31. Sadar

1.1K 46 1
                                    

Sudah seminggu lamanya Agatha tak sadarkan diri, dokter bilang Agatha mengalami koma. Silih berganti semua orang selalu menjenguknya, bahkan semua anggota Frenzo satu persatu datang menjenguknya. Kenapa satu satu, karna Agatha tak mau ada yang tau dia memiliki geng motor. Karna semua anggota Frenzo tau, jadilah mereka satu persatu yang berdatangan.

Rara meraung saat melihat keadaan Agatha, ia bahkan tak mau keluar dari ruangan Agatha. Vino bahkan sudah beribu cara untuk membawa Rara pulang, untung saja ia memiliki ide yang menstrem. Mau tak mau Vino membekapnya dan menggendong Rara, layaknya karung. Sungguh sadis cara Vino memperlakukan Rara.

Tapi, ketika semua menjenguk Agatha, ada satu orang yang tak mau menjenguknya. Rasanya sakit saat melihat orang yang kita sayang, terbaring tak berdaya disana. Aldan, ia bahkan tak berniatan untuk menjenguk Agatha. Bukan ia gak peduli, malainkan ia tak mampu untuk melihat Agatha terbaring begitu.

Saat ini, saat semua orang memejamkan mata untuk tidur. Aldan mengendap endap layaknya pencuri di ruang rawat Agatha. Setelah menekankan egonya tadi, akhirnya Aldan datang untuk menjenguk.

Sepi

Tentu, keluarga Agatha telah pulang kerumahnya. Dan teman temnnya juga, entah kenapa suasananya mendukung aksinya. Saat ini tak ada yang menjaga Agatha.

Dengan perlahan ia mengambil tangan Agatha, lalu menggenggamnya dengan erat. Seolah ia takut akan kehilangan Agatha.

"Maaf yah gue baru dateng. Tapi gue tuh masih marah sama lo, ngapain cobak lo terima jadi pacarnya sih kunyuk itu" ucapnya dengan nada merajuk. Sebenarnya ia tak mau mengatakan itu, tapi mulutnya malah mengucapkan kalimat itu.

"Gue tau Cinta itu gak bisa dipaksakan, tapi boleh gak sih gue ngubah teorinya. Haa, pasti gak boleh yah. Yang ada gue digebukin sama pembuat teorinya."

"Tha, boleh gak sih gue marah sama lo. Tapi pasti lo bilang, ngapa lo marah sama gue, gue kan gak punya salah. Tapi gue punya alasan untuk marah sama lo, tebak apa? Karna lo dah ambil hati gue. Ck lo sih kenapa sesempurna ini, kan gue jadi cinta. Pingin minta tanggung jawab, tapi lo udah ada yang punya" ucapnya, matanya melirik jam dinding menunjukan pukul 3 pagi. Dia harus pergi sebelum yang lain datang.

"Gue pergi yah tha, kalok lo bangun gue janji gak akan ganggu hubungan lo sama Nathan. Tapi lo harus bangun, gue pulang yah" pamitnya tapi sebelum itu,

Cup

Aldan mengecup kening Agatha, lumayan buat pengalaman. Mumpung Agatha masih belum sadar, jadi dia bisa ngambil kesempatan.

Ia melangkah pergi, tapi baru membalikan badanya sebuah tangan memegang lenganya. Sontak Aldan kaget, ia melihat tangan Agatha disana. Langsung Aldan melihat Agatha, dan demi apa Agatha sadar cuk. Jadilah ia kembali duduk.

"Alhamdulilah, lo sadar Tha. Tunggu gue panggilin dokter" ujarnya yang hendak meninggalkan Agatha, tapi sekali lagi tanganya di genggam Agatha.

"Jangan" larang Agatha, suaranya masih seperti cicitan tikus. Mungkin akibat ia baru bangun dari komanya.

"Yaudah kalok lo gak mau dipanggilin dokter, gue telponin keluarga lo aja giman" tawar Aldan.

Tapi sekali lagi Agatha menolaknya. Aldan, tentu bingung. "Terus lo maunya apa, apa lo mau minum."

"Gak" sekali lagi Agatha menucapkanya.

"Terus lo maunya apa?"

"Sini gue bisikin" ucap Agatha. Mau gak mau Aldan mendekatkan wajahnya ke wajah Agatha. Alih alih Aldan mendapat biskian, justru Agatha memeluknya erat.

Sangat erat

Tentu, jantung Aldan berdebar debar. Bahkan seirama dengan milik Agatha, entah lah ia bisa mendengar detak jantung Agatha yang sama persis denganya.

"Sebentar aja" ujar Agatha. Aldan tau untuk itu, setelah melewati keterkejutanya akhirnya ia membalas pelukan Agatha. Walau ia sedikit susah dengan posisinya, tapi untuk Agatha ia harus rela akan itu. Pegel pegel deh dia.

Basah, itu yang dirasakan di punggungnya. Agatha menngis, bahkan tangisnya semangkin menjadi saat Aldan mengusap usap rambutnya. "Udah tenang yah, gue ada disini kok buat lo"

Setelah tenang Agatha melepaskan pelukanya, "haus" rengeknya kepada Aldan.

Aldan yang paham langsung memberikan minuman yang ada di nakas.

"Gue ada rencana. Dan lo harus ikut adil dalam rencana ini" ucap Agatha. Aldan mengerutkan dahinya, rencana apa yang akan dilakukan Agatha kali ini.

_________________

Paginya ruang rawat Agatha telah ramai oleh keluarganya, tapi yang membuat sesak disana adalah Agatha menatap datar semua orang tak terkecuali Rara dan Vino. Bingung, tentu lah. Apalagi Rara ia melihat sahabatnya begitu, merasa sesak.

Kalian tau apa yang membuat mereka tersayat lagi? Kata dokter itu terjadi akibat benturan yang ada pada kepalanya. Agatha hanya memandang kedepan dengan tatapan kosong, seolah ia adalah sebuah patung.

Athala mendekati adiknya itu, lalu ia memegang tangan milik Agatha. Agatha tidak menolak, tapi pandanganya tak teralihkan.

"Hai, kenapa liat depan saja. Liat kembaran kamu disini" tegur Athala.

Agatha hanya melihatnya sekilas, kemudian mengarah pandangkan ke semula.

"Pulang! Gue mau pulang" seru Agatha tanpa mandangnya. Sontak semua orang tertuju padanya.

"Gak bisa gitu Agatha, kamu baru sadar. Dokter juga belum mengizinkan." Perkataan Devan kali ini membuat Agtha menoleh, bukan karna kekhawatiranya tapi ucapnya yang panjang itu.

Agatha mengela nafas panjang, rasanya bosan jika dirumah sakit begini. Ia lebih baik balapan, dari pada terbaring begini.

Agatha memandang sekilas Acha, dia tertidur di sofa akibat menangis meminta maaf padanya. Padahal Agatha tak mempermasalahkan itu, tapi Achanya saja terlalu lebay. Meminta maaf sampai meraung raung.

"Gak bisa apa, kalian gak usah natap gue" sarkas Agatha saat melihat keluarganya masih saja menatapnya, jengah rasanya diperlakukan begini. Ia tau ia sakit tapi Agatha tak mau dianggak lemah.

Semua orang kembali ke aktifitasnya lagi, tapi tidak dengan Athala. Saat melihat tangan Agatha memegangi perut, Athala yang bersorak hebo. "Kamu kenapa? Ada yang sakit? Perutnya sakit yah?" Dan saat itu juga Agatha rasanya ingin menendang kembaranya itu ke sungai amazon. Giman enggak orang dia buat semua orang menatapnya lagi.

Agatha menatap Atahal, tapi ini tidak sekilas. "Gue laper" ujarnya pelan, sungguh Agatha malu saat ini. Mendengarnya membuat Niko bergerak untuk membelikan makanan, sambil menunggu Niko, Athala bercerita panjang lebar layaknya ia ini sebuah buku dairy. Agatha haya menjawab ya, tidak, wah dan anggukan serta gelengan.

########

Luangkan waktu buat Vote sama Komen yah! Karna komen kalian penyemangat author😉😉😉

19/04/2019

Agatha ( Little happiness ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang