Sepulang kerja, Dika istirahat di ruang keluarga, ia menikmati biskuit yang ada ditoples. Biskuit itu memang sengaja disediakan oleh Bila untuk cemilan ketika mereka bersantai, ia memilih cemilan biskuit karena selain mengenyangkan itu mudah ia dapati di toko-toko supermarket tempat ia belanja bulanan untuk keperluan dapur.
Bila datang memberikan teh hangat untuk menghilangkan haus yang didera suaminya lalu ia membaca tabloid yang ada di Meja. Dika memperhatikan dirinya dan melihat apakah ada yang aneh dari Bila, ia terdiam cukup lama memandangi istrinya. Bila yang merasa aneh dengan sikap Dika akhirnya bertanya "Kenapa mas? Apa yang ada dalam pikiranmu? Aku yakin dirimu memperhatikanku daritadi pasti ada suatu hal kan?."
Dika tersenyum mendengar pertanyaan Bila, "Kamu janji tidak akan marah jika aku bertanya dan akan menjawabnya dengan jujur."
"Iya." Jawab bila dengan ragu-ragu yang masih diliputi rasa bingung dihatinya. Lalu Dika mengeluarkan Tespek yang ia temui tadi pagi kepada Bila, Bila terkejut melihatnya. "Bagaimana mas dika menemukan ini, oh iya aku lupa membuangnya tadi pagi." Batinnya, Bila terdiam cukup lama, lidahnya seakan-akan keluh tidak bisa berbicara apa-apa.
"Apakah Tespek ini milikmu?" Tanya Dika, Bila mengangguk dan betapa senangnya ia mendapati kenyataan istrinya sedang hamil kembali tapi ia berusaha untuk menyembunyikan kesenangannya itu.
"Kenapa kamu tidak memberitahuku jika dirimu sedang hamil Bila?." Tanyanya."Aku takut memberitahu kabar ini mas, aku takut kebahagiaan yang akan kita rasakan nantinya akan berakhir seperti anak kita yang kedua, aku takut hanya memberi kebahagiaan semu kepadamu." Jawabnya sambil menangis, Dika langsung memeluk Bila dan berkata. "Hei jangan menangis sayang, kamu tidak perlu menyesali apa yang sudah terjadi, aku sudah ikhlas melepaskan kepergian Nadila. Hidup kita akan terus berjalan justru seharusnya kamu bersyukur kepada Allah swt karena ia masih mempercayai kita menjadi orang tua."
Mendengar kata-kata itu Bila merasa tenang sekali, ia merasa berada dalam orang yang tepat. Dika bukan hanya seorang suami baginya tapi sebagai teman, sahabat, orangtua dan bisa berganti peran apapun dalam hidupnya karena sangat tenangnya ia berada dalam pelukan suaminya, ia tertidur. Dika tersenyum melihat istrinya tidur dalam pelukannya lalu membawanya ke kamar untuk merebahkannya.
Nila yang melihat ibunya dibawa kekamar mendekati ayahnya setelah keluar dari kamar dan bertanya."Bunda kenapa yah?."
"Tidak apa-apa bunda hanya kecapean nak, oh iya ada kabar gembira sayang." Jawabnya.
"Apa yah?." Tanya Nila penasaran.
"Kamu akan menjadi seorang kakak."
"Benarkah yah, alhamdulillah. Nila janji yah akan menjaga bunda dan adik dengan baik"
Dika mengusap rambut anaknya dan memeluknya, "Terimakasih Tuhan, telah memberikan kami senyum kembali, semoga apa yang kami takutkan tidak terjadi seperti kejadian kala itu." Do'anya dalam hati dan mengecup kening anaknya. Ia seorang ayah dan suami yang begitu sangat menyayangi istri dan anaknya, seseorang yang selalu berusaha sekuat tenaganya memberi pelindungan zhahir maupun batin, seseorang yang dengan tulus menjaga amanah yang diberikan Tuhan kepadanya, dialah seorang hamba yang bernama Dika.
Bersambung...!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Ini Kacamata_Nya Bukan Kacamata Mu
General FictionCerita bersambung mewakili perjalanan hidup seorang manusia yang bernama hawa (Perempuan)