Chapter 15

1.5K 52 1
                                    

Kelas 11 IPS 7 tengah berjuang bersama, dimana pagi hari untuk bersantai layaknya kursi goyang yang selalu bergoyang. Tapi tidak untuk kelas ini, pagi hari saja udah ngalahin pasar.

Gimana tidak orang semua orang pada sibuk dengan buku, bukan anak rajin yang selalu belajar sebelum masuk tapi rajin menyerbu contekan. Orang yang memberi contekan hanya ternganga melihat bukunya terhemepas kesana kemari, satu yang dikhawatirkanya betapa leceknya buku miliknya setelah usai diperebutkan begitu.

Nathan tak kalah antusias untuk menulis hasil contekan. Dengan sekuat tenaganya ia menyalin jawaban dari Cevin, yang sangat diragukan benar atau tidaknya. Tapi mau bagaimana lagi, dari pada ia di hukum oleh Pak Sutoyo atau biasa di panggil pak kumis karna kumisnya yang panjangnya ngalahin jalan tol. Terpaksa ia ikut gotong royong, menempuh kesusksesan terhidar dari hukuman pak kumis.

"Woy pak kumis danteng, Nat sini in buku gue" teriak Cevin membahana mengalahkan suara yang tadinya seperti pasar, bahkan tak segan segan ia menarik bukunya yang dipegang Nathan dengan kasar.

"Sans dong lo" seru Nathan yang terpaksan berhenti menyontek karna bukunya telah kembali kepada pemiliknya. Cevin yang tak mau memperpanjang urusannya dengan Nathan hanya menyengir kuda.

"Assalamualaikum anak-anak" salam pak Sutoyo saat masuk kedalam kelas.

"Walaikumsalam pak" jawab seisi kelas.

"Nah, apakah hari ini ada PR" ucap Pak sutoyo to the poin.

"TIDAKKK" serentak mereka menjawab. "Halah bohong terus kalian, seharusnya kalian kurang kurangi bohongnya. Inget loh dosa" ceramahnya. Sebenarnya se isi kelas tau pak kumis itu ingatnya TOP, masih encer kayak es cendol. Tapi ya, namanya berusaha mereka harus terus mencoba.

"Bapak kan juga ikut dosa" teriak Nathan dari arah belakang. Pak sutoyo yang tak paham lalu bertanya, "saya dosa apa Nathan."

"Bapak udah buat kami susah dengan ngasih pr yang susahnya naujubila, kan ada hadis yang mengatakan. Barang siapa yang mempersulit orang lain, maka allah akan mempersulitnya di hari akhir nanti" jelas Nathan yang tiba tiba menjadi alim yang diyakini seisi kelas, Nathan itu kerasukan setan alim.

"Oooh, gitu yah. Kalau gitu besok bapak buat soal yang gampang, gampang untuk orang yang telah tamat dari SMA" ucap pak kumis, membuat semua siswa menatap Nathan dengan horor. Yang ditatap begitu hanya terkekeh, melihat temanya yang panik. Gimana tidak panik, menegerjakan soal SMA aja udah buntu ni otak apalagi setara soal orang kulihan, beku kali tu otak.

"Yasudah kumpul semua sini, siap gak siap kumpul." Nathan yang acuh ikut mengumpulkan bukunya.

"Lo Nathan, ini kamu kok baru mengerjakan 3 soal. 37 soal lagi mana" bentaknya kepada Nathan.

"Bapak jangan bentak bantak dong, bapak harus menghargai saya. Saya kan sudah susah payah nyalin jawaban Cevin, pak " jawabnya yang terlalu jujur.

"Maksud kamu, kamu menyotek" bentak Pak Kumis, Nathan dengan polosnya mengangguk mengiyakan. "Kalau gitu kamu keluar sekarang" tambahnya.

"Lah salah saya apa, pak" ucap Nathan dengan Watadosnya. "Salah kamu karna telah menyontek! Ya kalau contekan kamu benar, lah ini salah semua. Sekarang bapak harap kamu keluar" teriaknya dengan penuh penekanan diakhir kata.

Dengan sedikit menegerucutkan bibirnya, Nathan melangkah keluar dari kelas. Tujuannya satu, ketaman belakang sekolah. Dimana ia bisa merokok, bisa aja ia pergi ke rooftop jika tidak mengingat ia takut ketinggian.

Baru saja ia mengeluarkan rokok di saku celananya langsu ia masukan kembali, saat melihat seorang wanita. Agatha tengah mendengarkan lagu sambil menutup matanya.

Seketika sudut bibir Nathan tertarik keatas membentuk sebuah senyuman, "rejeki emang kagak kemana" ucapnya pelan. Dengan cepat ia melangkah mendekati Agatha, tanpa meminta izin dengan orangnya ia segera duduk di samping Agatha.

Refleks, Agatha yang merasakan bangkunya sedikit berbunyi membuka matanya. Di lihatnya Nathan tengah tersenyum menampilakan deretan giginya yang rapi.

Acuh melihay keberadaan Nathan, Agatha memejamkan kemabali matanya. Nathan yang melihat itu mengerucutkan kembali bibirnya, ia kemudian sedikit memfungsikan otaknya untuk mencari topik pembicaraan dengan Agatha.

"Tha" panggilnya. Sedangkan yang di panggil hanya berdrhem saja.

"Kalok gue tembak lo untuk kedua kalinya, lo terima gak" ucap Nathan yang masih senantiasa menatap Agatha, ya walaupun Agatha tak membalas tatapannya.

"Gak"

"Huuu, untung gue gak gak jadi nembak lo. Kalok jadi, patah hati lagi deh gue" ujarnya sedikit bercanda, melihat Agatha yang masih acuh denganya membuatnya mencari cara lagi.

"Lo itu kayak es krim, dingin tapi manis. Tapi tetep, manisnya lo ngalahin sikap dingni lo." Ucapan Nathan membuat Agatha membuka matanya, namun tak ada pergerakan lagi setelahnya.

"Kapan gue bisa liat, pipi lo merah merona gegara gue. Buat detak jantung lo dua kali lebih cepat karna gue, dan buat lo tau betapa cintanya gue sama lo. Tapi gak masalah ini ujian buat gue, bisa gak gue buat lo jatuh cinta" cecer Nathan.

"Bisa gak lo gak usah deketin gue" balas Agatha dingin dan tak lupa dengan wajah datarnya.

"Sayangnya gue gak bisa tu" jawab Natha tak kalah serius.

"Mau lo apa sih"

"Mau gue, lo jadi pacar gue." Nathan tersenyum dengan jawabanya sendiri.

"Gue gak mau, dan gak akan pernah mau"

"Kalok gitu, jangan pernah larang gue untuk buat lo jatuh cinta sama gue," kata Nathan dengan menegakkan badanya. Sedikit mengacak rambut Agatha,"gue gak akan pernah nyerah, untuk buat lo jatuh cinta sama gue " ujarnya kemudian berlalu dari hadapan Agatha.

Agatha yang melihatnya hanya memandangnya dengan sedikit menghela nafas, entah perasaan apa yang dirasakan sekarang. Agatha tak mau menyakiti Nathan, ia tak mau Nathan begitu mencintainya. Karna Agatha sendiri belum yakin dengan perasaanya, dia takut jika ia tidak mencintai Nathan akan membuat Nathan sedih.

____________________
Luangkan waktu buat Vote sama Komen yah! Karna komen kalian penyemangat author😉😉😉

14/03/2019

Agatha ( Little happiness ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang