Pada hari senin, minggu kedua mereka melakukan serangkaian Test, kali ini kelas dipisah antara yang tersisa dan gugur dalam pertarungan merebut piala bergengsi di Sekolah ini. Yang gugur mengikuti pelajaran seperti biasanya, kini Silla lebih pokus dalam mendengarkan apa yang diterangkan oleh guru dan membuat teman-temannya bertanya-tanya.
Dijam istirahat, salah satu temannya memberanikan diri bicara kepadanya. "Silla, kamu salah minum obat ya?".
"Aku gak minum obat apa-apa" jawabnya sambil menyeruput mie yang sangat menggoda selera.
"Masa si, lalu apa yang membuatmu berubah?." Tanya yang lainnya.
"Berubah apanya si? , aku merasa gak ada perubahan dalam diriku" tanyanya sambil menjelaskan.
"Hari ini kamu lebih pokus dalam belajar, apakah kegagalan test kemarin itu yang menyebabkan berubah saat ini?" Tanya temannya yang terakhir dimana awalnya dia hanya diam saja.
Ya gengnya Silla memang berempat (Silla, Tasya, Ulfa dan Vianka), mereka kemana-mana selalu berempat walau mereka baru kelas VII tetapi pamornya sudah meningkat di seantereo sekolah ini, salah satunya karena Ayah Silla si penguasaha sukses dan statusnya sebagai Duren (Duda keren) menjadi daya tarik sendiri.
"Kamu biasanya biasa saja dengan hasil test kamu, ini bukan pertama kali mendapat nilai jelek atau semua ini karena Nila?." Tanya Vianka kembali.
Kali ini Silla mengurungkan niatnya untuk memasukkan makanan kemulutnya, pikirannya melayang mengingat pertemuannya dengan Nila disabtu pagi.
"Bukan karena dia" katanya akhirnya lalu berdiri meninggalkan teman-temannya yang mematung.
Setelah sadar Silla pergi, Vianka mengejarnya dan di ikuti yang lainnya ketika hampir sampai kekelas tangannya ditarik oleh ulfa membuat tubuhnya terbentur tembok.
"Kalau bukan karena Nila, kenapa kamu menghindar?" Tanya Tasya setengah berteriak.
"Aku kira kalian sahabatku, tapi perlakuan kalian kasar sekali." Kata Silla menahan sakit dan marah.
"Bukankah kita sudah biasa bersikap kasar, kenapa kamu jadi lembek begini Silla. Siapa yang meracuni otakmu sampai selemah ini?." Tanya vianka tak kalah marahnya.
"Kalian ingin tahu karena apa, kalian beneran ingin tahu? Ok fine..... ini semua karena daddyku....ia ingin aku berubah... kalian tahu gimana rasanya melihat orang yang sangat kita sayangi menangis dalam diam, Sakit, itu rasanya." Jelas Silla sambil menangis dan berteriak ke teman-temanya kali ini ia sudah tak bisa menahannya lagi lalu pergi meninggalkan mereka dan murid-murid yang lain hanya bisa diam terpaku menyaksikan itu semua terlebih Cika, Nila dan Erik. Iya mereka menyaksikannya karena kebetulan mereka sedang ingin kekantin.
Nila ingin mengejarnya tapi langkahnya terhenti ketika ia menyadari adanya Cika dan Erik.
"Pergilah, Mamah Bila sudah menceritakannya kepada kami kemarin" kata erik, dimana diam-diam Bundanya Nila kerumah mereka dan berbicara kepada mereka tentang niat Nila.
"Kita kejar bertiga yuukkk" ajak Cika.
"Kamu tidak marah cik?" Tanya Nila bingung.
"Hati kamu bersih Nil, hati kamu sebening kaca. Tak pantas aku memarahimu." Jawab Cika tersenyum, aaahhhh cika dia sahabat yang paling bijak dan Cika menyadari sepenuhnya ketulusan Nila, jika Nila tidak baik, tidak mungkin ia melupakan kejadian sewaktu kecil ☺☺☺.
Mereka sudah berhasil mengejar Silla, ia masih terisak disela-sela tangisnya. Ia tak pernah membayangkan sedikitpun akan terjadi seperti ini, mereka yang dianggap sahabatnya malah menghakiminya seperti itu tapi orang yang dianggapnya musuh tak pernah sekalipun melukai hatinya.
"Untuk apa kalian kesinih, untuk mentertawaiku?" Tanyanya setelah melihat Cika.
"Mungkin, tapi aku tidak akan lakukan itu." Jawab Cika.
"Jangan memandang wajah kasihan seperti itu, aku tak perlu dikasihani." Katanya lagi.
"Aku tak kasihan padamu, kamu memang harus melalui semua ini agar kamu sadar mana yang baik untuk kamu lakukan atau tidak." Jawab Cika kembali sambil duduk dihadapannya. Di pikir-pikir memang benar apa yang di ucapkan Cika, adakalanya manusia mengalami yang namanya sebab akibat sehingga kita sadar jika sudah melampaui batas.
"Ini hapus airmatamu, masa ketua geng paling terpopuler cengeng si" Kata Erik menyodorkan sapu tangannya, awalnya ia ragu tapi setelah melihat Nila dan di anggukan olehnya ia mengambilnya.
"kami akan disini, sampai kamu tenang. Nanti kita kekelas bareng-bareng." Kata Nila yang sedari tadi milih diam.
Mereka berempat terdiam disanah, pandangan mereka hanya melihat pemandangan yang ada disekitar. Tak ada kata-kata keluar selain pikiran yang jauh melesat dari jiwa mereka. Terbang bersama kupu-kupu nan indah dan pelangi dari sisi barat yang menambah keindahan alam bagi yang mensyukurinya.
Bersambung.....!!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Ini Kacamata_Nya Bukan Kacamata Mu
General FictionCerita bersambung mewakili perjalanan hidup seorang manusia yang bernama hawa (Perempuan)