Orang-orang yang menyaksikan kecelakaan itu langsung berlari menolong mereka, salah satu warga ada yang melapor kepihak berwajib dan tidak lama dari menerima laporan itu, para polisi datang ke TKP dan melakukan Evakuasi. Sopir Mobil gas beserta keneknya meninggal di tempat dan hangus terbakar sedangkan keluarga Dika dilarikan kerumah sakit, dengan sigap para repoter pun mengambil liputan ini dan menyiarkannya di Televisi.
Bu Kesya, keluarga Pak Kariman, Keluarga mereka yang berada di Jogja dan Bogor Shok menerima kabar berita ini. Semua tak bisa menahan airmatanya, Terlebih Pak Purnomo baru 2 jam lalu telephonan dengan istrinya halimah suaranya sangat bahagia dan keadaan sekarang ia tidak berdaya berada di tandu dimasukkan ke mobil ambulan. Ia terduduk lemas di sofanya dan si bungsu tiba-tiba pinsan melihat kebahagiaan sirna dari kakaknya Bila. Pak purnomo yang berada didekatnya berusaha menyadarkannya dibantu dengan pihak keluarga yang lain.
Setelah si bungsu sadar, bergegaslah mereka menuju jakarta. Di Jakarta Pak Kariman yang sudah menganggap keluarga Dika sebagai keluarga sendiri langsung pergi menuju rumah sakit, lalu ia berlari mencari keberadaan sahabatnya ini. Perawat memberitahu mereka dirawat diruangan 201 dan 202.
Setibanya diruangan, ia lebih memilih masuk keruangan 201 terlebih dahulu yang ternyata didalamnya ada Dika dan Pak Orland, Pak Orland sedang diperiksa oleh Dokter sedangkan keadaan Dika cukup parah dan sudah sadar. Dengan masih merasakan lemas ditubuhnya ia bangun dan bertanya kepada Dokter yang sedang merawat Pak Orland "Dimana istri dan anak-anakku Dok?"
Mendengar pertanyaan itu dokter menghentikan dirinya dari membersihkan luka Pak Orland lalu mendekati Dika yang terkena luka dikepala dan tangannya. "Ibu Halimah dan Nila hanya mengalami luka ringan seperti Pak Orland karena ia duduk dibelakang. Istri Bapak masih belum sadar sampai saat ini karena diantara kalian dialah yang paling parah lukanya." Jelas Pak Dokter.
"Lalu bagaimana dengan Bayiku Dok?" Tanyanya kembali.
"Bapak yang sabar ya, Bayi Bapak tidak tertolong. ia kami temukan sudah tidak bernyawa kemungkinan dikarenakan jantungnya masih lemah menerima dentuman/suara dari Tabrakan ini." Kata dokter menjelaskan kembali, seketika dunia serasa berkabut. Begitu cepat sekali kebahagiaan menghampirinya ia tak bisa menahan kepedihan hatinya dan memukul-mukul kepalanya. Pak Kariman yang tak tega melihat keadaan Dika berusaha menenangkannya, setelah ia tenang ia teringat istrinya bagaimana jika istrinya tahu tentang ini apakah ia bisa menerima semua ini?, lalu ia meminta untuk menemui istrinya.
Diruang 202, Halimah sudah mengetahui kabar kematian Cucuknya yang baru lahir kedunia ini. Ia lebih tabah dan tegar dari yang lainnya, Nila yang sudah sadar terus-terusan menanyai Adik kecilnya dan ia ceritakan apa yang dia alami ketika mengalami kecelakaan itu kepada Halimah, Halimah yang mendengarnya pada akhirnya tidak kuat menahan air matanya. Begitupun Dika dan Pak Kariman yang berdiri mematung mendengarnya. Ia langsung berlari kecil memeluk Nila "Ayah, Adik Nila dimana yah" Tanyanya kembali.
"Adik Nila sekarang sudah tenang disurga ya Nak." Jawabnya sambil terisak. Lalu Dika menemui istrinya yang masih tidak sadarkan diri, "Maafkan aku Bil, seandainya aku tidak lengah kecelakaan ini tidak akan terjadi." Katanya menyalahkan dirinya.
"Ini bukan salahmu Dik, sudah kehendak Allah swt ini terjadi." Halimah menepuk-nepuk pundak Dika menenangkannya. Tidak lama dari itu Bila mulai sadar, Dika senang melihatnya ada secercah kebahagiaan melihat bidadari hatinya siuman.
"Mas, Anak kita mana?." Tanya Bila yang masih mengalami pusing dikepalanya. Lalu ia memanggil Nila dan Nila mendekati bundanya dengan luka dikakinya, Bila tersenyum melihatnya. "Lalu Adiknya dimana Mas?." Tanyanya kembali. Dika dan yang lainnya hanya terdiam, Bila yang merasakan ada yang tidak beres bertanya kembali. "Nadila dimana Mas?." mendengar pertanyaan itu Dika langsung memeluk istrinya dan membisikan kepadanya meberitahu bahwa Nadila, Anaknya telah meninggal. Sontak Bila sangat terkejut mendengar hal itu "Mas bohong, bilang padaku apa yang Mas bicarakan ini tidak benar." Pintanya kepada Dika, berharap suaminya ini berbohong tetapi Dika menangis dan tersadar yang di ucapkan suaminya benar adanya, ini adalah pukulan terberat dan kenyataan yang menyakitkan, yang harus ia terima. Ia histeris menjerit dan berkali-kali pinsan sampai-sampai Dokter memberikannya suntikan penenang.
"Ayah, bunda kenapa ya? Ayah adik kecil kenapa pergi ke surga?" Tanya Nila yang menyaksikan itu semua.
Halimah menahan tangisnya dan berusaha menenangkan Dika dan cucuknya. Pak Kariman hanya bisa terdiam bagaimana bisa keluarga sebaik ini diberi ujian yang seperti ini, iapun menangis.
Bersambung....!!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Ini Kacamata_Nya Bukan Kacamata Mu
General FictionCerita bersambung mewakili perjalanan hidup seorang manusia yang bernama hawa (Perempuan)