Nila dan Cika beserta seluruh siswa-siswi SMP Karya Cipta sedang sibuk mempersiapkan diri untuk ikut kompetensi antar kelas yang akan mewakili sekolah dan mengharumkan namanya.
Dari beberapa minggu yang lalu ketika Nila disuruh fokus belajar, mereka seolah-olah melupakan sejenak apa yang mengganjal dihati mereka masing-masing. Erik yang sudah duduk di kelas IX tidak lagi mengikuti kompetensi itu karena ia harus fokus untuk menghadapi kelulusannya.
Satu minggu sebelum mereka mengikuti tes, suara pengumuman dari pengeras suara sekolah terdengar menyeru semua siswa-siswi kelas VII dan VIII berkumpul dilapangan sekolah.
Murid-murid bingung kenapa mereka tiba-tiba dikumpulkan seperti itu, bahkan ada sebagian murid bisik-bisik ke sesama temannya. Tapi tidak dengan Nila dan Cika mereka berdua begitu sangat tenang, pikiran mereka untuk apa bertanya sana-sini toh nanti juga akan diketahui informasinya kenapa mereka dikumpulkan.
Tidak lama setelah murid-murid berkumpul semua dilapangan, kepala sekolah SMP Karya Cipta datang dan berdiri didepan mereka lalu berkata.
"Anak-anakku yang kami cintai, semoga kita selalu dalam lindungan Tuhan yang maha esa. Bapak meminta maaf karena mengumpulkan kalian disini secara tiba-tiba." Pak kepala sekolah melihat ke semua murid-muridnya.
"Ada yang ingin Bapak sampaikan, perihal kompetensi yang selalu diadakan dari pihak sekolah setiap tahunnya akan tetap dilaksanakan seperti biasanya." Kembali ia menatap anak didiknya.
"Tapi untuk tahun ini agak berbeda, perbedaan itu diwaktu pelaksanaannya saja, yang biasanya dilaksanakan pada bulan November tapi kali ini akan diadakan pada bulan Maret yakni tiga bulan dari sekarang."
Mendengar hal itu ada sebagian murid bersyukur tapi ada sebagian murid kecewa karena sudah berusaha keras belajar dengan giatnya.
"Kami dari pihak sekolah meminta maaf karena pengunduran jadwal kompetensi ini." kata Pak kepala sekolah diakhir pidatonya. Setelah itu murid-murid kembali kekelas masing-masing.
Dirumah Nila serasa mendapatkan angin segar dimana ia bisa bersantai tidak harus kejar-kejaran dengan mata pelajaran yang harus ia pelajari. Obsesinya bersama Cika untuk mendapatkan juara umum disekolah menyita waktunya. Ia tersenyum sendiri jika mengingat cika dimana nilai mereka berdua selalu bergantian, entah Nila yang mendapat 100 Cika dibawahnya atau sebaliknya.
"Anak Bunda, kenapa senyum-senyum sendiri?." Tanya Bila mengagetkan Nila dan membuyarkan semua lamunannya. Nila hanya tersenyum melihat bundanya lalu memeluk bundanya sangat erat.
"Bunda" Panggilnya.
"Iya sayang" jawab Bila.
"Seandainya Nila tidak bisa menjadi juara umum, apakah bunda akan marah?" Tanya Nila.
"Jika kamu sudah berusaha semampumu, bunda tidak akan marah tapi jika kamu tidak belajar sama sekali baru bunda akan marah" jawabnya menenangkan hati Nila.
"Bun, Kompetensi yang diadakan disekolah diundur tiga bulan jadi diadakannya pada bulan Maret" akhirnya Nila memberitahu Bila awalnya ia ragu-ragu.
"waaaahh bagus dong, dibulan itu usia kandungan bunda 5 bulan. kamu bisa santai mempelajari apa yang harus kamu pelajari sayang."
"Bunda tidak kecewa?." Tanya Nila bingung.
"Kenapa bunda harus kecewa sayang, pihak sekolah mengundur waktunya pasti memiliki alasan mereka memutuskan hal itu." Jelas Bila, Nila hanya manggut-manggut kadang ia tidak mengerti apa yang ada dipikiran orang-orang dewasa.
Bersambung....!!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Ini Kacamata_Nya Bukan Kacamata Mu
Ficción GeneralCerita bersambung mewakili perjalanan hidup seorang manusia yang bernama hawa (Perempuan)