Chapter 21

6.9K 1.1K 399
                                    

Semuanya terlihat teramat kusut sekali. Menggerakan haluan untuk berlari setidaknya berharap dapat menghindar dari sebuah kenyataan, tentu saja semuanya tidak dapat menyusut sebagaimana jalinan benang yang dapat mengerut tatkala hinggapan air menyerang.

Seulbi melepas pagutan dengan sepihak pun gerumulan perasaan jijik dan puas terasa menjadi padu membentuk amunisi. Hatinya merasa sedikit meremang tatkala Jungkook menatapnya murka, seakan ingin menghabiskannya mati-matian. Entah Seulbi harus bertepuk tangan atas keberanian, atau malah ia meringkuk bodoh bak manusia tak berguna.

"Keparat—" desis Jungkook dengan wenangan amarah yang berkobar mengkilat.

Guna menghilangkan perasaan yang berkecamuk, Seulbi berkutat dengan masalah pun dengan segera ia mendongak. Seulbi tidak tahu jika dirinya akan ditatap tidak kalah hina tatkala tangan itu menarik dan menyeretnya secara paksa dengan emosi Jungkook yang urakan.

Jungkook terlampau tahu jika kali ini bukanlah sebuah gurauan untuk hiburan konyol semata. Wanita itu, istrinya. Sial, kenapa ia menjadi seperti ini. Oh, ayolah, parempuan bodoh mana yang dengan mudah berlaku sedemikian rupa untuk mempermainkannya.

Deguman pintu di atas sana kembali terdengar untuk menyeruakkan hening malam yang kembali terasa hambar. Seulbi memekik tertahan tatkala punggungnya membentur balik pintu dengan kedua tangan si Jeon mengurung pun tatapan bringas seolah tak ingin menghilang barang satu detik.

Disorot tidak menyenangkan dengan rasa sakit yang kian menginvasi, Seulbi membuang tatapan ke samping tatkala Jungkook menatap jeli ke arah bibirnya. Jengah jika seperti ini terus, Seulbi mendorong pemuda itu agar segera menjauh darinya. Tidak kuasa jika ia akan terus mencemooh diri dengan Jungkook yang bergerak sesuka hati.

Barangkali dorongan yang Seulbi buat pada Jungkook akan membuahkan hasil, nyatanya pemuda itu lebih dulu meraih bibirnya untuk dipagut secara kasar, acak, dan perih yang mendominasi tatkala Jeon Jungkook berhasil membuatnya mencecap sirat akan sebuah anyiran besi.

Mengetahui jika istrinya memberontak hancur untuk menentang, Jungkook melepaskan pagutan pun sebuah tamparan keras yang dilayangkan. Seulbi terdiam dengan berbekal bilah pipi yang merobekkan tepat pada sudut bibir. Ia tidak meringis, sungguh. Terlalu sering mengeluarkan ringisan nyatanya menimbulkan dampak yang jauh lebih menyakitkan. Biarkan si Berengsek itu melakukannya sekehendak hati, seperti apa yang ia inginkan.

"Kau memberontak heboh ketika aku menyentuhmu, tetapi kau dengan senang hati memberikan sebuah sentuhan pada lelaki lain?!"

Jungkook berucap dengan rapatan tubuh yang kian menghimpit. Enggan untuk berucap, Seulbi hanya mampu tersenyum tipis seraya menatap balik jelaga hitam di depannya dengan tatapan dingin tidak ingin beralih.

"Aku lelah, Jungkook. Aku lelah, tidak bisakah kau membiarkanku bebas dari kuasamu?" ucapanya suram dan kecewa bercampur menjadi satu.

"Kau milikku, Ahn Seulbi. Kau milikku sejak dulu. Kau mengerti itu?!"

Jungkook peduli tidak peduli dengan perasaan yang kerap kali menghinggap. Hanya saja, satu dari yang lain—ia dapat merasakan perasaan enggan tatkala milikknya diusik pemuda lain.

Seulbi terkekeh kecut. "Tapi kau bukan milikku, Jeon Jungkook. Berhentilah untuk mengurungku layaknya seekor binatang peliharaan," jedanya parau, pun melanjut, " Aku bisa saja enyah sekarang juga, Jungkook. Kau tahu, perasaan semacam ini sudah lama aku abaikan dengan alihan bahwa aku mencintaimu. Aku diam saja bukan berarti aku selemah itu. Kau pikir hidupku berjalan hanya untuk mengemis romansa padamu? Jika kau tidak berminat padaku, biarkan aku pergi. Biarkan aku menemukan kebahagianku di luar sana, meski aku tahu jika kebahagiaanku tertimbun sepenuhnya ada padamu."

