Setelah mengikuti test tersebut, Nila merebahkan badannya di teras rumah, angin sepoi-sepoi menyapu wajahnya yang mulus, gerakan rambut yang mengikuti arah angin dibiarkan begitu saja goyang-goyang dengan bebas. Ia memejamkan matanya lalu pikirannya melayang ke angkasa luas.
Perlahan tapi pasti ia membuka matanya, pikirannya yang masih setengah sadar bingung kenapa ia tiba-tiba ada di kamarnya bukankah tadi ia di teras rumahnya....?
Iya bangkit dari tidurnya dan langsung keluar kamar mencari ayah dan bundanya, ketika menuruni anak tangga hatinya merasa lega mendapati orangtuanya sedang makan lalu tiba-tiba cacing didalam perutnya berbunyi ia memegang perutnya dengan senyum geli 😁😁😁
"Eh, anak ayah sudah bangun." Kata ayahnya, membuat Nila tersenyum tipis.
"Lapar ya, memegang perut seperti itu. Ayuk makan nak" ajak bundanya.
Tanpa pikir panjang, Nila langsung melanjutkan langkah kakinya ke meja makan dan makan dengan lahapnya.
Dika dan Bila hanya tersenyum melihat perjuangan Anak kesayangannya ini. Setelah selesai makan Anila bertanya "Yah, Bun kenapa Anila tiba-tiba ada dikamar, bukannya tadi Anila di teras ya?".
"Kamu tadi tidur di teras sayang, ayahmu yang bawa kamu kekamar" jelas Ibunya.
"Iya benar tapi anak ayah sekarang berat ya, dulu ayah dengan gampang bawa kamu sekarang harus dengan tenaga full " ledek Dika lalu tertawa. Nila mukanya memerah, ayahnya senang banget membuat dirinya tersenyum dan melihat ayahnya tertawa lepas seperti itu membuat hatinya tidak ingin kebahagiaan hilang dari ayahnya 😘😘😘
"Aduuhh" Rintihan Ibunya membuyarkan pikiran Anila.
"Kenapa Bil ? " Tanya Dika khawatir.
"Dede bayinya nendang bunda mas, dia iri sama kakaknya" sontak jawaban Bila membuat tawa mereka pecah, memecahkan malam yang sunyi tanpa rembulan yang menyinari
......................................................................
Kamis, hasil pengumumanpun di tempel di mading dan bersyukurnya Anila lolos dalam babak pertama ia berhasil menyisihkan lawannya masuk ke 6 besar.
Hari-hari yang dilalui semakin ketat bagi Anila, ia belajar, belajar dan belajar. Di Minggu ke dua dalam babak kedua pun Anila mengikuti test dan hasilnya lolos kembali, ia menyisihkan dua temannya lagi sekarang iya sudah berada di empat besar.
Dalam jam istirahat Nila memilih untuk belajar, ia tidak ikut Cika pergi ke kantin tapi Ia tersenyum melihat Cika membawakannya Es krim.
"Jangan terlalu serius tuan putri Nila, nanti wajahmu menua sebelum waktunya looohhh hehehee" kata Cika menyodorkan es krim kepadanya, ia segera mengambilnya dan mengemut dengan nikmatnya 🍧🍧🍧
"Terimakasih ya"
"Jangan terimakasih padaku, tapi pada kakak ku ya " jawab Cika.
"Ada apa nih, panggil-panggil namaku" kata Erik duduk disamping Nila.
"Aaahhh pura - pura gak tahu nih pangeran Erik" ledek Cika kepada kakaknya, membuat Erik salah tingkah.
"Nila, Mamah Bila usia kandungannya sudah berapa bulan? " Katanya mengalihkan pembicaraan.
" Dua Minggu dari sekarang 7 bulan lewat seminggu k" jawab nila santai.
Cika hanya bengong dengan mereka berdua, bukan sekali Cika menyudutkan mereka untuk berbicara tentang lempar perhatian yang mereka berikan tapi seolah-olah itu tidak ada artinya di hati mereka.
"Kalau sudah kehilangan salah satu aja, baru deh kalian sadar" katanya kepada Nila dan Erik lalu nyeloroh pergi dan kali ini mereka yang terbengong mendengar perkataan Cika yang pergi begitu saja dan hilang dari balik tembok.
Ya seperti itulah Cika, jika sudah kesal dengan kakaknya dan Nila, ia memilih untuk pergi karena percuma jika ia masih stay diantara mereka, hanya akan membuat dirinya seperti orang ketiga atau nyamuk 😄😄😄
"Sebenarnya apa si hubungan K Erik dan Nila, pacar atau .... ????"
Itulah yang selalu dipikirkan oleh Cika yang terjebak diantara sahabat dan kakaknya....
Bersambung....!!!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Ini Kacamata_Nya Bukan Kacamata Mu
General FictionCerita bersambung mewakili perjalanan hidup seorang manusia yang bernama hawa (Perempuan)