Buliran Putih

15 2 0
                                    

Hari yang ditunggu-tunggu sebagian murid telah tiba, semua murid dari kelas VII & VIII mengikuti tes hari pertama ini. Tes ini akan dilalui beberapa tahap dalam waktu kurang lebih 2 bulan setengah sampai pada mewakili sekolah untuk bersaing dengan sekolah-sekolah lainnya.

Diperjalanan ke sekolah Nila, Cika dan Erik sibuk dengan pikirannya masing-masing. Tidak banyak kata-kata yang keluar dari mulut mereka hanya pesan semangat dari Erik untuk Nila dan Cika.

Hati Nila dan Cika diliputi rasa cemas karena baru kali ini mereka bersaing secara nyata untuk menjadi perwakilan sekolah dalam merebut piala tingkat nasional, walau mereka sama-sama menginginkan hal yang sama tapi mereka berjanji akan bersaing secara sehat.

Setibanya disekolah tidak lama kemudian bel masuk berbunyi dan ketika semua murid sudah berada dikelas masing-masing datanglah seorang guru pengawas untuk mengawasi mereka ujian agar tidak terjadi kecurangan dalam arti men-contek.

Nila dan Cika begitu tenang mengerjakan test itu tapi tidak dengan Silla ia begitu gelisah karena selama ini tidak belajar untuk mempersiapkan test ini, kegelisahan ini bukan tiada arti karena baru pertama kali dalam hidupnya ayahnya mendatanginya untuk meminta sesuatu kepadanya. Permintaan yang tak mungkin bisa ia wujudkan, permintaan untuk menjadi perwakilan sekolah dalam tes ini. Itu tidak mungkin bisa terwujud karena ia sadar kepintarannya tidak sebanding dengan Nila dan Cika. "Tes" buliran putih itu menetes di kertas ujiannya, menyadari dirinya menangis ia langsung mengusap air matanya agar tidak ketahuan oleh yang lain.

Disisi lain, Nila diam-diam memperhatikan Silla. Ia bukan baru pertama kali melihat Silla menangis dalam diam, Nila sering melihatnya entah itu dikantin atau toilet tapi selama ini ia pura-pura tidak mengetahuinya karena sikap permusuhan yang ditunjukkan kepadanya tapi jauh direlung hati Nila ia ingin mengahapus bulir lembut dari wajah imut temannya itu.

Tatapan mereka bertemu, Nila memberikan senyum persahabatan tapi Silla yang menyadari hal itu milih menundukan kepalanya "Apakah Nila melihatku menangis?" Tanyanya dalam hati.

Ujian telah selesai, Guru pengawas mengumpulkan jawaban yang diisi oleh murid-murid. Sebelum meninggalkan ruangan ia berkata "Jawaban kalian akan di Nilai terlebih dahulu, pengumumannya hari jum'at dan ini adalah sistem gugur dari 40 murid akan gugur 10 jadi 30 murid yang lolos akan mengikuti ujian dihari senin depan, persiapkan diri kalian ya anak-anakku."

Mendengar hal itu mereka semua deg-degan, ternyata seketat ini persaingan disekolahnya. Memang tidak salah jika sekolah ini dijuluki sekolah terbaik di jakarta karena systemnya memang bagus dan persaingannyapun begitu sangat ketat dan  secara sehat dimana yang berprestasilah yang dibanggakan, tidak mempedulikan anak didiknya dari latar belakang keluarga berada atau miskin, terpandang atau tidak, pejabat atau sipil mereka melihat dari prestasi masing-masing muridnya.

Hari jum'at semua murid telah berbaris didepan mading, sebagian murid ada yang tersenyum bahagia dan ada juga yang lesu karena gugur dari hasil pengumuman itu.

Nila dan Cika termasuk orang yang lolos, mereka bahagia karena usahanya tidak sia-sia. Disisi lain Silla terduduk lemas mendapati dirinya gugur bahkan ini baru test pertama yang gugur 10 orang tapi ia sudah kalah, bagaimana ia akan memberitahukan dady-nya.

Lagi-lagi Nila memperhatikan Silla, Nila ingin sekali mendekatinya tapi di urungkan niatnya karena ia tahu jika ia mendekatinya sekarang akan menimbulkan kekacauan karena Cika sangat amat tidak menyukai Silla.

Bersambung....!!!

Ini Kacamata_Nya Bukan Kacamata MuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang