Luangkan waktu buat Vote sama Komen yah! Karna komen kalian penyemangat author😉😉😉
Oke gak usah banyak bacot! Kita mulai ceritanya.
👇👇👇👇
______________Matahari yang semula malu untuk menunjukan wujudnya, kini tak segan lagi. Menyinari bumi, dengan cahaya-nya yang terang.
Semua orang sibuk dengan kegiata sendiri, bekerja, dan ada juga yang bersekolah. Begitu pun yang di rasakan siswa SMA Cempaka, mereka harus melaksanakan kewajibanya sebagai seorang pelajar.
Agatha tengah menatap seorang guru dengan bosan, bahkan pikiranya tak menangkap apa yang di jelaskan didepan. Agatha memikirkan bagaimana nasib persahabat nya. Se sekali Agatha menatap Rara yang tengah fokus memperhatikan penjelasan guru. Ia harus menyelesaikan permasalahan ini seditel ditelnya.
Tak lama bel berbunyi, membuat sorak sorakan bahagia terdengar. Dengan cepat Agatha menyekal lengan Rara saat dia ingin pergi. Rara yang tertahan menatap Agatha tak mengerti.
"Bisa kita bicara dulu" Rara bingung akan sikap Agatha, semalam ia tidak mau sama sekali bicara samanya tapi sekarang, Agatha malah menyekal lenganya.
"Kakak lo?"
"Gue udah minta izin kok." Rara pasrah, kemudian duduk kembali di bangkunya.
Rara hanya diam, padahal jika biasanya ia akan nyerocos tidak ada henti jika bersama Agatha. Kediaman Rara membuat Agatha serba salah, ia tau dia salah semalam.
"Gue mau minta maaf sama lo." Rara tersenyum, " maaf buat apa?" Tanya-nya dengan wajah polos, seolah mereka tak terjadi apa-apa.
"Yang kemaren, gue minta maaf karna udah cuek banget sama lo. Bahkan sahabat gue masuk RS aja, gue gak dateng. Maaf banget yah" gumam Agatha, terlihat sekali ucapanya benar benar dari hati.
Rara tersenyum menanggapinya, padahal sebenarnya Rara sama sekali tidak masalah akan hal itu. Walaupun dia sedikit kecewa, tapi dia sama sekali tidak marah dengan Agatha.
"Lo tenang aja, gue udah maafin dari awal. Lo gak ada salah kok Tha, gue tau posisi lo gimana" balas Rara.
"Makasih. Gimana kabar Vino?" Masalah Vino membuat Rara bersalah, membayangkan luka lebam di wajahnya itu. Membuat Rara bergidik ngeri, apa lagi ia harus menemani Vino setelah pulang sekolah hingga pagi. Itu salah satu tebusan atas kesalahnya.
"Kodisinya mulai membaik" jawab Rara sedikit kikuk. "Nanti gue jenguk deh, sekarang kita udah baikan kan?" Rara mengangguk mengiyakan.
"Kita kekanti kalau gitu"
****
"Sebenarnya yang mukulin lo siapa sih" tanya Agatha. Yah Agatha menepati janjinya untuk menjenguk Vino."Gue gak tau tha, yang pasti. Orang nya tuh jelek banget, gatengan gue lah di mana mana" sinis nya sambil menatap Aldan mengejek, Aldan yang merasa tersindir melotot ke Vino.
"Terus kenapa lo bisa kalah, dia kuat baget?"
"Gak kuat banget sih, kuatan lagi gue. Cuman dia licik mainya pegangan. Masak tangan gue di pegang kiri kanan, kan gue gak bisa lawan." Protes Vino, Rara mati matian menahan tawa nya, Jelas sekali Vino menyindir Aldan dan dirinya, tapi menurutnya wajah serius Vino membuat Rara ingin tertawa.
"Tapi lo udah baikan kan?"
"Pasti uda dong, Vino kan kuat" bukan Vino kali ini yang menjawab, melainkan Aldan. Dengan senyum smirk nya Aldan berjalan mendekati ranjang rumah sakit yang ditepati Vino, "yah gak Vin?" Sedetik ucapan Aldan kuluar teriakan Vino melengking mengisi ruangan itu.
"Aarrrrrhg, sakit bego" teriak Vino sambil menepis tangan Aldan yang menekan lukanya. Aldan menyengir tanpa dosa, dan melangkah ke sofa yang di khusus kan disana.
"Sakit baget yah Vin?" Tanya Rara, namun tak sedikit pun mengurangi senyum lebarnya. Seolah pertanyaan nya itu tidak ada artinya, bahkan Rara mati matian menahan tawanya.
