Terhuyung dengan perasaan berkedut tepat kena pada sasaran. Berkenaan akan pesan singkat yang Seulbi peroleh nyatanya tidak terlalu diindahkan. Membiarkannya saja dengan menjalarnya waktu seolah tak pernah mengundang perasaan ngeri tatkala diri menginjakan kaki pulang pada kediaman. Selepas Taehyung mengantarkan Seulbi beberapa menit yang lalu, ia berpikir satu hal akan perasaan yang melilit begitu ngilu. Membayangkan apa yang akan terjadi ketika presensi dirinya menampak pada Jungkook diiringi tatapan tajam pun sehitam malam yang menyorot kental ke arahnya. Seulbi meringis dalam diam
Saklar masih setia pada kepungan gelap yang tak tersentuh untuk menyala terang. Bahkan waktu untuk sekiranya menyantap makan malam sudah berlalu setengah jam lampau di saat Seulbi masih enggan bergegas untuk kembali pulang. Mempatenkan diri—mencoba kelewat tenang di samping Kim Taehyung.
Bentukan nyata yang tersaji hanya sebatas nyali yang menggebu untuk memberontak. Perasaannya seakan mendapat amunisi besar, Seulbi mengkokohkan hati untuk tidak kembali merendahkan diri sekalipun pada seorang Jeon Jungkook. Ia hanya enggan untuk terus-menerus menjadi peran sebagai orang miskin gadungan yang mengemis lemah pada sebuah cinta yang bahkan dapat membuatnya mati sekarat secara perlahan.
Enyahlah perasaan Seulbi yang akan menjadi gelandangan berbekal nasib jika bisa saja Jungkook mengusirnya kapan saja sesenang hati. Tapi, ada peranan hal yang bercongkol dalam pada benak. Apa Jungkook akan semudah itu melepaskannya?
Enggan untuk mempercepat gerakan. Seulbi melepas sepatu pun berganti dengan sandal rumahan. Netranya mengelilingi tiap rinci ruangan yang masih terasa gelap dan pengap. Dengan tangan yang sedikitnya bergetar lemas, Seulbi menyalakan saklar dengan perasaan mencoba sebisa hati untuk bersikap tenang.
"Bersenang-senang hari ini, Ahn Seulbi?" Suara itu terasa menggema pada gendang telinga.
Jungkook menatap tajam dengan perasaan gelap yang menginvasi. Matanya memerah menahan kelakar amarah yang menyambangi. Pemuda itu bangkit dengan tampang murka dan bergegas untuk menghampiri. Seulbi nyaris tersedak saliva tatkala perasaan bergetar kian meruntuhkan pertahanan.
Sial!
Aku tidak mungkin selemah itu 'kan?!
Seulbi berpikir kelewat jauh jika ia memang harus berdamai dengan perasaan. Percuma ia bertahan jika harus terus bertentangan, mengibarkan bendera peperangan secara tidak langsung.
"Maaf, aku pulang terlambat."
Tolol, apa yang aku katakan?!
Seulbi mengutuk ucapannya dalam hati. Tidak, tidak, tidak. Seulbi tidak akan kembali mempersembahkan kemenangan pada Jeon Jungkook kali ini.
Sedangkan Jungkook hanya terkekeh kikir seraya berdecih melempar pandangan ke arah samping. Tak akan cukup jika hanya sebatas decihan sinis yang mengundang tawa. Bilamana Jungkook sedang dirundung bara akan api amarah—ia tidak akan segan untuk memberi hukuman dengan apa saja yang dihendaki. Tidak, jangan sampai tangan lengahnya kembali melempar bubuhan rasa sakit yang dapat kembali mendera Seulbi. Jungkook tidak—tapi—perasaan ini benar-benar bergejolak tidak biasa.
"Sekarang, buka bajumu di hadapanku, Ahn Seulbi-ssi!" Jungkook berucap sengit tanpa memperdulikan perintah yang mengundang iris wanita di hadapannya membulat tidak percaya.
Apa-apaan dia ini.
"Tidakkah kau cukup gila untuk hari ini, Jeon Jungkook?! Aku tidak ingin beradu asumsi denganmu. Aku lelah, jika kau ingin berbicara—aku akan menunggumu besok."
