Chapter 29

5.6K 930 127
                                    

Ahn Seulbi berkenaan hati untuk mengiyakan apa yang Jungkook inginkan. Tubuh memang teramat berat untuk mengambil tindakan, kendati jiwa meronta ingin segera enyah dari hadapan. Tetapi Seulbi ingin mengulang masa di mana ia masih menjadi budak akan sebuah cinta, perihnya walau satu hari.

Manikan yang terpejam masih mengurung wanita Ahn akan dekapan hangat di pagi hari yang kian mengerat. Satu di antara debaran yang lain, bohong jika Seulbi berkilah untuk menampik perasaan candu. Sendu memang sepatutnya untuk tidak ikut ambil dalam masalah. Namun, satu hari memang bukan sebuah kurun waktu yang terbilang lama, hanya saja Seulbi tidak dapat menahan debaran yang kian mengguncang—seakan ingin merobohkan benteng kokoh yang sedari dulu ia bangun.

Semalaman dengan keadaan sadar tanpa perkara alkohol yang mengambil akan akal dan peran, Seulbi teramat sadar jika ia bahkan terlelap penuh dan nyaman dalam kapukan kamar tamu yang dingin. Bahkan debuan kecil seringkali menghinggap pada lubang hidung, pun seringkali pula wanita itu terdengar bersinan kecil dengan suara yang sedikitnya menggemaskan. Seulbi tahu betul ia terlelap di sana, ia berani bersumpah untuk itu.

"Menyingkirlah, Jeon Jungkook," katanya jengah dengan muka yang terus beradu pandang pada tegasan dada si pemuda yang terbalut kaus polos berwarna hitam.

"Aku tahu kau sudah bangun sedari awal, Jungkook. Dan kenapa pula aku bisa tidur di sini, bersamamu?!" Seulbi melanjut dengan kekesalan yang kian mendobrak.

Jungkook mendengar alunan nada yang terdengar menyebalkan, pun sedikit menyakitkan. Tidak bersyarat lagi jika memang ia ingin sekadar bercinta dengan Ahn Seulbi. Perceraian tepat berada di depan mata. Jungkook tidak bisa berlaku kembali sesuka hati. Jika memang pula ia menginginkannya, sudah sedari malam Jungkook bergelut panas dengan seorang yang akan menjadi mantan istrinya.

Mantan.

Dalam pejaman diam-diam pemuda itu meringis ngilu.

"Tidak. Kau sudah berjanji padaku, jika hari ini kau milikku."

Hari yang terakhir, lebih tepatnya.

Jungkook kembali mengeratkan pelukan dengan kepala yang kian mendalam, menghirup aroma menenangkan—sepenuh-penuhnya milik Seulbi.

Suatu pengetahuan lebih awam, jika manusia seluruh dunia memang dilahirkan untuk mengejar sebuah kepuasan, Jeon Jungkook mengetahui itu. Barangkali memang sesuatu hal yang berlandaskan akan cipratan nafsu semata, semuanya berpadu pun melebur hancur dengan seonggok penyesalan yang menertawakannya dari belakang.

"Aku harus berangkat kerja, Sialan." Entah sudah kali keberapa Seulbi melantunkan kecap sebuah umpatan.

Kendati si Jeon segera bergegas tatkala serangan ultimatum terlontar tepat pada lubang telinganya, pemuda itu dengan tampang bodoh membalikan badan untuk beranjak mengukung Seulbi dengan sorot yang menyebalkan.

"Kenapa mulutmu itu seringkali mengeluarkan umpatan, sih. Apa perlu aku menghukum Ahn Seulbi untuk itu?" Jungkook bertanya dengan bauran napas yang menguar mint penuh minat.

Marasa diri dalam kukungan—yang sedikitnya membahayakan. Seulbi membuang muka dengan mulut yang terkatup, masih enggan untuk menyahut. Bukannya enggan, hanya saja Seulbi merutuk sengau dalam hati. Nyatanya mengangguk patuh pada penawaran yang Jungkook paparkan malam tadi bukanlah sebuah hal yang patut disyukuri.

"Diam berarti 'iya'. Ah, bahkan itu hukuman yang paling meny—"

"Kenapa pula kau harus menghukumku, Jeon?" selanya cepat. Jiwa dan tubuh Seulbi memberontak kasar, jika memang mengharuskan ia kembali untuk mendapat terabasan akan sebuah luka yang kembali ditoreh.

"Karena kau istriku, Nyonya Jeon," sahutnya terdengar teramat sinting.

Tatkala Seulbi membeliak ingin menimpal, si Bodoh itu kembali melanjut pembicaraan. "Ingat, Nona. Ketuk palu masih belum terdengar, itu berarti kau masih mutlak istriku, milikku, dan Seulbi-ku." Jungkook masih setia menyorot konyol iris milik Seulbi.

Wanita itu membalas tajam tatapan Jungkook sebelum bergerak memutar bola mata tidak percaya, pun seraya mendesis miris, "Seulbi-ku? pantat Kim Taehyung sana."

Sebanyak itu Seulbi memikirkan pemuda yang jauh di seberang sana. Kendati ia tidak sempat untuk berkirim pesan sebelum Seulbi benar-benar terlelap malam tadi.

"Ya! Kenapa kau senang sekali menyeruakan nama pemuda itu di saat kau bersamaku. Itu menyakitan, sungguh."

Tunggu, tunggu.

Sejak kapan si pemuda kasar, arrogant, dan tidak berperasaan seperti Jeon Jungkook dapat bertingkah semenggelikan seperti ini. Seulbi termangu dengan tatapan yang saling mengait dengan tampang mengikut bodoh. Perasaanya dirundung perihal yang tidak masuk akal.

"Menyingkirlah! Sejak kapan kau bersikap semenggelikan ini. Jauh-jauh dariku. Kau membuatku takut, Berengs—"

Cup

"Kau memang harus mendapatkan hukuman, Sayang. Sepertinya saling memagut bibir hingga membuatmu lemas, bukanlah opsi yang buruk."

Jungkook berucap dengan seringai kecil yang kian timbul. Sungguh, perasa labil yang diciptakannya dengan Ahn Seulbi nyaris terngiang dan berbunyi di setiap waktu. Jungkook seringkali kelabakan sendiri tatkala ia membayangkan seberapa indah dan lebut bilah bibir semerah muda yang alami milik istrinya. []

***

a/n: labial -> bunyi yang dibuat dengan gerakan bibir. (KBBI)

Haloo~
pertama-tama aku mau ngucapin 'Minal aidzin walfaidzin.' Maaf, maaf kalo aku sering buat rusuh, ya. Hikseuu:")

DAN LAGI ...

Mari ramaikann, huhuhu~~ kupolbek nanti, aselian:")

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mari ramaikann, huhuhu~~ kupolbek nanti, aselian:")

Mari ramaikann, huhuhu~~ kupolbek nanti, aselian:")

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Salam cinta dari Jungkook,

Dali💜💜

ᴅᴇᴄᴇɪᴛꜰᴜʟ; ᴊᴊᴋ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang