit. Ya, sakit. Jungkook pria bodoh yang membiarkan semuanya terjadi.

Kendati Jungkook marah pada wanitanya akan kekasih gelap yang selalu tersembunyi enggan untuk menampak, nyatanya ia lebih memilih untuk berpikir dengan kelutan masalah yang kian mendobrak agar segera menemui titik lepas. Jungkook tidak menyalahkan Yeji, sungguh. Dirinyalah yang patut menanggung semua timbal balik dengan kelalaian pada takdir.

"Terimakasih untuk ini, Hyung. Aku akan mendengar semua arahan yang kau berikan. Pukul aku jika aku gegabah dalam mengambil keputusan."

Jungkook tertawa sengau. Terkesan memaksa kehendak untuk terlihat baik-baik saja. Meradang pun percuma kendati hatinya amat lelah ketika harus menyengat diri dan kembali menjadi monster tanpa tahu larangan etika yang menjadi petuah.

Hoseok terdiam sejenak untuk tidak langsung menimpal. Ia tahu Jungkook tidak akan selemah itu. Tapi melihatnya sekarang dengan bercakap seolah baik-baik saja—
mampu mengirim beribu rasa yang mengikutkan diri Hoseok meringis seolah merasakan apa yang Jungkook alami. Jung Hoseok tahu jika Jungkook akan amat menjadi seonggok makhluk terpapah rapuh ketika seorang yang amat dicintai meninggalkannya dengan psikis aneh pun kelainan yang tidak pula dapat Hoseok tafsirkan secara umum.

"Aku tahu kau tidak setenang ini, marahlah jika kau ingin marah. Itu akan jauh lebih baik, setidaknya gumpalan amarah keluar tanpa terpendam. Dan, ya, dengan senang hati aku akan memukulmu."

...

a/n: makin pendek, ya? Tahu, kok:') maaf, ya😗 nanti aku usahain buat panjangin, kok (͡° ͜ʖ ͡°)

Dali (͡° ͜ʖ ͡°)

ᴅᴇᴄᴇɪᴛꜰᴜʟ; ᴊᴊᴋ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang