Dika dan warga sekitar tidak bisa menahan amarah Pak Kariman, langkahnya semakin dekat kepada Anila dan sepedanya. Ibunya masih berusaha melepaskan pelukan Anila dari sepedanya, akhirnya ia bisa melepasnya juga tapi Anila meronta-ronta dan menangis kejar, Tak rela sepeda pemberian ayahnya akan dibakar. Orang-orang yang menyaksikan ikut menangis. Ketika akan dibakar sepeda itu, datanglah seseorang berbadan tinggi dan penuh wibawa lalu berkata " Hentikan semua ini."
"Anda siapa? Jangan ikut campur dengan urusan kami." Tanya Pak kariman dengan berteriak.
" Anda tidak perlu tahu siapa aku, jadi seperti ini anda menyelesaikan masalah? Tidak mendengarkan dari semua pihak tapi main hakim sendiri." Jawab orang itu.
"Apa peduli anda, keluarga mereka sudah melukai anakku." Katanya.
"Anda juga melukai keluarganya, sadarkah anda dengan sikap anda yang seperti ini." Orang itu membalas perkataan Pak Kariman
"Aku sudah melakukan hal yang benar." Bela Pak Kariman.
"Benar menurut Anda bukan orang lain, sekarang saya akan perlihatkan Video ini." Kata orang itu.
lalu orang itu memutar video yang ia bawa dan menyuruh semua orang berkumpul serta mendekat. Ternyata video itu adalah Video dimana Cika terjatuh dan terlihat jelas Cika jatuh sendiri, teman-temannya berada didepan dan cika berada diurutan terakhir. Ketika jatuh teman-temanya menolong dan Nila berniat akan mengantarkan Cika pulang tapi ditolak olehnya. Bila bersyukur apa yang diceritakan Nila benar adanya. Pak Kariman setelah melihat video itu mukanya merah padam bukan karena marah tapi kali ini karena Malu. Dika hanya memperhatikan Pak kariman dan berpikir apa yang ia lakukan selanjutnya.
"Sekarang sudah jelaskan, siapa yang benar dan salah, siapa yang berbohong dan tidak." kata orang itu setelah videonya selesai diputar.
"Aku sebenarnya tidak sengaja merekam kejadian ini, aku sedang joging melihat pemandangan yang bagus aku rekam lalu lewatlah anak-anak kecil ini dengan senyum diwajah mereka tetapi tiba-tiba ada yang terjatuh seperti yang kalian saksikan." Jelasnya.
"Bapak daritadi melihat perseteruan ini, kenapa bapak hanya diam saja Pak? Kenapa tidak dari awal Bapak mengasih tahu mereka?." Tanya salah satu warga.
"Oh, aku sengaja ingin melihat bagaimana mereka menyelesaikan masalah ini, apakah mengikuti nafsu amarah atau bisa berpikiran tenang, tetapi sangat disayangkan Pak Kariman menyelesaikan dengan cara seperti tadi." Katanya lalu melihat satu-persatu kepada mereka.
"Aku tahu masing-masing kalian sayang dengan anak-anak kalian, tapi bijaklah dalam menyelesaikan masalah jangan sampai rasa sayang kalian membutakan mata hati kalian sehingga tidak mempedulikan mana yang benar dan salah." Lanjutnya.
"Pak kariman, dengan tindakan main hakim sendiri. Bapak sudah salah, jika Bapak ingin membawa hal ini ke ranah hukum, hukuman itu akan berbalik kepada Bapak. Pertama karena Fitnah, kedua pencemaraman nama baik, dan ketiga mencoba pembunuhan karena Bapak hampir membunuh Nila tadi." Katanya memberi penjelasan ke Pak Kariman.
"Pak Dika, sebagai seorang ayah dari Nila karena Pak Kariman hampir membunuh anak Bapak. Akankah hal ini akan ditindak lanjut keranah hukum?." Tanya orang itu ke Dika, Dika terkejut ditanya seperti itu karena pikiran itu tidak terlintas sama sekali di otaknya. Orang itu melihat Dika hanya diam akhirnya melanjutkan bicara. "Aku seorang Polisi, jika Pak Dika menyetujui akan aku proses kejadian ini untuk memberikan efek jera kepada semuanya."
Mendengar kata-kata itu, Pak Kariman pucat pasi ada rasa takut didalam dirinya. Bila memandang suaminya "apa yang akan kamu putuskan Mas?." Tanyanya dalam hati, sebagai seorang Ibu hatinya sangat terluka oleh perlakuan Pak kariman.
"Aku dan keluarga memang sangat disakiti dalam hal ini, karena Pak Kariman tidak menerima kejujuran Nila dan hampir membunuhnya. Tetapi sebagai seorang ayah, mungkin aku juga akan melakukan hal yang sama jika anakku terluka seperti cika, Pak Polisi bukannya aku tidak ingin menegakan hukum tapi aku ingin menyelasaikan ini dengan asas kekeluarga'an. Anggap ini sebagai pembelajaran khususnya untuk Pak kariman dan keluarga dan umumnya untuk kami semua." Jawab Dika memberi pandangannya. Kembali Bila tidak habis pikir dengan cara pandang suaminya, terbuat dari apa hatinya ini.
Pak kariman hanya tertunduk malu kini ia tak bisa menegakan kepalanya dan pergi begitu saja, semua orang terbengong melihat kejadian itu.
"Aku mewakili suami dan keluarga meminta maaf kepada semuanya." Pinta Lena mamahnya cika lalu berlalu pergi membawa anaknya.
"Kenapa mereka seperti itu si Mas?." Tanya Bila yang sangat kesal.
"Biarkan Bil, mereka butuh waktu menerima kejadian ini." Jelas Dika.
"Pak polisi, aku mengucapkan terimakasih atas bantuannya, Alhamdulillah masalah ini sudah selesai." Kata dika ke Pak polisi. Pak Polisi hanya membalas dengan anggukan lalu ijin pergi.
Nila berdiri mematung, ia masih menangis, ia masih mengingat kejadian tadi, ia melihat satu demi satu orang-orang meninggalkan tempat itu hingga yang tersisa hanya mereka bertiga. Lalu ia diajak pulang oleh orang tuanya. Ia masih terdiam, terdiam dan terdiam.....!!!
Bersambung....!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Ini Kacamata_Nya Bukan Kacamata Mu
Algemene fictieCerita bersambung mewakili perjalanan hidup seorang manusia yang bernama hawa (Perempuan)