Chapter 18

1.3K 43 0
                                    

SMA Cempaka bak kedatangan artis, semua siswa khusunya Putri tergopoh gopoh keluar kelas untuk melihat seseorang. Orang yang hendak sarapan dengan terpaksa membawa makananya agar tetap dapat melihat orang itu, orang yang tengah kebelet sekuat mungkin menahanya. Mata mereka hanya menatap ke satu orang yang tengah berjalan di lapangan.

Aldan, yah mereka semua menatap Aldan. Rambutnya yang berantakan, bibirnya tipis merona, alisnya tebal, serta mata yang tajam tapi dapat membuat semua orang terpesona. Walau menapilkan Wajah datarnya, tapi tidak menghilangkan sedikitpun ketamvananya membuat kesan tersendiri untuk semua siswa Cempaka.

Agatha yang berjalan disamping Aldan sesekali meliriknya. Ni orang tadi anget anget aja dah kayak gorengan, lah sekarang kenapa jadi kayak es batu_ucap Agatha dibenaknya.

Dengan sedikit berbisik, Agatha bertanya kepada Aldan "lo kok dingin si Al, perasaan tadi lo anget anget aja."

Aldan memberhentikan langkahnya lalu menatap Agatha,"gue akan dingin dengan orang yang gak gue kenal. Tapi gue akan hangat jika berada di dekat orang yang gue sayangi" jawabnya, lalu melangkah meninggalkan Agatha.

Agatha masih setia berhenti, sambil memikirkan ucapan Aldan barusan. "Kalok dia hangat dengan orang yang disayanginya, gue termasuk gak ya. Kan dia selalu cerewet banget sama gue"monolognya saat melihat Aldan kian menjauh.

Tanpa mau memikirkannya lagi, ia dengan segera melangkah berlainan arah dengan Aldan. Karna memang kelasnya berlainan dengan ruang kepala sekolah.

***
Athala tersenyum melihat seseorang yang tengah dicarinya. Dengan sudut bibir tertarik keatas, ia melangkah mendekatinya.

"Hai Nat, ni buat lo" ujar Athala sambil menyerahkan minuman yang dibelinya Khusus untuk Nathan. Seorang Athala sangat jarang membelikan sesuatu untuk orang lain, jika tidak ada sesuatunya.

Nathan dengan malas mengambilnya, dan memberi ucapan terima kasih untuk Athala.

Ditatapnya Athala yang masih memandangnya dengan tersenyum. Nathan tau itu senyum tulus, dia juga tau Athala menyukainya. Tapi ia sama sekali tak menyukai Athala, jangankan menjadikan pacar, menaruh hati padanya saja tidak.

"Sebaiknya lo gak usah terlalu deket sama gue" kata Nathan sedikit berhati hati agar tidak menyakiti Athala.

"Kenapa?"

"Gue gak mau lo sakit karna gue, gue gak mau nge php in lo Al. Lo tau kan gue gak suka sama lo, gue sukanya sama Agatha. Kembaran lo" jawab Nathan.

"Lo aja selalu berjuang untuk Agatha, padahal Agatha sama sekali gak suka sama lo. Jadi kenapa gue gak bisa kayak lo, gue cuman minta satu hal sama lo. Walaupun lo gak suka sama gue, tapi jangan larang gue untuk deket sama lo" balas Athala dengan tegar, walau air matanya sesekali terjatuh dengan secepat mungkin ia menghapusnya.

"Jangan pernah salahkan gue jika lo sakit, karna lo yang memilih tetap dari pada mundur. Jika lo gak kuat, lebih baik lo mundur" ucap Nathan sambil mengelus rambut Athala, dengan segera ia meninggalkan Athala.

Air matanya menetes semangkin deras, sudah cukup ia menahanya. Sesakit inikah mencintai orang, yang mencintai kembaranya sendiri. Jika ia dapat memilih, lebih baik ia tak pernah mengenal yang namanya cinta.

Hati dan pikiranya tak sejalan. Hatinya menghangat melihat Agatha tersenyum bahagia dengan orang yang disayanginya, tapi pikirannya memberontak ingin menghancurkan semua kebahagiaan milik Agatha.

Pikirannya menyuruhnya membuat penderitaan untuk Agatha, tapi hatinya melarangnya. Dengan menyakinkan dirinya, ia mengusap air mata yang membasahi pipinya. Di pendamnya rasa dihatinya, dia lebih memilih pikiranya.

"Jika ada kata bahagia, kenapa gak ada kata kesedihan. Jika sekarang kebahagian lebih menguasai lo Tha, siap sipa lo menderita."

"Jika lo bisa bahagia, gue juga bisa." Desisnya.

_______________

Luangkan waktu buat Vote sama Komen yah! Karna komen kalian penyemangat author😉😉😉

16/03/2019

Agatha ( Little happiness ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang