Angin segar dari surga

12 2 0
                                    

Sabtu pagi Nila begitu sangat ceria, ia menyusuri lorong untuk menuju kelasnya. Ia bernyanyi kecil seperti orang bergumam sendiri, ia sengaja berjalan sendiri tanpa di temani oleh Cika karena ia sedang mempunyai tujuan yang tidak ingin Cika mengetahuinya.

Matanya berkeliaran menembus waktu, angin sepoi-sepoi menyibakan rambutnya yang hitam nan lurus, wangi samponya menyerbak bagai bunga yang siap di hinggapi kumbang. Langkahnya terhenti ketika apa yang dicari sudah ditemukan, ia mendekat, mendekat dan lebih mendekat lagi. Langkahnya tertahan ketika ia mendengar isakan tangis dari orang yang ia cari.

Hati Nila tiba-tiba dilanda rasa ragu, apakah ia akan mendekatinya seperti keputusannya semalam ketika bicara dengan bundanya atau lebih memilih untuk mengurungkan niatnya tapi kata-kata bundanya begitu sangat terngiang ditelinganya.

"Nak, jika hatimu ingin melakukan kebaikan lakukanlah, jangan kau tolak hanya karena takut dengan alasan yang dibuat-buat."

"Tapi Bun, jika Cika mengetahuinya gimana? Dia pasti akan memarahi Nila."

"Cika tidak akan marah Nak, ceritakan kepadanya jika kamu berhasil menenangkan hati Silla ya"

"Kamu ngapain disini?" Tanya Silla membuyarkan lamunan Nila, Setelah Nila sedikit bisa menguasai dirinya dan sadar bahwa Silla telah menyadari kehadirannya, ia memilih tersenyum dan duduk disampingnya.

"Aku tidak akan bertanya alasan matamu sembab seperti itu, tapi yang membuatku kesini adalah ingin membicarakan sesuatu kepadamu" kata Nila setelah diam beberapa saat yang membuat suasana hening seketika.

"Daddyku menginginkan aku menjadi perwakilan sekolah dalam olimpiade ini, tapi aku gagal mewujudkannya." Katanya tertunduk dan kembali air matanya mengalir.

"Apakah ayahmu marah?"

"Tidak, tidak sama sekali. Justru karena ia tidak memarahiku sedikitpun membuat hatiku remuk dan merasa tidak berguna menjadi seorang anak. Aku dibesarkan begitu sangat kecukupan, apapun yang aku inginkan selalu dituruti tapi kali ini ketika daddyku menginginkan sesuatu aku tak bisa mewujudkannya" seperti kerikil yang berhasil keluar dari kerongkongannya hatinya kini lega, seseorang yang sangat ia benci karena dianggap saingannya tapi kini jadi wadah untuk mengeluarkan uneg-unegnya, bibirnya terkulum senyum antara bahagia atau harus sedih dengan semua itu.

"Kamu belum gagal Sill, kamu bisa ikut lagi dikelas VIII. Anggap saja ini untuk pelajaran, kamu belajar dari sekarang untuk mempersiapkan tahun depan."

Mendengar kata-kata Nila, Silla seperti mendapat angin segar dari surga kenapa ia tidak terpikirkan hal itu sebelumnya. Ahhhhh memang pikiran ia dan Nila sungguh sangat berbeda dari segi apapun ia kalah dari Nila, tak salah jika Erik sangat menyayanginya.

Bersambung....!!!!!

Ini Kacamata_Nya Bukan Kacamata MuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang