Siaran Tv menayangkan berita pada pukul 12:00 Wib.
Siaran Tv menayangkan Sinetron pada pukul 12:15 Wib.
Siaran Tv berubah channel lagi setiap lima belas menit sekali sampai pada pukul 13:00 Wib, Bila belum juga menemukan tayangan yang membuat matanya stay pada satu stasiun televisi.
Pikirannya gelisah, walaupun matanya melihat tv tapi hati dan pikirannya tidak berada disanah. Panas itulah yang dirasakan Bila akhir-akhir ini, perasaan yang gak menentu membuat moodnya bisa berubah seketika, ia pun tidak mengerti perasaan apakah itu? Apakah pengaruh bayi atau hanya perasaannya saja dimana akan terjadi sesuatu.
Pikirannya semakin kacau ketika melihat pukul 13:30 wib, nila belum juga pulang dan entah sudah berapa kali ia menelphone Nila,Cika, Erik dan Dika hanya memastikan keadaan mereka baik-baik saja.
---------------------------------------------------------
Didepan rumah, Nila dan Dika bertemu dengan nafas yang masih tersengal-sengal.
"Ayah, kenapa sudah dirumah ? Bukankah ayah seharusnya dikantor ?" Tanya Nila memberondong.
"Ayah dari tadi di Telephone bundamu........"
"Nila juga yah, ditelepon terus dari tadi" kata Nila memotong pembicaraan ayahnya.
"Jangan - jangan " kata mereka serempak dan langsung berhambur kedalam.
Sesampainya diruang keluarga, mereka saling menatap karena melihat Bila dengan santainya menonton TV dan memakan banyak cemilan, Bila yang menyadari kehadiran mereka tersenyum lalu berkata "akhirnya kalian pulang juga"
"Bunda tidak apa-apa?" Tanya Dika yang masih belum bisa menghilangkan rasa khawatirnya, Bila hanya menggeleng.
"Bunda tahu gak, Bunda sudah buat ayah dan Nila khawatir tahu" kata Nila cemberut karena kesal melihat ulah Ibunya. Melihat anaknya cemberut malah membuat Bila tersenyum dan tertawa lalu memeluk Nila.
"Ini keinginan dedek bayi, dia ingin melihat kakak dan ayahnya. Dia lagi manja, lihatlah dia sudah tidak gelisah lagi diperut bunda ketika melihat kalian datang" jelas Bila yang membuat Dika menghela nafas karena atas kelakuannya ini ia baru saja kehilangan proyek yang seharusnya goal hari ini.
"Ayah kenapa sedih?" Tanya Nila.
"Tidak apa-apa sayang, Ayah hanya tidak tahu harus berbuat apa karena tadi ayah khawatir sekali mendengar Bundamu meminta ayah pulang" kali ini Dika yang berusaha menjelaskan, ia tidak tega jika menceritakan yang sesungguhnya kepada anak dan istrinya, karena ia takut Bila akan merasa bersalah.
"Oh iya Nila lolos ke 2 besar Ayah dan Bunda"
"Alhamdulillah tinggal selangkah lagi Nak, kamu akan mewakili sekolah" kata ayahnya.
"Bunda senang dengarnya, kamu pasti bisa" kata bila mencium kening anaknya dan diiringi oleh Dika dan tanpa mereka sadari ada beberapa pasang mata yang menyaksikan kehangatan sebuah keluarga, mereka adalah keluarga Erik.
Keluarga Erik tidak berani mengganggu kebersamaan orang tua dan anak itu, ia memilih untuk kembali kerumahnya karena kekhawatirannya tidak terbukti, sebelumnya mereka menganggap terjadi sesuatu dengan Bila.
Ia setelah pulang sekolah Erik dan Cika bercerita kepada mamahnya dan karena sudah terlalu dekat merekapun merasa khawatir dengan Bila, sehingga memutuskan mendatangi rumahnya.
"Mamah, semoga keluarga kita juga seharmonis keluarga Nila ya" kata Cika di seperjalanan pulang.
"Iya harus itu" jawab mamahnya sambil memeluk Cika.
Erik hanya tersenyum melihat pemandangan dua keluarga yang disatukan oleh tali persaudaraan walau bukan sedarah.
Tatapannya semakin bersinar ketika melihat burung merpati terbang bersama-sama.
"Semoga kelak jika dewasa, kita bisa terbang bersama ya Nila" batin Erik.
Bersambung.....!!!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Ini Kacamata_Nya Bukan Kacamata Mu
General FictionCerita bersambung mewakili perjalanan hidup seorang manusia yang bernama hawa (Perempuan)