Luangkan waktu buat Vote sama Komen yah! Karna komen kalian penyemangat author😉😉😉
Oke gak usah banyak bacot! Kita mulai ceritanya.
👇👇👇👇
______________Bugh
Bugh
"Udah menyakinkan belum Ra?"
"Belum, pipi nya kurang tuh" ujar Rara. Saat ini mereka tengah mempersiapkan misi untuk menaklukan Agatha, agar ia bisa mengangap mereka ada.
Cara satu satu nya adalah di atara Rara, Aldan dan Vino harus ada korbanya. Dan dengan teganya Rara menunjuk Vino, pacar nya itu harus di buat babak belur dulu.
"Pelan pelan bego, sakit ni" perotes Vino, mau melawan tapi tanganya di ikat. Kalau ia tidak di jebak Rara tadi, pasti di nayakini Vino akan kabur dari sana.
"Kalau pelan, gak keliatan lukanya" balas Aldan dengan se sekali memukul wajah Vino.
Vino hanya pasrah demi kepuasan mereka berdua, Vino rela di buat babak belur begini.
"Udah deh, kayaknya udah cukup." Vino menghela nafas saat mendengar ucapan Rara, pukulan yang di berikan Aldan tak main main teryata.
Aldan segera melepaskan ikatan yang berada di kedua tangan Vino, Aldan bahakan meringis akibat ulahnya sendiri. Segera Aldan membopong Vino kedalam rumahnya yang di bantu oleh Rara di sampingnya.
"Kita bawak ke rumah sakit aja, biar lebih menyakin kan" seru Rara, Aldan hanya mengangguk saja. Mereka segera keluar untuk membawak Vino ke rumah sakit, dengan memakai mobil milik Aldan.
Tiba di ruamh sakit langganan Aldan, susa payah Mereka berdua membopong Vino. Sebenarnya Rara tidak tega, sampai membuat Vino begini, hingga lebam lagi. Demi Agatha ia harus yakin, lagian Vino sudah biasa dengan luka begini.
"Klok misi ini gak berhasil, gue potong gaji kalian berdua" disis Vino sebelum masuk kedalam ruang rawat.
Rara dan Aldan menyengir mendengar ancama Vino, "lo kira kita pegawai apa" Rara menganguk mengiyakan ucapan Aldan.
Vino hanya mendelik dengan pandang horor, seolah ia bisa menelanjangi orang dengan tatapanya itu. Rara yang ikut kena ibasnya hanya bisa menyengir menampil kan gigi putih nya, dan tanpa dosanya mendorong Vino agar cepat masuk kedalam ruangan.
Setelah memastikan Vino telah di tangani doketer, Rara segera menelfon Agatha.
Tuuuut
Nomor yang____Geraman keluar dari mulutnya, Aldan yang melihatnya mengerutkan dhinya sampai menyatukan kedua alisanya.
"Kenapa?"
"Gak aktif" perkatan singkat Rara membuat Aldan tersedak air liurnya sendiri.
"Wah gaswat ni, bisa di bikin gulai kita bedua!" Seru Aldan.
Mereka berdua termenung, bisa habis mereka jika rencana ini tidak berhasil. Sudah memakan korban, eh malah gak jadi kan bisa amsyong.
Entah pemikiran dari mana Rara ber-isiniatif menjemput Agatha, "gue jemput aja deh."
"Biar gue aja, lo tungguin Vino. Lo kan pacarnya" dengan segera Rara menggeleng tidak menyetujinya.
"Gak bisa! Lo bayangi deh, Agatha itu udah punya pacar. Lo kesana yang ada diusir, mana tau kan Nathan ada di sana. Belum selangka lo nginjak lantai rumah-nya, udah di suruh keluar lo sama Nathan."
"Iya juga" balasnya sambil menggut manggut. "Oke kalau gitu, lo jagain Vino. Gue cabut" Rara lalu melangkah meninggalkan Aldan.
****
Rara memberhentikan ojek yang ia naiki, di sebuah rumah tempat tinggal Agatha. Setelah membayar ongkos, Rara segera melangkah memasukinya. Yang memang gerbang rumahnya telah terbuka.Tok
Tok
Tok
Ketukan ketiga berhasil membuat tuan rumah membukakan pintunya, seorang wanita paruh bayah. Itu pasti asisiten rumah tangganya, Rara hanya berasumsi saja di benaknya.
"Permisi, saya temanya Agatha. Agatha nya ada di rumah gak bik" ujarnya dengan sopan, keahlian sendiri untuk Rara.
"Oh, non Agatha nya ada kok di dalam. Silakan masuk" Asisten rumah tangga itu mempersilahkan Rara untuk masuk.
Rara melirik sesekali intrior rumah itu, satu kata untuk itu "mewah". Tapi buat Rara tak penting semewah apa rumah yang kita miliki, jika bisa untuk berteduh dari hujan dan panas, itu sudah cukup baginya.
Seperkian menit berlalu, akhirnya orang yang ia cari keluar juga. "Ada apa, dengaren banget lo dateng kesini." Memang benar Rara sama sekali belum pernah kesini, karna memang Agatha-nya sendiri melarangnya kemari.
"Hp lo kenapa gak aktif, gue padahal mau ngasi kabar" Terlihat Agatha mengerutkan keningnya, lalu ia mengangkat satu alisnya seolah bertanya kabar apa.
"Vino masuk RS, dia di gebukin. Sekarang kondisinya memperhatinkan Tha, Vino sendiri minta. Biar gue bilang sama lo, dia mau ketemu ama lo" alibinya, Rara bahkan mengutuk dirinya sendiri yang dengan lancarnya kalimat itu keluar dari mulutnya.
Terlihat Agatha menampilakn wajah khawatir, entah lah wajah khawatir tentang keadaan Vino, atau khawatir tentang lain. Tapi perkataan Agatha selanjutnya, membuat Rara lemas seketika.
"Gue gak bisa kesana, maaf. Gue harus ngejagai Athala, maag nya kambuh. Di sangat manja sama gue, bahkan tadi susah payah gue izin keluar."
Rara tak abis pikir dengan pembelaan Agatha, penjelasan macam apa itu. Agatha lebih mementingkan perasaan Athala dari pada nyawa Vino, ck. Memang benar keluarga proritas pertama, tapi persahabatan juga kan?
"Tha, gue gak tau lagi ngomong apa buat lo! Tapi yang pasti, lo harus pertimbangi kalimat yang akan gue ucapkan" ucap Rara terhenti untuk mengambil nafas dalam dalam.
"Keluarga memang peroritas pertama, tapi bisa kan persahabat di jadiin peroritas kedua lo. Lo udah gak pernah berhubungan lagi sama kami, jangankan berbicara dua tiga kata. Ngebaca chat gue aja kagak, gue rasa lo mulai menjauh tha."
"Gue baru aja.... ngerasai yang namnya punya sahabat, punya teman. Tapi allah kayaknya berkhendak lain tentang itu. Huuuh, yang lo harus tau tha. Kita selalu ada buat lo, kapan lo butuh, kami siap membantu lo. Pesan terakhir gue, lo jenguk Vino. Kalau ada waktu senggang yah" setah mengucapkan kata kata itu, Rara segera melangkahkan kakinya keluar rumah itu.
Agatha melihat itu, merasa serba salah. "Kayaknya besok gue harus ngobrol sama dia" gumamnya, yang masih menatap kepergian Rara.
Sedangkan Rara ia terlihat kecewa akan keputusan Agatha. Agatha lebih memilih kuarganya nya teryata, ia tersenyum pilu. Mana mungkin Agatha memilih sahabatnya, ck kenapa ia bodoh sih. Rara melangkah dengan penyesalan, seharusnya ia tau apa yang akan terjadi. Sekarang bagaimana lagi, seperti pepatah bilang "nasi telah menjadi bubur". Begitu juga kondisis Vino, mau tidak mau Rara hanya bisa meminta maaf.
Pacarnya babak belur karna ulahnya sendiri.
Ck, sadis.
________________
Makasih baget yang setia baca cerita ini😊, tanpa kalian entah jadi apa lh cerita ini. Pasti gak akan lanjut ke chapter" selanjutnya.So, thanks banget 😆😆😆😆
Luangkan waktu buat Vote sama Komen yah! Karna komen kalian penyemangat author😉😉😉
19/04/2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Agatha ( Little happiness )
Teen FictionSebelumnya jangan lupa Follow dan Votmen _________ "LELAH" Satu kata dibenak Agatha untuk masalah keluarganya. "TAKUT" Kata takut tidak ada di kamus Agatha. Di mana ia beserta sahabatnya membahayakan nyawa mereka hanya untuk menuntaskan sebuah misi...