Cika yang ditanya bagaimana ia terjatuh oleh Dika malah menangis semakin menjadi.
"Kamu tidak percaya dengan Anak aku?." Tanya pak kariman semakin kesal.
"Bapak juga tidak percaya dengan kejujuran Anak aku." Celetuk Bila.
" Pak kariman sekarang seperti ini, kita masing-masing membela perkataan anak kita, tidak tahu siapa yang benar dan salah, tidak tahu siapa yang jujur dan berbohong, karena kita tidak ada di TKP. Adakah saksi dari kejadian ini?." Tanya Dika berusaha tenang.
"Jangan banyak bicara kamu Dika, aku akan tindak lanjut kejadian ini ke ranah hukum. Aku akan tuntut keluarga kamu." Katanya penuh kemarahan.
"Silahkan Pak, di Ranah hukumpun akan meminta bukti dan saksi." Tantang Dika. Kariman yang tak terima diperlakukan seperti itu langsung berkata.
"Kamu mengancamku?, hei Dika kamu tuh sadar, kamu hanya Staff biasa di tempat kerjamu. Kamu tidak ada apa-apanya, jangan Sok pintar deh kamu."
Bila yang mendengar hal itu sangat merasa dihina "Pak Kariman jangan sombong dirimu, apa karena Bapak seorang Directur bisa seenaknya memandang rendah orang lain, setinggi apapun jabatan Bapak, Bapak tetap pekerja dan semua itu hanya titipan. Sudah cukup ya Bapak fitnah anak aku lalu sekarang menghina suami aku." Katanya. Nila merekam semua pembicara'an mereka didalam otaknya karena seusianya memang masih dalam menangkap apa yang terjadi disekitarnya.
Kariman mukanya merah padam. Ia tiba-tiba tahu apa yang harus ia lakukan lalu pergi meninggalkan mereka.
Bersambung...!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Ini Kacamata_Nya Bukan Kacamata Mu
Genel KurguCerita bersambung mewakili perjalanan hidup seorang manusia yang bernama hawa (Perempuan)