21

2K 108 1
                                    

Ayo ikuti terus perjalanan kisah cinta zayn dan Zahra dengan memberi vote dalam ceritanya ya...

Jika ada kritik dan saran,mohon berkomentar 🙏

Terimakasih sudah mau membaca karyaku 😀😊


Hari demi hari, Zahra dan Abay terlihat semakin dekat. Mereka terlihat menikmati obrolannya Walaupun mereka tidak hanya berdua saja, tapi juga ada teman dan juga kakak tingkat yang berada disana.

Kejadian itu tidak terlepas dari penglihatan Zayn, ia hanya mengawasinya dari jauh.

"Kenapa aku merasa resah seperti ini?" Batin Zayn dan kemudian kembali melanjutkan langkahnya.

Zayn berniat untuk menyendiri di taman. Namun, usahanya gagal karena ada seorang wanita yang mendekati Zayn dan wanita itu tidak lain adalah Vanya, mantan kekasihnya dulu. Zayn sempat terkejut melihat kedatangan sang mantan.

Vanya, gadis bertubuh tinggi, seksi dan juga cantik. Ia mantan kekasih Zayn saat masih duduk di bangku SMA.

"Kamu kuliah disini, Zayn?" Tanya Vanya.

"Iya"

"Wah, kau sudah berubah ya. Aku terkejut melihatmu seperti ini" kata Vanya dan saat itu pula, Zahra tidak sengaja lewat sana. Tentu saja ia mengira jika wanita yang saat ini bersama dengan Zayn adalah target barunya. Tapi, entah kenapa Zahra memilih untuk tetap berdiam disana seakan ingin tahu tentang obrolan mereka.

"Berubah apanya?"

"Sikapmu"

"Sikapku"

Vanya menganggukkan kepalanya.

"Kau sudah berubah karena biasanya saat kau bertemu dengan seorang gadis, kau selalu mengeluarkan kata-kata rayuan ataupun memberikan sentuhan dan hari ini, aku tidak melihatnya lagi"

Zayn menatap kearah kedua tangan Vanya yang saat ini mulai menangkup wajah Zayn. Zahra melihat kejadian itu dan ia pun langsung berbalik badan hendak meninggalkan taman.

Vanya tersenyum sambil melepas kedua tangannya yang baru saja memegang wajah Zayn karena ia tidak mendapat sentuhan balik dari Zayn.

"Apa yang membuatmu berubah? Apa karena kamu menyukai seseorang?" Tanya Vanya.

Pertanyaan itu membuat langkah Zahra terhenti, ia seakan ingin mendengar Jawaban dari mulut Zayn.

"Iya" Zayn melontarkan jawaban singkat itu.

Zahra kembali menatap Zayn.

"Gadis itu pasti beruntung sekali karena berhasil dapetin hati kamu"

"Benar, tapi tidak dengan diriku karena aku merasa jika dia tidak menyukaiku"

"Kenapa kamu berpikir seperti itu? Apa kamu sudah mencoba menyatakan perasaanmu?"

"Belum"

"Hey, sejak kapan Zayn memiliki ketakutan terhadap wanita. Kamu takut ditolak?"

Zayn hanya tertawa.

"Aku jadi penasaran deh sama cewek itu"

Zayn dan Vanya mengganti topik pembicaraan. Mereka tertawa bersama sementara Zahra, ia bergegas pergi meninggalkan taman.

🐅🐅🐅

"Jadi, alasan dia sudah tidak lagi menggangguku karena sudah ada gadis lain yang singgah di hatinya" Zahra duduk santai di sebuah kursi panjang depan perpustakaan. Ia tersadar jika dirinya sedang memikirkan suatu hal yang seharusnya tidak perlu dia pikirkan. Ia pun memilih untuk memasang earphone putihnya untuk mendengarkan lantunan ayat Alqur'an. Itulah yang biasa dilakukan Zahra saat mau mengasah hafalannya.

Setiba di rumah, Zahra mengucap salam dan mencium punggung tangan kanan ibunya. Beliau baru saja mengantarkan Yusuf kembali ke pondok Sementara ayahnya, beliau sedang memberikan kajian di mushola.

Zahra langsung berganti memakai seragam kerja. Ia pun segera berpamitan kepada ibunya.

"Kamu enggak istirahat dulu sayang"

"Tadi di kampus, Zahra udah banyak nyantainya kok Bu" Zahra mencium punggung tangan kanan ibunya lalu mengucapkan salam.

Sebuah angkutan umum terhenti di depan supermarket. Zahra pun turun dan menyodorkan uang ongkos kepada supirnya. Ia segera bersiap untuk menjaga kasir.

Zahra sedang menata barang yang berada di bawahnya. Tak lama kemudian, seorang pria datang untuk menotal barang yang dibelinya.

Pria itu ternyata Zayn, ia hanya membeli air mineral dan makanan ringan. Kemudian, datanglah Ridwan dan Alif yang kini berada di samping Zayn. Mereka tidak membeli barang melainkan hanya mengantarkan Zayn saja.

"Terimakasih" Zahra mengucapkan kata itu setelah menotal dan menyerahkan barang. Zayn hanya mengangguk dengan wajah datarnya kemudian pergi. Ridwan menyapa Zahra dengan sebuah anggukan sambil tersenyum kecil sedangkan Alif, ia masih memasang wajah kesalnya. Keduanya pun mengikuti Zayn dari belakang.

Sarla menyentuh bahu Zahra hingga membuat Zahra merasa terkejut.

"Sepertinya, kamu sedang ada masalah dengan temanmu itu" tanya Sarla.

"Entahlah, aku sendiri masih bingung. Biar aku selidiki dulu kebenarannya"

"Oh, kalian salah paham"

Zahra menganggukkan kepalanya.

"Baiklah, selesaikan masalahmu dan jika kau perlu bantuanku, jangan sungkan-sungkan meminta bantuan padaku"

"Oke"

Zahra menarik nafas panjang. Setelah itu, ia kembali melayani para pengunjung supermarket.

Zayn dan lainnya sedang berkumpul di lapangan basket. Mereka kesana tidak untuk bermain basket, tapi hanya beristirahat untuk menghilangkan penat. Saat ini, lapangan basket tidak begitu ramai karena memang tidak ada pertandingan. Para pebasket hanya sekedar latihan saja.

"Mau sampai kapan kamu nyuekin si Zahra? Emangnya kamu kuat nyuekin dia terus-terusan? Kamu kan udah cinta mati sama si Zahra" Ridwan berkata sambil tersenyum menatap Zayn yang sedang meminum sebotol air.

"Udahlah, kak. Cewek enggak cuma satu. Coba aja kakak balikan lagi sama si Vanya, dia jauh lebih cantik daripada si Zahra" kata Alif.

"Enggak segampang itu lah, Lif. Apalagi, Zahra tergolong cewek yang berbeda dari yang lain" sahut Ridwan.

Zayn hanya terdiam tanpa sepatah katapun yang keluar dari mulutnya. Kedua sahabatnya sudah memakluminya. Maka dari itu, keduanya tidak mau berkomentar.

🐅🐅🐅










Zahra I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang