Chapter 21

1.2K 44 2
                                    

Menatap lawanya telah terkapar, Agatha menepuk tanganya bagai membersihkan debu yang tengah ada di telapak tanganya .

Ia tersenyum sambil melangkah mendekati Vino dan Aldan.

"Huuu gue kira lawan kita seimbang, teryata letoy. Lemah bener" ucap Agatha dengan merangkul Vino. Vino dan Aldan hanya menganggukan kepalanya, tersenyum menatap kerja mereka

Tapi senyumnya memudar seketika saat menatap ratusan orang tengah melangkah mendekati mereka, seketika Vno mengeraskan rahangnya.

"Tu orang apa semut, banyak bener" celetuk Aldan. Agatha menyenggol pinggang Aldan, dan ikut menarik Vino mendekat.

"Gue punya jurus, mematika." Ucapan Agatha membuat Vino mengerutkan dahinya, sejak kapan sahabatnya ini memiliki jurus mematikan begini.

"Lo pada, harus nurut kata kata gue" tambahnya. Ketika Agatha melihat grombolan itu mulai menyerang, membuat Agatha seketika refleks berteriak.

"LARIIIIIII." Vino dan juga Aldan menganga melihat Agatha tengah lari kelimpungan. Mereka berdua menatap kearah gerombolan itu yang tengah menatap Agatha juga, dengan ramah mereka tersenyum.

"Kita ikut lari juga apa gak ni Dan" bisik Vino. "Gue sih gak mau mati, CABUT" teriaknya di akhir kata. Melihat Aldan ikut berlari menyusul Agatha, mau tak mau ia ikut olahraga malam. Membuat suasana menjadi kejar kejaran.

***
Melihat rombongan itu tengah melangkah menjauh, membuat Rara leluasa keluar dari tempat persembunyiannya. Sedikit waspada, ia melihat kesekitarnya. Setelah memastikan tak ada orang lagi, segera ia berlari menuju gudang itu.

Sial, satu kata untuk menjabarkan ini semua. Pintu gudang tua itu terkunci, tak segan segan mereka menguncinya dengan rantai. Hal itu membuat Rara benar benar yakin, bahwa Risa disembunyiin di sini.

Susah payah ia memikirkan, bagaimana cara membukanya. Tanpa sengaja ia melihat sebuah besi, membuatnya segera mengambilnya. Mengarahkan besi itu ke rantai beberapa kali, sampai membuat tanganya terluka akhirnya rantainya terlepas.

Gelap

Saat pertama kali Rara disambut dengan ruangan gelap, sedikit merapat kediding ia mencari letak saklarnya. Baru saja ia menyalakan lampu dan menatap Risa yang tengah terikat, tiba tiba ia merasakan beda keras menghantam pundaknya. Membuat Rara ambruk seketika, sedangkan Risa menangis sejadi jadinya.

"Lo kira, gue bego ap. Ninggalin tawanan sendirian, bukan gaya gue. Haduuh sayang banget bukan Agatha, padahal gue berharap ketua lo itu yang datang." Ucapnya yang ikut terduduk sambil memegangi rahang Rara, "cakep juga lo yah, tapi sayang lo musuh gue" tambahnya kemudian mengehepaskan rahang Rara dengan kuat.

Rara masih tegeletak menahan sakit yang ia rasa, menatap orang itu yang hendak keluar. Dengan berusaha Rara bangkit, sedikit menahan nyeri di pundaknya. Dengan ancang ancang yang ia siapkan, ia menendang pria itu hingga membuat pria itu terperenjap ke depan.

Pria itu mentap Rara yang tengah meregangkan otot nya, pertama kali Rara merasakan di pukul begini. Tapi baginya ini pengalaman, Rars tersenyum meremehkan saat matanya melihat pria itu.

"Lo kira gue selemah itu, kalau iya lo salah besar" seru Rara.

Arrrhhhhg

Teriak pria itu ketika Rara menginjak tanganya, bukan itu saja Rara juga menjambak rambutnya. "Berani yah lo, main main saman Frenzo."

Saat Rara beranjak dari sana kakinya ditarik membuatnya terperenjap jatoh, Rara yang melihat ada balok kayu dekat dengan tanganya segera mengambilnya dan memukul tepat dikepala pria itu. Rara yang melihat pria itu sempoyongan ikut memegang kepalanya ikut merasakan bagaimana sakitnya, ia tadi tak sampai hati memukulnya tepat kepala. Tapi sudah terlajur bagaimana lagi.

Segera Rara bangun dan melangkah mendekati Risa, dengan segera ia membebaskannya.

***
Vino mengambil nafas banyak banyak, saat ini ia sengguh sial. Gegara ia telat berlari tadi membuatnya terpisah dari Agatha dan Aldan. "Gilak tuh dua cecenguk, ninggalin gue aja. Kalok gue ketangkep gimana, mereka mah enak. Kalok bersatu pasti menang tuh dua lah gue sendiri," gerutuknya.

Ia melihat rumah tetangga, jika ia masuk tanap izin malah berabe entar. Bisa bisa ia diteriaki maling dan dihakimi masa, membayangkanya saja membuatnya ngeri sendiri. Mendengar suara kaki mendekat, membuatnya mau tak mau bersembunyi di semak belukar.

Tepat sekali, saat Vino telah bersembunyi datang dua orang berbadan kekar. "Tuh orang kemana sih, cepet bener larinya"argumen salah satu orang itu dapat di dengar Vino.

"Dia gak mungkin bisa lari secepat itu, gue yakin di ada disektiar sini" jawab salah satu pria berambut gondrong.

"Bob, gue kok ngerasa aneh yah" ujar pria awal tadi, seketika pria yang di panggil Bob itu mengerutkan dahinya " aneh gimana?"

"Gue ngarasa bulu kuduk gue berdiri, jangan jangan ni pohon ada penunggunya lagi" ucapnya sedikit ciut. Memang benar di samping sana ada sebuah pohon mangga yang rindang.

"Ngawur lo, ini kan malam minggu" balas Bob, sebenarnya ia ikut menciut ketika mendengar ucapan temanya ini.

"Kan bisa jadi setanya malam mingguan." Dengan bodohnya pria yang bernama Bob itu mempercayai ucapan temanya.

"Bob liat itu"ucap temanya, melihat temanya tengah keringat dingin dicampur pucat seperti mayat membuatnya mengikutinya arah tunjukanya. Seketika mulutnya terbuka, dan matanya melotot.

"SETANNNNNN" teriak keduanya dan berlari kilimpungan. Seketika tawa Vino meledak, "Hahahah, aduhh" tak tahan ia hingga terduduk menahan tawanya. Ia tadi mendapat akal saat mendengar pembicaraan keduanya, meminjam kain yang tengah tersampir di jemuran berpura pura menjadi hantu. Dan diyakini Vino telah merangkam manjadi maling.

"Ahahahhaha, gilak tuh orang. Badan aja besar kayak gajah, lah mental tempe" ujarnya yang masih tak hentinya tertawa.

Saat tawanya redah, ia malah merasakan bulu kuduknya berdiri. Mengusap sedikit tengkunya, ia menjadi sedikit takut.

"Ya kali setan malam mingguan" katanya menyakinin dari agar tak merasa takut.

Plakkkk

"Gendruwo, kuntilanak,pocong, babi ngepet, setan, tuyul, setan markonah" teriaknya refleks saat mendapatkan tangan di pundaknya.

"Lo absen aja terus tuh nama setan," ucapan seseorang membuatnya tak bergeming. Ia merasa kenal dengan suaranya, dengan ragu ia memutar badanya dan.

Aldan tengah menatapnya mengejek, sial bisa keceplosan tadi ia pikirnya. Sedangkan Agatha masih tertawa melihat sahabatnya ketakutan.

"Vin, setan markonah. Setan jenis baru yah?" Tanya Agatha yang masih di iringi tawa.

"Iya semalem dia baru mati" balas Vino ogah ogahan dengan mengerucutkan bibirnya ia meninggalkan Agatha dan Aldan.

"Ye ngambek dia" ujar Aldan yang hanya dapat diketawai oleh Agatha.

_________________

Luangkan waktu buat Vote sama Komen yah! Karna komen kalian penyemangat author😉😉😉

24/03/2019

Agatha ( Little happiness ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang