Tercatat entah sudah kali keberapa Ahn Seulbi mengembuskan napas berat sedikitnya terasa sesak. Dengan keputusan demikian yang diambil, Seulbi kembali meneguhkan hati serta berpikir teramat matang—kendati perasaan takut akan penyesalan kerap kali menghinggapi.
Penolakan sudah seringkali ia lakukan mentah-mentah tatkala Jungkook dengan gebuan yang tak terbantah setiap waktu teramat gesit menyambangi kediaman. Tetap pada tujuan awal, untuk apa pula Seulbi kembali tergoda akan setiap kecapan yang terdengar manis. Nyatanya sejak dari dulu Jeon Jungkook itu adalah pembual hebat yang selalu saja membodohi.
Secara umum, perasaan pilu pada hati—pasti setiap orang mengalami, tak terkecuali dirinya. Rapuh sudah jelas tertulis seakan melekat pada darah, Seulbi meringis diam-diam. Sebegitu menyedihkannya hidup, sampai-sampai ia harus nekat berpindah kepedudukan sementara waktu, mungkin. Tapi, Seulbi tidak sepenuhnya juga mengeluh pun memberontak dan bergerak berkeinginan membatalkannya, tentu saja itu keluar dari rencana.
Barangkali memang Seulbi kembali berfikir tentang kebaikan diri yang jauh lebih unggul. Ya, bukankah seperti itu rencananya. Meninggalkan negara kelahiran untuk sedikitnya menghidari beban hidup yang seakan berbaris meminta untuk dilayani. Percayalah, Seulbi tidak setangguh itu.
"Pesawat akan lepas landas tigapuluh menit lagi, Bi. Ah, aku masih tidak percaya kau akan meninggalkanku seorang diri di sini."
Taehyung mengeluh akan keputusan sepihak dari wanita yang didambanya. Sungguh, sebetulnya bisa saja ia mengikut serta untuk menemani Seulbi di sana, hanya saja, Taehyung masih harus merampungkan pekerjaannya terlebih dulu.
"Kau membuatku ingin membatalkan keberangkatanku saja, Kim. Tapi sungguh, aku tidak akan lama. Aku masih mencintai tanah kelahiran jika diharuskan menetap menjadi warga negara di sana," balasnya diiringi kekehan kering yang mengudara.
Taehyung sedikit mendengus, "Tapi, kau tidak seharusnya menyetujui Daeun untuk mengembangkan keahlianmu di negara lain. Bahkan di Korea masih banyak perancang yang mampu mengajarkanmu taktik-taktik yang tak kalah hebat."
"Hey! Panggil aku 'Kakak', Bodoh. Dasar adik tidak tahu diri." Timpal Kim Daeun disertai ringisan kecil yang Taehyung keluarkan tatkala kepalan tangan milik sang kakak mengudara tepat di belakang kepalanya.
Ahn Seulbi hanya terdiam menanggapi seraya tersenyum tipis tatkala menatap kedua bersaudara di hadapannya—mampu membuat hatinya yang lusuh sedikitnya menghangat. Menyesakkan memang, namun ini hidupnya. Siapa yang akan sudi menjalaninya jika bukan dirinya sendiri.
Sebetulnya Seulbi enggan untuk menanti-nanti kembali. Selepas malam tadi, ia berpikir pun berperang dengan diri sendiri. Entah sebuah keputusan baik, atau malah kembali bertambah buruk. Peduli apa jika Seulbi dianggap tidak berperasaan pada Jungkook sewaktu pemuda itu mengunjungi flatnya—dengan terang-terangan ia menolak kedatangan si Jeon. Masih ada sedikit perasaan yang mengganjal, tentu saja.
Tepat malam tadi sebelum keberangkatannya, Seulbi menyempatkan berlaku bodoh untuk mengirimkan pesan singkat pada mantan suaminya.
'Aku tidak akan mendengarkan penjelasanmu. Tapi jika kau ingin menemuiku, aku menunggu sebelum pesawat lepas landas.'
Begitulah kira-kira pesan yang wanita itu kirim. Tidak ingin berharap lebih jika Jungkook betul-betul berniat untuk menemuinya. Hanya saja, perasaannya masih memihak besar pada si Brengsek itu. Sungguh, menyiksa diri sendiri saja rasanya.
"Apa kau masih menunggu seseorang?" Kim Daeun berucap tiba-tiba tatkala melihat Ahn Seulbi menyorotkan atensi ke seluruh penjuru.
"A-ah, tidak. Kupikir, aku harus segera bergegas sekarang." Ahn Seulbi tersenyum seraya meringis dalam hati.
Sekali lagi Seulbi menatap sekeliling walau hanya sekejap sebelum atensinya memfokuskan pada koper hitam yang akan ia bawa. Wanita Ahn itu berdiri dengan tangan kiri memegang pegangan koper, pun kembali tersenyum kearah Kim bersaudara.
"Aku akan berangkat sekarang," ucapanya dengan hati yang sedikitnya berkedut.
Taehyung tersenyum seraya mendekat untuk merengkuh Seulbi ke dalam dekapannya, pun berbisik pelan, "Jaga dirimu baik-baik, Ahn. Kau tahu Seoul dan New Zealand bukanlah jarak yang dekat. Kabari aku jika kau sudah sampai."
Taehyung mendekap tubuh mungil itu teramat erat. Sebetulnya Taehyung ingin segera membeberkan semua perasaan yang nyaris melapuk sedari dulu yang disimpannya sangat apik. Tapi, hari ini bukanlah waktu yang tepat. Mungkin, pemuda itu ditetapkan takdir untuk terus menunggu waktu yang tak kunjung tepat.
"Hubungi kami jika kau sudah sampai, Bi. Aku dan si Bodoh ini akan menunggu kabar darimu."
Kim Daeun beralih untuk memeluk wanita yang sudah ia anggap sebagai adiknya itu. Akan jauh lebih baik pula jika memang betulan menjadi adiknya, mungkin—bisa sebagai adik ipar, tentunya. Ahn Seulbi terlalu rapuh jika harus terus kembali menelan pil pahit yang kerap kali menyambangi. Setidaknya Daeun bisa berlaku sebagai sesosok kakak yang dapat menghangatkan adiknya dalam dekapan.
Kedua irisnya memerah menahan haru. Nyatanya Seulbi terlalu bahagia pun rasa ngilu berpadu menjadi satu. Bahagianya Seulbi terjatuh pada setiap sosok yang mampu membuatnya menghangat—merindukan sentuhan kasih sayang yang menjadi hal langka untuk ia cicipi.
"Aku akan mengingat pesanmu, Kak," balasnya begitu seraya memejamkan mata sejenak sebelum menghempaskan kembali perasaan pada rasa sakit.
Nyatanya ia masih mengharapkan Jeon Jungkook untuk datang di saat kepergiannya akan segera tiba. Sebodohnya Seulbi, idiotnya Seulbi, dungunya Seulbi, lagi-lagi berharap pada kepastian yang memang tak kunjung pasti. Tiap langkah akan sebuah tapak yang ditinggalkan, pikirannya masih mengawang pada sesosok yang sangat ingin ia lupakan.
Sebetulnya, ucapan Jungkook jauh-jauh hari—memang tidak akan pernah terjadi. []
***
END
EUH, TBC AJA, YEAH, GAISE T_T
Yunngi wife is bek~~
Cie cie cie, bentar lagi tamat, gaise. Mungkin satu chapter lagi T_T huhuhuAku akan fokus sama projek yang sebelah, masih banyak padahal projeknya. Jangan lupa mampir, ya, nanti kita bucin-bucinan lagi:")

Daliii💜💜
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴅᴇᴄᴇɪᴛꜰᴜʟ; ᴊᴊᴋ
FanfictionKetika semuanya berubah menjadi neraka, tidak ada seorangpun yang dapat menciptakan surga di antara kepungan hitam yang melanda. Started : 09 December 2018 Finished : 19 September 2019 ©Piperlight Tersedia E-book version Cover by pinterest