"Banget" ucapnya cemberut yang sukses membuat tawa Rara pecah. Agatha melihat pasangan itu hanya menggeleng, bisa bisa ya ada pasanga aneh macam ini.
Tidak di sadari sudah dua jam Agatha menjenguk Vino, memang benar keluarga kedua adalah sahabat. Tidak masalah dimana mereka mengobrol, tapi jika sudah bersatu maka tidak akan mengenal waktu.
"Gue pamit yah, udah sore" Rara menganguk mengiyakan, "gue ikut deh."
Vino melotot melihat Rara, "kok ikut, kamu harus jagain aku dong. Kan dah janji" protesnya.
"Iya, tapi aku mau ngambil seragam sekolah dulu" balas Rara, dengan pasrah Vino mengiyakan. Vino tidak rela di tinggal Rara, sebarnya Vino senang sendiri jika sakit begini. Rara selalu ada buatnya, jika di bandingkan dengan keadaan sehat.
"Gue juga cabut deh" ujar Aldan, "loh kok lu cabut juga sih" protesan kembali keluar dari mulut Vino.
"Gue gak mau entar dikira, jeruk makan jeruk" jawaban asal keluar begitu saja.
Setelah mengucapkan salam, mereka bertiga berjalan keluar dari rumah sakit. Agatha yang tadinya kesini naik taksi, terpaksa nebeng dengan Aldan, mumpung kali ini Aldan mengendarai mobil. Jadilah Rara dan Agatha menunggu di pinggir jalan, mereka memang menyuruh Aldan mengambil mobil nya, sementara Agatha dan Rara berjalan duluan.
Tin
TinSuara klakson mobil terdengar dari belakang, Aldan yang ada di dalam segera keluar mendekati mereka.
"Yuk masuk" ujarnya. Tapi sebelu Agatha dan Rara masuk kedalam mobil,
Tiiinnnnn
TinnnnnRara dengan cepat menarik lengan Agatha, saat ada motor melintas begitu cepat. Padahal posisi mereka ada di pinggir jalan, tapi dengan santainya motor itu melewati mereka.
Terlihat motor itu berhenti tidak jauh dari mereka, tapi anehnya pengendara sama sekali tidak mau turun. Malahan pengendara melempar sesuatu, dengan cepat langsung di tangkap Aldan.
"Woy jangan kabur lu" teriak Rara saat melihat si pengendara kabur begitu saja. Mereka tak mengejarnya, karna yang di lempar sama orang tadi membuat mereka penasaran.
Aldan membuka sebuah surat, dengan keras ia membacakanya.
"Jika kalian bukan pecundang, bawa rombongan kalian ke lokasi yang dulu. Tempat dimana kalian membebaskan anggota kalian, gue tunggu besok siang. Jika kalian tidak datang maka kalian pecundang. Kita selesaikan besok, masalah kita. SR"
"SR?" Tanya Rara, seperti tidak asing baginya.
"Shelly Riko" jawab Agatha. "Al, siapin Frenzo. Besok kita kesana" ucapnya dengan nada dingin.
Apa kah sekarang mereka akan menuntaskannya. Berperang untuk masalah yang tak di perbuatnya.
Agatha mengehela nafas pasrah, hari yang ditunggunya akhirnya tiba. Hari dimana ia harus menyelesaikan masalahnya. Jika hanya satu caranya, maka ia akan melakukanya.
Tak peduli mereka sahabatnya dulu, jika mereka menentukan untuk bertarung. Maka seorang Agatha tidak akan pernah takut akan hal itu.
Masalah yang semapat tertunda, akan Di mulai kembali.
___________
Cukup segitu dulu ni, penasaran gk sama kelajutanya? Penasaran aja lah, buat author seneng sekali kali kan gak papa yak. 😆😆😆Dan selamat menunaikan ibadah puasa yah, yang menjalankan. Semoga tahan akan godaan yang berlalu lalang di mata 😂😂😂
Luangkan waktu buat Vote sama Komen yah! Karna komen kalian penyemangat author😉😉😉
20/04/2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Agatha ( Little happiness )
Teen FictionSebelumnya jangan lupa Follow dan Votmen _________ "LELAH" Satu kata dibenak Agatha untuk masalah keluarganya. "TAKUT" Kata takut tidak ada di kamus Agatha. Di mana ia beserta sahabatnya membahayakan nyawa mereka hanya untuk menuntaskan sebuah misi...