Chapter 33

6.2K 853 84
                                    

Song Yeji berkata teramat yakin jika ia tidak tahu apa yang terjadi pada Jungkook akhir-akhir ini. Tidak, bukan tidak tahu, hanya saja bersikap berpura-pura tidak tahu akan jauh lebih baik. Jika dikata baik, tentu saja Song Yeji menggeleng geli. Percayalah ia tidak sebaik itu, dunia terlalu keras jika satu jengkal saja ia mengalah akan telak.

Tatapan sorot penuh menuju presensi di mana Jungkook terkulai lemas tak berdaya di atas sofa dengan sebuah alkohol yang kerap kali menyambangi kerongkorangan. Meracau tidak jelas, tatapan sendu menghantarkan ngilu, pun kicauan akan sebuah nama yang mampu membuat Yeji sedikitnya tergores pada ulu. Sungguh, Yeji muak, tentu saja. Jika dikira ia adalah wanita tulus penuh kasih, lebih baik mendecih saja sebelum menyesal.

Dengan hatinya yang sedikit berdenyut, tangan ringkih wanita itu terangkat untuk menyapu surai hitam milik lelakinya. Memejamkan mata sesaat sebelum bergumam dalam akan sebuah perasaan.

"Apa namaku benar-benar sudah tersingkirkan wanita itu. Ah, sungguh, kau berhasil membuatku teluka kali ini, Jeon Jungkook," gumamnya diiringi kekehan sengau.

Bagaimanapun juga, Yeji harus mempertahankan Jungkook untuk terus terikat dengannya. Menghalalkan segala cara itu memang bisa menjadi opsi yang terbaik. Persetan perihal dulu yang di mana ia ingin menyatukan kedua manusia dengan alur kehidupan yang sama-samanya menyedihkan.

"Ahn Seulbi."

Jungkook melirih teramat serak. Kesadarannya sudah benar-benar hilang terseret haluan. Pandangan memerah, gerah, seakan menginginkan sebuah pelepasan.

Bayangan dalam pandangan, nyatanya Ahn Seulbi betul berada tepat di hadapan. Menampar segala praduga tatkala Jungkook benar-benar membutuhkan sesuatu. Ketika Jungkook uring-uringan untuk mencapai sebuah hal yang didampa, diam-diam Yeji tersenyum miris dalam hati. Ya, ini rencananya. Jadi, kenapa harus berpikir untuk menyerah pada sebuah rasa sakit.

"Kau membutuhkan sesuatu, Jung?"

Dengan nada yang saling menggoda, Yeji bahkan semacamnya jalang yang siap menjejal segala kepemilikan untuk masuk ke dalam lubangnya. Pelacur bukan, nyatanya ia hanya wanita tolol yang tengah berusaha untuk menggoda suaminya sendiri.

Menyedihkan, sungguh.

Paras mantan istrinya menginvasi penuh seisi kepala dengan sebuah hasrat yang kian memuncak. Dengan keadaan sempoyong, Jungkook meringis sesaat sebelum Yeji memapah kesadarannya yang tengah mengawang di lain hal.

"A-aku membutuhkanmu, Bi-ya," katanya begitu. Dengan pening yang kian menghantam, Jungkook bergegas mengukung istrinya tatkala sebuah praduga yang salah dapat menghancurkan segalanya.

Yeji tahu cepat atau lambat, semuanya akan segera terlaksana. Sakit atau tidak, memang itu sebuah resiko. Jadi, apa yang ia harapkan? Hanya berkeinginan untuk mengikat Jungkook, kan. Tidak lebih, selebihnya mungkin akan datang seiring waktu yang terus berjalan.

"Hancurkan aku, Jeon Jungkook."

Tidak, ini tidak salah. Yeji hanya ingin memenuhi kebutuhan seorang suami, pun mencoba untuk menerabas segala kelainan yang mengalir pada diri. Sedari dulu Yeji memang berkeinginan untuk hidup normal, salayak wanita pada biasanya. Namun, Kim Yeri benar-benar manusia paling tidak berguna yang kerap kali meracuni semua pikirannya.

Ditatapnya lamat, nyatanya Jungkook tidak menyadari sesatu yang begitu salah. Di segala sisi pandangan, semua yang ditatap benar adanya. Dengan ia yang kian meringis tertahan, ranum milik Jungkook mencumbu bibirnya dengan sebuah kepuasan yang kian menanti. Tangannya mengusap bilah pipi Yeji yang Jungkook bayangkan adalah Seulbi. Kecapan kian terdengar nyaring tatkala sebuah cumbu menarik libido untuk segera memulai semuanya.

"Nghh ..."

Song Yeji menahan keras untuk tidak memikirkan segala hal. Ia hanya perlu mendesah sekeras-kerasnya untuk menahan segala bayangan, pun hanya berperan sebagai wanita yang didominasi tatkala setiap sentuhan yang Jungkook bubuhkan mampu menghantarkan sengatan, seakan meminta lebih.

Di atas kesadarannya yang tengah hilang entah kemana, seharunya Jungkook bermain kasar, tentu saja. Namun menedang dari itu semua, Yeji bahkan merasa terbuai dengan sentuh Jungkook yang teramat pelan dan menggoda, seakan meminta lebih.

Dengan desisan pelan tertahan, dadanya membusung tatkala Jungkook meniup pun mengigit pelan cupingnya. Yeji benar-benar tersengat sendiri dengan apa yang suaminya lakukan.

"Kau harus menikmatinya, Sayang. Aku tidak akan bermain kasar."

Sadar atau tidak, si Jeon berucap demikian. Yeji kembali menggeliat tatkala Jungook mencumbu puncak dadanya, pun entah sejak kapan semua pakaian yang melekat pada tubuh tergeletak begitu saja di atas lantai.

Tepat malam ini di mana Song Yeji mampu menyerahkan diri sepenuhnya pada Jungkook. Bergulat panas seakan menjadi hal yang baru untuk Yeji lewati, meski pula diri berlaku peran sebagai wanita lain. Kendati Yeji menyesal seraya menangis meraung dengan kecapan sebuah kata maaf, nyatanya ia tersenyum sinting penuh kemenangan yang diselimuti sebuah kenikmatan. Sautan desah pun tumbukan yang Jungkook lakukan selayaknya sebuah candu—menghantarkan perasaan Song Yeji bergerak untuk merayu meminta lebih.

Nyatanya ini malam yang manis pun berpadu menjadi kepahitan tersediri yang sudah wanita Song kehedaki. Mengikat Jungkook bukanlah sebuah kesalahan. Mari bermandikan keringat hasil bercinta, Yeji menyukai itu. Seakan ini adalah hal yang masih terbilang cukup baru untuk sebuah kisah yang nyata di sebuah kehidupannya yang kelabu.

Bercinta dengan orang terkasih, selayaknya seorang yang berkehidupan nyaman tanpa goresan. []

***

an: kemaleman kan aku update:") hikseuuuu T_T maafkan aku mantemann, pun kuyakin ini partnya pendek syekalehh:" v

Aku usahain buat up secepatnya, yeah:") kutakut kalo kelamaan kelean lupa alurnya T_T dan satu lagi... maaf, ini duh bahasanya makin ambyar sajah:") akan aku perbaiki lagi kedepannya, kok:")

Jan lupa bahagia geengss:") <3

Parpel yuu💜💜💜

Dalii💜

ᴅᴇᴄᴇɪᴛꜰᴜʟ; ᴊᴊᴋ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang