Barangkali sesuatu yang tidak di kehendaki dapat Jungkook jelentik dengan perasaan kelewat biasa. Penghubung di setiap waktu menjadi salah satu upaya agar ia dapat berjalan—enggan untuk tergesa sebagaimana mestinya. Melakoni sebagai pria di luaran pada umunya.
Namun kibaran pada bendera yang seakan tengah dirundung bara akan amarah, akhirnya—entah harus berbangga hati atau tidak—ketika seorang Ahn Seulbi berlaku kelewat berani dan menantang nyali pada malam tadi, padahal terlihat sangat jelas tubuh itu gemetar pelan dan mencoba teramat keras untuk membenteng diri dengan perasaan akan sebuah ego. Alih-alih Jungkook pergi pada kediaman yang lain dengan perasaan teramat muak, nyatanya ia lebih memilih untuk menetap dan bertengger sepi dengan malam tatkala maniknya meniti dalam punggung kecil yang tengah membelakangi.
Ada perasaan mengganjal sangat jelas ketika iris dengan tatapan rapuh itu mencoba untuk memberontak. Ahn Seulbi mencoba untuk berlari. Ya, berlari sejauh-jauhnya. Tentu saja terlepas dari apa yang Jungkook kehendaki. Ia benci melihat seorang pembangkang yang terlihat amat sangat bodoh seperti seekor tikus kecil tergeletak menyedihkan dengan perasaan kelewat berani memasang bendera perang untuk melawan berengseknya seekor kucing jantan dengan manik setajam runcingan kaca.
Jungkook tertawa dalam hati. Entah apa yang menjadi anekdok, yang jelas ia hanya ingin tertawa, sekeras-kerasnya jika bisa. Terbahak tanpa tujuan yang jelas, mungkin—melihat seberapa beraninya Ahn Seulbi sekarang ini. Mari, mari kita ikuti seberapa lihai istrinya untuk bermain-main dengan perangai seorang Jeon Jungkook. Pertempuran akan segera dimulai dengan iringan senyum remeh sebagai pemandu. Tidak, Jungkook rasa ia tidak akan kalah pun terkecoh sama sekali. Sangat teramat jelas bukan, Ahn Seulbi bahkan teramat mencintainya.
Haha
Cinta.
Rasa cintanya sudah terpaku pada satu titik. Tentu saja Ahn Seulbi akan jauh kalah dari telak. Jauh, sejauh-jauhnya.
Tepat pada pagi ini, pertempuran yang menjadi permainan akan segera dimulai. Jungkook menatap wanita itu tengah merancang hidangan ringan sedemikian rupa pada meja makan. Jungkook mengakui jika ia memang teramat enggan untuk mencecap sedikitnya satu sendok makanan bilamana Seulbi menyiapkan sarapan, pun makan malam.
Tidak jarang pula Jungkook mendapati wanita itu tertidur lelap dengan topangan lengan pada meja selagi menunggunya pulang. Padahal jelas, Jungkook sama sekali tidak menginjakan kaki pulang pada kediaman. Jungkook lebih memilih menikmati hidangan pada kediaman yang lain, tentu saja.
Tapi untuk kali ini, Jungkook rasa tidak ada salahnya 'kan memancing permainan agar segera melaju sekiranya setengah untuk berjalan.Jungkook menarik kursi dengan perasaan kelewat kalem. Enggan untuk terperanjat, nyatanya Seulbi lebih dulu mengetahui kedatangan Jungkook yang tengah memaku pada anak tangga dengan pandangan menyelidik sebelum mendudukan diri tepat beberapa meter di belakangnya.
Seulbi berbalik dengan kaitan pada gagang cangkir berisikan kopi yang selalu dibuatnya untuk Jungkook di pagi hari. Meskipun Seulbi tahu jika itu akan berakhir mengenaskan dan masuk ke dalam pembuangan. Rasanya terasa hambar, dingin, dan tak tersentuh sama sekali. Matanya enggan untuk menangkap jelaga Jungkook yang tengah sibuk meniti tanpa henti.
Sial! Seulbi jadi gugup sendiri dibuatnya.
"Habiskanlah," ujarnya dingin.
Seulbi berbalik dengan perasaan sakit bekas semalam. Masih teringat jelas bagaimana pandang itu menatapnya jijik dengan tabiat buruk yang bercongkol.
Tidak heran jika pelipis Jungkook enggan untuk mengerut. Seulbi bersikap kelewat dingin padanya, tetapi Jungkook tidak merasa ia mendapatkan sebuah serangan pertama. Hanya saja, Jungkook kembali tidak merasa aneh sama sekali ketika Seulbi berucap sedemikian irit dan kembali pada kegiatannya untuk segera menyantap makanan. Tapi ada satu hal yang membuat pandangannya menilik risih, tatkala wanita itu menikmati kunyahan sesekali tersenyum ringan dengan pandangan tak lepas dari layar ponsel.
"Bisakah simpan dulu ponselmu selagi kau makan?! Setidaknya kau bukan anak kecil yang harus kuajari bagaimana menggunakan tatakrama yang baik dan benar, Nona Ahn."
Jungkook berucap tak kalah dingin dengan fokus yang enggan untuk teralihkan. Obsidiannya masih bergerak menikmati makanan dengan hati yang sedikit kesal.
Tapi, tunggu—Jungkook tidak mungkin 'kan menjadi pencundang di awal permainan yang tengah berjalan?
Seulbi menatap sedikit keheranan. Apa yang menjadi permasalahan, toh, ia terdiam seraya berpikir.
'Sejak kapan seorang Jeon Jungkook peduli untuk mengusiknya?'
"Bahkan aku tidak mengganggumu. Jadi, apa masalahnya?"
Seulbi mencoba memegang kendali untuk apa yang sedang terjadi. Cih, bahkan ia bisa saja bertindak lebih jauh daripada ini. Jadi, apa yang harus dipermasalahkan? Perihal cinta, enyahlah dulu jika itu hanya akan membuatnya kembali merendah kalah dengan gertakan yang tak jauh besar.
Alih-alih kembali menjawab, Seulbi menangkap seringai tipis itu keluar begitu saja. Apa Jungkook mengejeknya? Atau ia tengah mencoba untuk merencanakan sesuatu? Sialan, tentu saja Seulbi enggan untuk kembali lengah.
"Ah, begitukah? Memang sulit jika harus berbicara dengan orang yang selalu merendah sepertimu, Bi."
Jungkook menyesap kopi dengan perasaan sedikitnya dongkol. Ia hanya mampu tersenyum remeh dalam hati. Ternyata Seulbi mampu untuk mempermainkannya. Hm, oke, cukup menarik.
Tidak langsung bersuara untuk kembali menyaut. Seulbi masih menatap suaminya dengan perasaan enggan untuk mencapai puas. Hakikatnya, Seulbi memang memiliki perasaan sekuat batu—barangkali bahasa kasarnya memang begitu, dengan demikian ia mencoba untuk tidak memancing emosi agar segera memaki.
"Apa yang kau maksud—merendah?"
Sangkanya pria itu Seulbi akan terdiam saja dengan hujatan yang di pendam dalam hati. Nyatanya ia kembali bersuara dengan lolosan napas yang sadari tadi terasa tersendat ngilu bersamaan dengan akal.Jungkook menatap iris itu dengan perasaan datar, pun melanjut, "Ya, merendah. Merendah untuk mendapatkanku—dan merendah untuk mengais belas kasih Kim Taehyung di atas ranjang. Bukankah begitu cara bermainmu, Ahn Seulbi?"
Jungkook menatapnya dengan guratan akan cemooh jijik.Seulbi hanya mampu termangu dengan tangan yang mengepal kuat di bawah meja. Jeon Jungkook kembali menjatuhkannya dengan segudang luka baru yang menghinggap tanpa menemui ujung. Seulbi terdiam bukan berarti menerima dengan lapang dada apa yang baru saja terlempar serampangan dari mulut suaminya. Ia hanya—hanya merasa tidak akan ada gunanya juga Seulbi membuka suara.
Sekejap Seulbi mengembuskan napas dengan sirat akan perasaan yang lagi-lagi hancur, sehancur-hancurnya. Tidak, ia tidak akan kembali berlaku lemah untuk kali ini. "Setidaknya Kim Taehyung lebih mampu untuk membalasku dengan setimpal—jikapun aku harus mengakang di bawah kuasanya."
Sudah habis semua harga diri Seulbi tatkala melihat rahang itu mengeras tegas. Jika memang ini kata lain dari sebuah merendah diri menurut asumsi seorang Jeon Jungkook—Ahn Seulbi bisa apa? Akan jauh lebih baik jika ia meng'iya'kan dengan penuh drama seakan itu memang benar adanya.
"Keparat—"
Gertakan pada meja terdengar menggema di saat suasana jauh lebih menegangkan. Seulbi menatap wajah itu dengan seringaian tak kalah remeh.
Jeon Jungkook melihat itu, tentu.
Dengan emosi yang kian menguar ke permukaan, Jungkook mencoba untuk menahan dan kembali dengan tabiatnya yang sempurna. Melupakan darahnya yang mendidih ingin segera menghantam sesuatu. Tidak ada yang menampik jika istrinya akan dapat bergerak cukup pintar, meski terkadang Jungkook menghardik dan mencebik seberapa bodohnya Ahn Seulbi.
"Tentu saja kau menikmatinya, bukan? Berapa tarif yang harus kukeluarkan jika aku menginginkanmu untuk bercinta denganku saat ini, Ahn Seulbi-ssi?"
***
TBC
a/n: kok juki jahad syekalih yeah:')ah, yeah, aku mau bilang makasih buat dukungan kalian yang udah ngikutin ceritaku sampai saat ini. Huwaaa kuberkaca-kaca:')
Dan jangan lupa mampir di ceritaku yang atu lagi yeah, siapa tahu suka. Dan juga kembali, jangan lupa bahagia💜💜😘
Big luv💜
Dali💜
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴅᴇᴄᴇɪᴛꜰᴜʟ; ᴊᴊᴋ
FanfictionKetika semuanya berubah menjadi neraka, tidak ada seorangpun yang dapat menciptakan surga di antara kepungan hitam yang melanda. Started : 09 December 2018 Finished : 19 September 2019 ©Piperlight Tersedia E-book version Cover by pinterest