Entah waktu yang berjalan terlalu cepat, ataupula Seulbi yang enggan menyadari dan merasakan seberapa perih hari-hari yang senantiasa dilalui. Menyibukkan diri akan beberapa hal—seringkali menyambangi untuk segera dilakukan, melupakan kenyataan pahit yang sebenarnya.
Pemikiran yang menerabas semuanya, Seulbi terkadang merasakan rindu tersendiri akan sesosok mantan suami yang seringkali menyakiti. Kendati pula, terkadang Seulbi termenung untuk segera mengambil keputusan—agar dapat menghilang dari jangkauan si Jeon itu.
"Apa kau sedang berpikir untuk mengambil tawaranku, Bi?" Seruan tanya menyadarkan akan heningan seorang diri yang Seulbi buat beberapa menit lalu.
Wanita itu mengerjap penuh atensi, pun mencoba untuk tersenyum kelewat manis.
"Aku—akan memikirkannya terlebih dulu, Kak," katanya dengan perasaan ragu menginvasi.
Kakak perempuam Kim Taehyung, Kim Daeun—tersenyum jenaka.
"Tenang saja, aku tidak ingin memaksamu. Tapi, jika kau mengambil penawaranku, itu akan menjadi hal yang menguntungkan untukmu kedepannya," ucapnya diiringi kekehan ringan, pun melanjut seraya berbisik geli, "Percayalah padaku, Ahn Seulbi."
Kedipan sebelah mata sudah seringkali Ahn Seulbi terima. Nyatanya Ahn Seulbi pun mengikut tertawa akan hal yang sudah sedari dulu ia nanti. Menyenangkan bisa berjenaka akan perihal yang kecil.
"Aku pergi dulu, ya. Jangan melamun terus, nanti Taehyung mengigitmu. Sampai jumpa, Bi."
Seulbi tidak terlalu menanggapi ketika wanita yang tiga tahun lebih tua darinya bergerak berbalik seraya melambai penuh semangat. Tawaan kecil memang tidak jarang menyambangi, hanya saja—tidak jarang pula Seulbi menarik senyum diiringi dengan sebuah keterpaksaan.
Menghela napas sesaat sebelum kembali merajut bahan pikiran untuk terbentuknya imajinasi yang akan dikembangkan melalui gambaran pena pada kertas. Kepala dan otaknya benar-benar mencoba untuk bergerak menerawang pun memukul keras haluan untuk tetap tertuju pada tujuan awal—menghasilkan sebuah rancangan desain yang selalu dinanti.
"Hallo, Nona. Apa yang sedang kau lakukan sehingga membuat si Tuan Tampan ini mengeluh gemas pada kerutan yang dibuat pelipismu?"
Seruan suara berat menguar tak jauh dari pintu masuk butik di seberang sana. Seulbi mendongak kesal dengan tatapan terpancar tidak habis pikir.
"Berhentilah untuk membuatku terkejut, Tuan Kim. Dan—perihal apa yang tengah aku lakukan, kupikir aku sedang membuat bekal makan siang untukku nanti," ujarnya seraya memutar bola mata geram.
Taehyung terkekeh kecil,
"Ah, kurasa aku salah jika harus menggoda seorang wanita yang tengah didatangi tamu bulanan sepertimu, huhuhu." Pemuda itu menimpal seraya kedua tangan yang menyilang di depan dada.
"Omong kosong, Kim."
Seulbi mencoba untuk mengabaikan pemuda idiot itu dengan atensi yang berkutat penuh pada kertas. Dengusan pelan sudah teramat sering ia keluarkan. Pikirannya benar-benar membeku, ide tidak kunjung wanita Ahn temukan, sungguh.
"Jangan memaksakan, percuma saja, bisa-bisa kau jadi gila sungguhan karena memikirkan rancangan," katanya begitu dengan santai.
Seulbi mendelik geram ke arah pemuda yang tengah terduduk pongah, pun berlagak memaku kaki seraya tangan yang bergerak memainkan ujung kuku.
"Pergi sana! Kau terlalu sering mangangguku, Tuan."
Wanita itu menimpal teramat gemas ingin menghantam.
"Eiy, padahal niatanku terlalu baik datang kemari hanya untuk menawarkan makan siang bersama—dan aku menawarkannya secara percuma untukmu." Taehyung mengerutkan bibir dengan tampang sedih yang terlalu dibuat-buat.
"Kau terlalu sering marah akhir-akhir ini, Ahn. Kau—membuatku takut," lanjutnya begitu.
Ahn Seulbi hanya mampu menghela napas. "Mukamu itu, berhentilah untuk memasang wajah menggelikan seperti itu, Kim Taehyung."
"Tidak akan, sebelum kau menyetujui ajakan kencanku siang ini, bagaimana?" ucapnya menggelikan diiringi gelitikan nada yang mampu membuat perut Ahn Seulbi bergejolak mual.
"Tidak, pekerjaanku masih—"
"Oh, ayolah, kau tega menolak ajakan kencan dari pria setampan aku ini, Bi."
"Kencan? Lubang hidungmu sana!" timpalnya cepat teramat kesal.
Jika si Kim Taehyung mulai bergerak untuk merajuk bodoh semacam ini, percayalah jika perempuan yang sudah seringkali ditindas— semacamnya Seulbi—ia tidak dapat berkutik selain mengiyakan rengekan bayi besar di depannya yang kian merengek tajam menghantam gendang telinga.
Nyatanya, si Kim Sialan itu tidak ada bedanya dengan bocah yang baru saja menginjakkan kaki di taman kanak-kanak.
"Ayolah, ayolah, ayo—"
"Baik, baik, baik, tunggu aku sepuluh menit lagi, Kim Sialan!" [].
***
a/n: huhuhu, maaf baru bisa nongol lagi, hikseu T_T kemarin kemarin aku jarang pegang hp, hikseuu, tapi insyaallah sekarang aku uo teratur, kok, meski pendek-pendek, huhu:")
Dan pula ini ceritanya lagi kupikir pikir lagi buat endingnya,
Tim Happy Ending
Atau
Tim Sad Ending
:"v
Kira-kira yang mana, manteman:")
Tunggu aja, yeah, nanti undangan pernikahan TaeBi kaming sun:"
Parpel you💜💜
Dalii
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴅᴇᴄᴇɪᴛꜰᴜʟ; ᴊᴊᴋ
FanfictionKetika semuanya berubah menjadi neraka, tidak ada seorangpun yang dapat menciptakan surga di antara kepungan hitam yang melanda. Started : 09 December 2018 Finished : 19 September 2019 ©Piperlight Tersedia E-book version Cover by pinterest