Ahn Seulbi berucap dengan suara yang nyaris tercekat. Hatinya terbentur begitu saja jika menyinggung soal perasaan dan milik kepemilikan. Seharusnya Jungkook tahu, jika dirinya bukan barang akan sebuah hak paten. Seulbi tidak seberharga itu untuk dimiliki seorang pemilik. Bahkan ia dengan tak gunanya menghamburkan perasaan begitu saja pada pria yang jelas-jelas tidak menginginkan kehadirannya.

Sebegitu menyedihkannya hidupmu, Ahn Seulbi.

Jungkook memejamkan mata sesaat sebelum menyahut, "Kau tahu jika aku tidak mencintaimu. Tetapi kenapa kau masih bersikukuh dengan perasaan picisan seperti itu, Ahn Seulbi?!" Jungkook berucap seperti terdapat geraman dalam yang terselubung tiap paparan.

Lagi-lagi Seulbi tersenyum miris. "Kau pikir apa yang kulakukan akhir-akhir ini, huh? Kau berasumsi jika aku sedang bermain teater dengan gelungan peran idiot, begitu?"

Sia-sia saja perjuangannya selama ini jika Jungkook masih menganggapnya sebagai wanita si rendah yang masih berkeinginan meminta hati. Oke, Seulbi tahu jika hal seperti ini tidak akan semudah angin menghembus pada daun. Tapi—bahkan ia tengah berusaha, sungguh. Tidak habis pikir tatkala Jungkook datang dengan tidak tahu malunya untuk menghancurkan kerja keras dengan peluh yang terasa pahit. Sialan sekali.

"Jadi—sekarang apa maumu, Bi?" tanyanya mencoba untuk setenang air.

Seulbi lagi-lagi memalingkan wajah dengan perasaan kacau. "Kau bahkan sudah tahu apa keinginanku, Tuan Jeon."

Jungkook mengembuskan napas seakan menekankan udara yang serasa kian menipis. "Aku tidak akan mengabulkan keinginanmu untuk pergi dariku. Sekali lagi aku ingatkan padamu. Kau milikku, akan tetap selamanya menjadi milikku, Jeon Seulbi."

Seharusnya Seulbi bergerak lebih awal untuk terbebas dari kurungan tabiat seorang Jeon Jungkook. Kendati Jungkook mendengarkan semua keluh kesah yang nyaris tiap hari ia keluarkan, entah dengan perilaku, perkataan, ataupun perasaan. Seharusnya Jungkook mendengarkan suara hatinya. Seharusnya begitu. Alih-alih mendengarkan, Jungkook bergerak dengan cekalan yang kian menyakitkan—menyeret dengan tak sabaran ke arah ranjang pun dibanting acak yang memilukan.

Ahn Seulbi nyaris menitikan air mata tatkala Jungkook mengukungnya dengan rahang yang kian mengetat hebat. Apa ia salah jika harus memilih jalan seperti ini? Kendati Seulbi rasa ini akan berjalan sebagaimana untung yang seringkali dibayangkan, nyatanya sesosok Jeon Jungkook jauh lebih keras akan kuncian pada seonggok peliharaan yang ingin memberontak. Ya, peliharaan. Seulbi rasa jika jalan hidupnya memang harus seburuk ini.

Dan entah sejak pula kapan Jeon Jungkook menatapnya teramat dalam. Hanya saja Seulbi enggan berkutik rapuh untuk membalas. Biarkan saja pemuda itu menatapnya penuh dengan raut belas akan kasihan, penangkapan jelasnya seperti itu. Tatkala di mana Seulbi mencoba menegarkan perasaan untuk kembalu beranjak dari kuasa, Jeon Jungkook terlebih dahulu berucap teramat lembut, halus, dan dalam,

"Buat aku untuk beralih mencintaimu, Ahn Seulbi. Buat aku bergetar ketika aku di dekatmu. Buat aku menjadi milikmu seuntuhnya. Mari kita berjuang bersama, Bi-ya."

***

ᴅᴇᴄᴇɪᴛꜰᴜʟ; ᴊᴊᴋ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang