Belum tahu, dan tidak akan pernah ingin tahu. Seulbi hidup hanya berjalan dengan iringanya sebuah waktu. Hunian Kim Taehyung sudah ia tinggalkan sejak tiga hari yang lalu. Menempati flat kecil bukanlah sebuah hal yang patut untuk dirinya mengeluh. Setidaknya Seulbi tidak menjalani hidup dengan amparan kardus di luaran sana.
Selepas Jungkook menyuruhnya untuk pulang kala itu. Seulbi benar-benar mengabaikan. Peduli apa ia dengan perintahnya. Namun, pelipisnya sedikit mengerut tidak terima. Pakaian serta barang-barang yang masih ada—beberapanya masih menghuni di sana. Mengeluh pun percuma. Buruk atau tidak, Seulbi harus bergegas untuk kembali membawanya.
Tidak, bukan sebuah pakaian mewah, pun barang yang berkilau indah. Kau tahu sebuah kata akan sesuatu yang spesial dan berharga? Ah, seperti itulah Seulbi mendefinisikannya.
Dengan hati yang sedikit berat, Seulbi melangkah pelan seraya sesekali menilik arloji yang melingkar. Tungkainya melangkah dengan apik. Ketukan pada lorong yang sepi menandakan beberapa dari pemilik tengah bekerja, ataupula memang suasana hening yang membuatnya meremang. Seulbi merasa jika Jungkook tidak ada di dalam apartment, kendati Seulbi tahu jika pemuda itu terlalu nihil untuk sekadar meninggalkan pekerjannya.
Hembusan napas keluar tatkala Seulbi menekan password dengan perasaan risau, takut-takut Jungkook memang ada di dalam sana. Kakinya melangkah pelan seraya alas yang sibuk berganti dengan sandal rumahan. Irisnya mengercing seiring tatapan terpaku pada ruangan pengap, pun keadaan gelap dengan botol soju tersaji acak di atas meja.
Perasaanya sedikit tergores kecil tatkala melihat kacaunya presensi si Sialan itu tengah terbaring kepayahan setengah pening seraya kepala menghadap meja, pun sebuah photoan kecil berserakan di dalam genggaman. Dentingan kecil yang dibuat Jungkook mampu menampar keadaan yang setengah meringis. Seulbi nyaris saja meluruhkan air mata.
Si Berengsek ini.
Perasaan yang melekat—menghantarkan Seulbi untuk menghampiri seiring air mata yang ia tahan. Bunyi injakan terdengar begitu hampa. Seulbi masih enggan untuk bersuara, kendati Jungkook memang sudah mengetahui keberadaannya jauh lebih dulu.
Berbekal kepala samar-samar masih terasa berat, Jungkook enggan untuk menyambut si gerangan yang datang. Lama tidak berjumpa, mungkin. Ah, Jungkook meringis diam-diam, picisan sekali kisah hidupnya ini, sungguh.
Dengan derap langkah samar yang terdengar tidak terlalu kentara. Jungkook memejamkan mata dengan perasaan melebur akan sebuah kalut yang menginvasi. Jepretan sebuah gambar yang diterimanya malam tadi mampu menghancurkan isi kepala pun perut dengan menenggak beberapa botol yang berisikan cairan alkohol.
Sebetulnya Jungkook sudah terlampau sadar sedari awal. Hanya saja, ia ingin berlaku untuk berpura terlelap untuk kali ini. Luka yang menghinggap di beberapa bagian wajah nyatanya mampu membuat si Jeon meringis tatkala ia ingin berbalik wajah untuk menghadap lain arah.
Mengetahui adanya ringisan yang keluar dari mulut Jungkook. Dengan segera Seulbi mempercepat langkah untuk bergegas menghadap tubuh suaminya yang tengah membelakangi dengan ringkukkan yang kentara. Lain keuntungan, lainpula kesenangan, Seulbi sedikit tidak percaya akan sebuah lebam yang bermuara di wajah Jungkook. Terlalu banyak, sungguh.
"A-ada apa denganmu, Jungkook?" tanyanya sedikit bergetar.
Seulbi tidak habis pikir pada si Bodoh ini, sungguh. Bahkan Jungkook masih sempat-sempatnya menambah beban pada perasaan, kendati ia kemari hanya untuk mengambil beberapa barang.
Mata yang selalu Seulbi kagumi perlahan terbuka dengan sorot kacau, seakan tengah menahan sakit. Jungkook sedikit bergerak untuk beranjak bangun. Tangannya terangkat tatkala mencapai sudut matanya yang terasa ngilu. Jungkook merutuk si idiot yang menghajarnya kelewat berani malam tadi. Alhasi, ia harus meneruskan acara minum gilanya dengan ringisan luka di mana-mana. Bahkan, Hoseok pun geram sendiri tatkala menatapnya, seakan ingin ikut-ikutan menghajar Jungkook dengan beberapa pukulan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴅᴇᴄᴇɪᴛꜰᴜʟ; ᴊᴊᴋ
FanfictionKetika semuanya berubah menjadi neraka, tidak ada seorangpun yang dapat menciptakan surga di antara kepungan hitam yang melanda. Started : 09 December 2018 Finished : 19 September 2019 ©Piperlight Tersedia E-book version Cover by pinterest