Seulbi membalas tidak habis pikir. Entah apa yang dipikirkan Jungkook sampai-sampai menyuruhnya untuk bertelanjang bulat dengan keadaan perasaan yang sama-sama terlihat kacau.
Manik itu masih enggan meluruhkan sorotan panas menembus hati yang kian terasa memerih. Wajahnya begitu datar dengan gelungan jijik seakan begitu kentara pun menggeleng singkat. "Tidak, tidak. Aku hanya ini melihat seberapa banyak Kim Taehyung meninggalkan jejak kepimilikannya pada tiap inci tubuhmu yang jelas-jelas sudah dimiliki seorang pemilik," ucapnya disertai seringaian remeh.
Suara tamparan mengudara memberi celah pada gemuruh rasa yang kian meledak. Siapa sebenarnya Jeon Jungkook ini? Bukan hanya satu atau dua kali pemuda itu berucap serampangan dengan cemooh berengseknya.
Pertama, Jeon Jungkook menginjak harga dirinya dengan sebuah angan yang tak jelas dari mana, pun diiringi tuduhan kasar pada Seulbi seakan ia tengah menghabiskan gulatan panas dengan seorang Park Jimin. Dan sekarang, pemuda itu justru menambah kembali satu hujatan yang mengarah langsung padanya dengan tatapan tak kalah jijik dengan tilikan panas dari atas sampai bawah, seolah Kim Taehyung benar-benar melakukan hal gila sesuai pikiran busuknya yang penuh luka.
"Sialan! Aku tidak pernah menduga jika kau mempunyai kepribadian yang sangat buruk untuk menilai orang lain. Kau bre—"
Balas akan tamparan yang baru saja Jungkook bubuhkan mampu menghantarkan perasaan panas pada bilah pipi pun hati dari wanita yang teramat rapuh seperti Ahn Seulbi. Jeon Jungkook kembali menamparnya. Bunyinya terdengar menyakitkan, sungguh. Jeon Jungkook tidak main-main pada perasaan yang kian membuncah geram.
"Mulutmu ternyata jauh lebih buruk dari yang kuduga. Apa si Kim itu mengajarimu sesuatu sehingga kau berani mengumpat dan menamparku?! Kau memang wanita paling tolol yang pernah aku temui, Ahn Seulbi."
Ahn Seulbi terpaku dalam ucapan suaminya sendiri. Perkataan Jungkook kembali menampar seluruh tubuhnya dengan hantaman tak kalah keras. Air matanya mulai menggenang akan sebuah luka. Seulbi mendongakkan kepala—menahan buliran liquid agar tidak terjatuh dan terlihat seakan benar-benar rapuh.
"Lupakan saja. Aku tidak peduli apa yang kau ucapkan, Jeon. Selamat malam." Seulbi berbalik dengan siraman luka yang kembali ia dapat. Jeon Jungkook menambahkannya lagi hingga terasa amat jauh lebih dalam. Seulbi hanya dapat meneguhkan pendirian yang ia bangun dengan asa.
Jika memang ini jalan yang harus diambil, Seulbi berpikir memang akan jauh lebih baik seperti itu. Jiwa Seulbi nyatanya rapuh tanpa sebuah penyangga. Ia merasakan luka teramat dalam. Jeon Jungkook menjadi dalang dari semunya. Saharunya ia tidak bertemu dengan Jungkook. Seharusnya ia tidak menaruh perasaan pada Jungkook. Seharusnya, seharusnya, dan seharunya. Semuanya tidak dapat diputar untuk diulang.
Ahn Seulbi terlampau menyerah untuk menekankan perasaan pada Jungkook yang satu ini. Ia terlalu lelah hanya untuk bertahan. Ya, ia lelah. Biarkan Seulbi menyerah untuk kali ini.
Ya, jika memang bisa.
***
TBC
a/n: yang baca makin dikit yeah:')apa cerita ini mulai membosankan? Maafkan aku, dan makasih buat kalian yang masih setia untuk pasangan SeulJung yang satu ini.
Big luv😘
Dali💜
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴅᴇᴄᴇɪᴛꜰᴜʟ; ᴊᴊᴋ
FanfictionKetika semuanya berubah menjadi neraka, tidak ada seorangpun yang dapat menciptakan surga di antara kepungan hitam yang melanda. Started : 09 December 2018 Finished : 19 September 2019 ©Piperlight Tersedia E-book version Cover by pinterest