25. Bully

1.1K 46 0
                                    

Athala membuka gerbang rumahnya. Setelah adiknya itu tak berniatan untuk kabur, papanya menyuruh satpam  beralih tugas di kator milik Arkan. Jadilah ia harus membuka gerbang dengan sendirinya, meneriaki pembantunya percuma karna lagi mengambil cuti.

Ia tadi tidak jadi menginap di tempat Sarah-temanya. Niatnya hanya mengerjakan tugas yang menumpuk, karna tugasnya dibantu oleh kakanya Sarah jadi lebih cepet selesai.

Diputarnya hendel pintu, sunyi menyambutnya ketika melangkah masuk kedalam rumah. Dimana kakaknya beserta kembaranya itu, apa mereka pergi makan diluar, banyak asumsi dipikran Athala.

Saat Athala menginjakan kakinya ditangga menuju kamarnya, tiba tiba lampu padam. Gelap seketika menyambutnya.

"AAAAAKKH" teriak Athala, sungguh ia takut sekali. Ia memang tidak memiliki phobia gelap, tapi ia sunggu sangat ketakutan dirumah yang tidak ada orang selain dirinya. Mungkin jika ada orang ia berani, tapi ini membayangkanya saja membuatnya bergidik ngeri.

"TOLONG Siapa pun TOLONG, gue mohon tolongi gue." Entah sejak kapan air matanya turun membasahi pipinya, sungguh ia sangat ketakutan.

Suara langkah kaki terdengar nyaring, mengisi kesunyian di kegelapan ini. Seketika Athala semangkin meringkukan tubuhnya, sambil memegang tumpuan tangga. Ia benar benar berada disituasi persis seperti film yang ditontonya.

Rasanya Nafasnya tercekal, dan seluruh saraf serta otot nya mati rasa. Suara langkah itu semangkin mendekat.

"Athala" suara yang dikenalinya terdengar dari arah ruang tamu. Dengan sekuat mungkin ia mencari sanggahan, meraba setiap dinding agar ia dapat keruang tamu.

Sedangkan di ruang tamu, seseorang bergerutuk sedari tadi. "Ni rumah. Bentuknya aja besar tapi listriknya padam, gak pernah dibayar kali yah. Berapa lembar untuk nyatet tagihanya ni rumah," ucapnya diakhiri dengusan geli saat membayangkan berapa panjang kertas yang dibutuhkan untuk mencatat tagihan rumahnya.

"ATHALA...ni orang beneran kagak ada kali yah. Pergi ajah deh gue, ATHALA klok lo gak ada gue pigi yah" teriaknya sekali lagi.

"Gue ada disini Agatha, gue ada dilantai dua. Gue takut banget, gue mohon lo kesini"

Teriakan dari Atas membuatnya mengurungkan diri untuk pergi, yah orang yang dari tadi mengerutuk tidak jalas itu Agatha. Tadi bonyok serta kakak kakaknya menginap di tempat pamanya, yang memang rumahnya dekat dengan  bandara. Karna malas disana  pasti akan rame, Agatha berisiniatif pulang saja. Jaga rumah menjadi alasanya, padahal rumah kagak akan kemana mana ya orang kagak punya kaki.

Hanya berbekal senter dari ponselnya, ia mulai melangkah dengan perlahan. Ngapain lah Athala dilantai dua gelap gelap begini, mau uji nyalai kali yah. Tapi kalau uji nyali ngapa triak triak, yah kabur setanya_serunya dibenaknya.

"AAAAKKH" teriak Agatha refleks saaat senter ponselnya mengarah kewajah Athala. Bagaimna tidak teriak, rambut Athala itu seperti, ah susah untuk dijelaskan tapi yang pasti sunggu mirip setan yang baru keluar dari kuburan.

"Lo susun rambut lo napa, serem bener" celetus Agatha. Athala yang memang anaknya dari tadi ketakutan tak mau memperpanjang masalah, ia segera merapikan rambutnya.

Melihat Athala sudah merapikan rambutnya, Agatha melanjutkan ucapannya "gue mau tidur ngantuk. Dah sana gue senterin biar lo gak nambrak." Kemudian mengarahkan senter ke arah kamar Athala.

"Gue tidur sama lo yah hari ini" ucapnya sedikit bergetar. Mau tak mau Agatha mengiyakan permintaan Athala.

***
Agatha menyeruput minuman esnya, sungguh enak panas panas begini minum yang seger seger. Disampingnya Rara sadang menikmati gorenganya, serta ponsel yang tak luput dari pandanganya.

"Lama lama tangan gue lo makan layaknya gorengan, Ra" sindir Agatha. Sungguh bosan melihat sahabatnya ini hanya menatap ponselnya  saja tanpa menatap dirinya, dia baru tau rasanya diacuhkan. Sungguh tidak enak.

Teryata Rara mengerti arah sindiran yang diberikan Agatha, segera mungkin ia meletakan ponselnya di meja. "Maaf deh" ucapnya sambil cengengesa.

Agatha hanya berdehem aja, "Tha anak anak ngajak ngumpul entar malem. Lo ikut yah pliss" mohon Rara. Sudah beberapa hari ini Agatha tak ikut kumpul dengan Frenzo, jadi ia harus membujuk Agatha.

"Liat nanti deh"

Rara berdecak, sungguh Agatha sangat susah dibujuk. "Lo mah gitu, anak anak Frenzo dah pada kangen sama lo"

"Lo kan tau bokap gue dah pulang minggun lalu. Gue takut gak di izini, mau kabur takut ketauan" jawab Agatha, Rara memprotes ucapan Agatha.

"Tha, kembaran lo di bully di gudang belakang sekolah" sebelum Rara memprotes sudah didahuluhi oleh Mira-teman sekelasnya.

Seketika Agatah melotot sempurna, ia tahu siapa yang melakukanya.
Tanpa menghiraukan Rara yang berteriak, dan tanpa memikirkan minuman esnya sudah di bayar apa belum. Secepat mungkin Agatha berlari ke gudang sekolah.

Sementara itu digudang sekolah, Athala meringis saat rambutnya ditarik secara kasar oleh Shelly. Sekarang penampilanya sungguh memilukan, seragamnya basah  serta bau menyengat dari telur.

Tak segan segan Shelly membullynya, lututnya serta sudut bibirnya terluka. Dibelakang terdapat Viona dan Zizi, yang membantu Shelly.

"Salah...gue apa" ucap Athala tercekal saat Shelly menari keras rambutnya. Matanya sesedikit meredup merasakan sakit menyerang kepalnya.

"Bukan lo yang salah, tapi kembaran lo. Tapi lo juga salah sih tadi" Desis Shelly sekemudian menaburkan tepung diwajah Athala.

"Kalau gitu...hiks...kenapa gue yang di bully" Athala masih berusaha bertanya, sungguh ini tak adil. Dia tak melakukan kesalah apapun,ia cuman mengajaknya berteman saja kenala ia yang di bully begini.

"Karna gue pengen, semua orang yang disayang Agatha menderita." Tepat saat ucapan itu berakhir gebrakan pintu terdengar.

"Lepasin dia" bukan, bukan Agatha yang membentak tapi Nathan. Walaupun disana ada Agatha yang ikut menatap sinis ke arah Shelly.

Shelly melepaskan cekalan di rambut Athala, seketika Athala terjatuh karna tak dapat menompang tubuhnya. Samar samar Athala dapat mendengar ucapan Agatha sebelum matanya menutup.

"Yang salah gue bukan dia, jadi stop buat bully dia. Lo bukan Shelly yang gue kenal, membully orang yang tak bersalah. Inget yang salah gue bukan Athala"

_____________
Luangkan waktu buat Vote sama Komen yah! Karna komen kalian penyemangat author😉😉😉

11/04/2019

Agatha ( Little happiness ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang