Chapter 4

1.9K 97 3
                                    

Senyum yang menghiasi wajah mereka, setelah dokter mengatakan bahwa salah satu keluarga mereka dan kedua putri kecil yang baru tiba di dunia telah selamat dalam kecelakaan tersebut. Jelas sekali kebahagian terpancar di wajah mereka.

"Wah gemesnya. Mbak gak menyangka kamu bisa mendapatkan dua sekaligus, putri kecil yang sungguh cantik ini" ucap seorang wanita berbeda umur dengan Arkan.

"Ante, ini adik afa ya." Tanya seorang anak kecil berusia satu tahun.

"Iya sayang cantik kan?"

"Antik. Tapi kan tante kok yang atu matanya itam yang atu lagi biru"tanyanya lagi saat kedua adiknya itu membuka matanya.

_____

"Arkan papa mau birbicara dengan kamu, ikut papa" perintah seorang pria paruh baya tersebut.

Dengan segera Arkan mematuhinya, dengan terpaksa berlalu mengikutinya.

"Papa mau kamu buang anak yang memiliki mata hita itu" ucapnya to the poin saat mereka telah tiba di tempat tujuan.

"Ha? Kenapa Arkan harus membuang anak itu?" Tanyanya dengan nada emosi.

"Arkan apa kata teman teman papa jika kalau anak cucu papa berbeda. Kamu lihat semua keluarga kita memiliki mata yang biru sedang dia berbeda, ini lah sebabnya papa dulu bersisih keras untuk tidak mengizinkan kamu menikahi wanita itu. Hal semacam ini pasti terjadi. Sekarang kamu tinggal pilih, kamu memilih istri kamu atau anak itu?"

"Tapi pa, bagaimana dengan yunita?" Tanya Arkan.

"Justru itu papa memberitahukan sekarang karna yunita belum sadar. Kita bisa merahasiakan ini semua" jawabnya

"Baik lah aku akan membuangnya" ucapnya tanpa berpikir dua kali.

Setelah acara rundingan itu selesai,dua insan tersebut kembali keruang rawat. Mereka menjelaskan maksud mereka, awalnya mereka menolak namun demi kebaikan keluarga mereka ,akhirnya mereka menyetujuin hal tersebut.

Keesoknya Arkan membuang anak tersebut di sebuah rumah minimalis yang sangat jauh dari pemukimanya.

Ia meletakan sebuah amplop coklat berisikan uang dan sebuah surat yang menjelaskan identistas bayinya. Dan pada saat itu ia telah berpisah dengan putri bungsunya.

Flash on

"Maafkan papa sayang, papa memang salah. Seharusnya papa tidak melakukan itu" ujarnya setelah menyelesaikan ceritanya.

"Papa tau kamu tidak mudah menerimanya, tapi papa mohon maafkan papa" ucapnya lagi saat melihat Agatha acuh denganya.

"Om! minta maaf itu gampang, yang sekarang harus di pikirkan adalah bagaimana om bisa mempertanggung jawabkan atas kesalahan om." Kata Agatha menatapnya dengan malas.

"Beri papa kesempatan untuk memperbaikinya Agatha"

"Memberi kesempatan itu nggak semudah membalikan telapak tangan, om . Karna memberi kesempatan itu memberi kepercayaan kepada orang itu, dan sekarang Agatha belum percaya sama om" ucap Agatha membuat hati Arkan berdenyut nyeri.

"Lagian, memperbaiki tidak semudah menghancurkan om dan memperbaiki gak akan bagus seperti semula. Sama seperti kita yang memeperbaiki vas yang pecah, lalu kita rekatkan kembali! tapi om vas itu gak akan indah seperti awal, karna terlalu banyak perekatnya. Sama seperti om yang berharap memperbaiki ini semua gak ada gunanya,sakit hati tetap ada dihati Agatha."

"Tapi kita bisa mengganti vas itu dengan yang baru Agatha. Begitu pun papa! Papa juga akan memeperbaiki semua ini dengan cara papa sendiri, papa akan mengisi hari yang papa lewati bersama kamu dengan kasih sayang yang baru dan dengan hal yang baru" katanya menjawab ketidak pedulian Agatha.

"Tapi itu gak akan sama, om"

"Papa tau itu, tapi beri papa kesempatan. Kamu bisa percaya dengan papa" ucapnya berusaha menyakinkan Agatha. Namun Agatha tidak menimpali ucapan Arkan, ia menatapnya sebentar lalu berlalu dari sana.

Arkan hanya dapat menatap punggung putri bungsunya itu yang lambat laun menghilang dari padanganya.

Ia tau akan perbuatanya, pasti ia tidak akan mendapat maaf dari putrinya tersebut secara perbuatanya itu sengguh keterlalauan.

Sedangkan Alex selaku orang tua Arkan menatap miris keadaaan anaknya beserta cucunya itu. Ia merasa bersalah akan kejadian ini, seharusnya ia yang disalahkan disini.

Karna ia yang telah menyuruh Arkan membuang Agatha. Namun ia tidak bisa berbuat banyak, karna keputusan ada ditangan Agatha seorang.

"Bagaimana? Bapak sudah sudah mendapat jawaban dari Agatha kan, sekarang saya harap bapak segera pergi dari rumah saya. Saya akan memberikan anak anda jika Agatha sendiri yang mau pergi bersama bapak, tapi jika tidak jangan coba salahkan saya jika saya ikut campur urusan keluarga anda.  Pintu rumah terbuka untuk anda" kata Arina sambil menunjukan arah pintu rumahnya. Dengan sia sia mereka pun pergi dari sana, tapi sebelumya. "Besok saya akan kembali lagi kesini" katanya dan pergi begitu saja.

Setelah memastikan tamu tak di undang itu sudah pergi, arina pun akhirnya berjalan menuju kamar putrinya itu. Ia sangat menyayangi Agatha seperti anak kandungnya sendiri.

Baginya Agatha adalah anugrah terindah yang dititpkan allah untuknya. Dan sampai kapan pun Agatha akan tetap menjadi anaknya.

Tok tok tok

"Sayang! Bunda boleh masuk" katanya sambil mengetuk pintu. Namun tidak ada jawaban sama sekali dari dalam kamar putrinya.

Dengan langkah pelan Arina membuka pintu kamra Agatha yang memang tidak dikuncinya. Ia melihat Agatha yang berbaring memunggunginya. Arina sangat bersalah atas kejadian ini, andai ia memberitahukan lebih awal kepada Agatha mungkin putrinya ini tidak akan marah padanya.

"Sayang kamu marah sama bunda" ucap Arina, tak ada jawaban dari Agatha.

"Bunda tau ini be__" katanya terpotong oleh perkataan Agatha.

"Agatha ingin istrirahat. Boleh bunda keluar?" Tanyanya, dengan tak enak hati Arina menjawabnya.

"Baiklah bunda keluar! Selamt tidur sayang"

Setelah terdengar suara pintu yang tertutup baru Agatha menatapnya dengan mata berlinangan air mata.

Agatha merasa bersalah dan menyesal atas perbuatanya, seharunya ia tidak marah pada bundaya karnanya yang salah disini orang tua kandungnya bukan bundanya.

"Maafin Agatha ya bunda" kata nya setelahnya tertidur.

_____________

Luangkan waktu buat Vote sama Komen yah! Karna komen kalian penyemangat author😉😉😉

17/12/2018

Agatha ( Little happiness ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang