Mengenai siapa pendengar yang jauh lebih tajam. Kim Taehyung mengakui diri paling depan dalam beradu banding dengan siapa gerangan yang ingin bersaing. Kedua kepalan tangannya entah sejak kapan terbentuk, barangkali jika Jeon Jungkook tepat berada di depan dengan presensi pongah, sudah sedari awal Taehyung menghantamkan sentuhan berbekal bentukan lebam selepasanya, ataupun menimbulkan luka jika terjangan teramat begitu keras.
Taehyung menatap tajam pintu yang diangan-angankan untuk dapat sekiranya terbuka lebar. Kendati Kim Taehyung tidak bisa begitu saja beranjak pun meninggalkan Ahn Seulbi seorang diri. Suasana sangat kacau. Peduli apa dirinya pada sesosok Song Yeji yang sudah pergi meninggalkan masalah.
Wanita sialan!
Sebenarnya, Taehyung bisa saja mendobrak pintu sekuat-kuatnya dengan sekali tendang. Mengingat perihal itu, rasanya ia tidak pandang bulu untuk segera mengambil alih Ahn Seulbi sekarang juga. Namun harapan berangan pada teguh, Taehyung pun tahu jikalau Seulbi tidak semudah itu menerima dengan licinnya hati.
Hatinya teramat gusar dengan rahang yang ikut mengeras. Suara bentakan di dalam sana mampu menghantarkan perasaan tak karuan yang berdesir panas seiring acuan cepat pompaan darah. Dengan tangan yang nyaris terangkat menyentuh gagang, Taehyung lebih dulu memundurkan tabiat dengan tubuh sedikit berpeluh. Suara selotan pintu berpadu dengan susulan langkah kaki yang teramat ingin berpacu kilat dalam pijakan.
Taehyung menatap wajah yang nyaris terisak pilu di hadapannya jika saja ia tidak sigap untuk segera meraih, menyentuh pelan dalam dekapan. Taehyung memejamkan mata untuk menahan hardikan yang kapan saja siap melayang. Ia mendekap erat tubuh ringkih Seulbi yang sempat terhuyung hendak terjatuh.
"B-bawa aku pergi dari sini, Kim Taehyung. A-aku mohon," isaknya terdengar seperti irisan perih yang menyakitkan.
Seulbi tidak tahu harus berlari pada siapa, dan entah pula harus pergi ke arah mana. Si Berengsek itu tidak akan pernah ada habisnya untuk memperbudak sesuka hati. Kedermawanannya hanya sebatas jubah yang melekat tatkala ia menampilkan sesosok gagah rupawan di luar sana. Semuanya menipu. Jeon Jungkook penipu yang teramat ulung.
"Aku ada di sini sekarang. Jadi, perlihatkan pada si Bodoh itu jika kau tidak sendirian, Ahn Seulbi."
Taehyung kembali membenamkan kepala wanita itu seraya memberikan tepukan pelan pada punggung yang masih berbalut dengan pakaian kerja. Perisai besar yang Jungkook miliki, nyatanya mampu merobek habis harapan yang selalu Kim Taehyung bubuhkan.
Ketika Ahn Seulbi nyaris terguncang dengan masalah yang kian menghitam, ia mencoba untuk kembali tegar dengan berbekal dua tungkai yang masih mampu sedikitnya untuk menyangga. Menangis di dalam dekapan Kim Taehyung ternyata bukan sebuah opsi yang terlampau baik untuk saat ini. Tatkala Seulbi bergerak untuk mencoba meneguh seorang diri, nyatanya ia kembali di dorong pelan pada dekapan pemuda itu ketika suara langkah kaki di belakang sama terdengar cukup nyaring.
Ahn Seulbi cukup tahu untuk tidak mengindahkan jika Jeon Jungkook tengah menatapnya tajam luar biasa. Berselubung pada Taehyung memang bukan pilihan yang baik, tetapi nyatanya Seulbi membutuhkan itu untuk menutupi seberapa kacaunya saat ini. Jika terkulai lemas untuk berpasrah hati, Seulbi bisa saja membiarkan Taehyung untuk bertindak kali ini. Hanya saja ia sadar diri, jika pemuda itu hanya sebatas kawan lamanya yang masih bertengger setia menemani sampai saat ini.
"Ternyata dugaanku kali ini memang benar adanya," ujar Jungkook diiringi percikan kecut dengan raut kesal tidak habis pikir.
Seulbi kembali membenamkan kepalanya dalam-dalam, merengkuh tubuh Taehyung teramat erat. Ia terlalu lelah jika harus kembali berkutat dengan geraman, pun sarkasme yang sama-sama saling terlempar tidak ingin kalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴅᴇᴄᴇɪᴛꜰᴜʟ; ᴊᴊᴋ
FanfictionKetika semuanya berubah menjadi neraka, tidak ada seorangpun yang dapat menciptakan surga di antara kepungan hitam yang melanda. Started : 09 December 2018 Finished : 19 September 2019 ©Piperlight Tersedia E-book version Cover by pinterest