Chapter 17

1.3K 52 3
                                    

Memarkirkan motornya di sebuah gudang tua. Agatha melangkah masuk tanpa rasa takut sedikit pun, dibukanya pintu yang sedikit rapuh dan berdebu.

Dipandangnya  setiap sisi bangunan itu, tampaklah seorang yang tengah asik memainkan ponselnya dengan bersandar disebuah kursi tua.

"Sorry gue lama" ucap Agatha sambil melangkah cepat mendekati orang itu.

"Eh Agatha, gue kira penunggu ni gudang" jawabnya kaget.

"Kalok ni gudang ada penunggunya, gue yakini lo orang pertama yang lari terbirit birit dari sini" balas Agatha, membuat orang itu tertawa.

"Tuh lo tau, btw lo ngapain ngajain gue ketemuan disini. Kayak gak ada tempat lain aja" kata Vino, ya orang itu adalah Vino sahabat Agatha.

"Gue mau ngomong sesuatu sama lo,"

"Gue rasa dua hari ini, gue di teror deh" tambah Agatha sambing mengambil tempat duduk didepan Vino.

"WHATTTERPARKK" teriak Vino, terkejut iya, khawatir iya mendengar kabar itu.

"Sans aj dong, tuh muka juga tolong dikondisiin"tegur Agatha. Yang ditegur hanya cengengesan gak jelas.

"Terus kenapa lo baru bilang sekarang? Terus siapa yang neror lo? Terus lo gak papa kan? Teru__

Ucapnya terpotong terlebih dahulu oleh Agatha, "kebanyaan terus lo. Lo sans aj gue gak papa, dan kalok gue tau itu orang yang neror gue siapa. Pasti udah gue habisin lah bege. Dan nih tadi pagi gue nemu ini" ia mengambil kertas dari tasnya. "Ada yang ngelempar jendela kamar gue sampai pecah, dan gue nemuin itu" tambahnya, dilemparnya kertas itu yang langsung diterima Vino.

Di bukanya kertas itu, dibacanya dengan seksama. Surat ancaman lagi, yang ditulis dengan tintah merah.

"Apa ni ada hubunganya dengan kematian dia" ucap Vino, menatap Agatha yang murung akibat kejadian ini.

"Lo tenang aja Agatha, gue akan telpon temen gue buat jagain lo. Kalok perlu gue suruh dia sekolah disekolahan lo juga." Agatha yang mendengarnya ternganga, dia kira artis apa harus dikawal segala. Mau mengahalangi tapi sudah kebeuru Vino menelpon temanya itu, terpaksa ia harus menunggunya.

"Apaan sih Vin, gue bukan artis yang harus dikawal. Disana juga kan ada Rara, so cukup lah buat jadi temen gue"kata Agatha setelah melihat Vino usai dengan ponselnya.

"Lo emang bukan artis, tapi lo sahabat gue lebih tepatnya adek gue. Masalah Rara, dia masih dini ilmu belah dirinya. Nah teman gue ni jago bat dah ngalahin gue lagi, jadi lo aman." Selalu saja Vino dapat menjawab semua pertayaan Agatha, ini yang paling tidak disukai Agatha. Vino itu jika sudah serius, apa pun yang di ucapkanya harus dituruti.

Seperkian menit akhirnya orang yang ditunggu tunggu tiba, terdengar langkah kaki kian mendekat.

"Sorry gue telah" ucap orang itu, Agatha yang saat itu posisinya mengahadap Vino seketika memutar. Kedua matanya melotot hendak keluar saat melihat orang yang tengah menatapnya juga.

"ELO. Vin, bukan dia kan temen lo."tanya Agatah yang masih menatap orang itu.

"Siapa lagi kalok bukan dia, setan gitu." Mendengar jawaban Vino, bukan lagi mata yang membulat mulut ikut menganga mendengarnya.

"Kenalin temen gue, Aldan Farenza" kata Vino memperkenalkan temannya itu, jika kalian lupa akan sosok Aldan mohon diingat. Aldan lah saat itu menolong Agatha, walaupun songongnya minta ampun dan membuat dinginya Agatha hilang seketika tergantikan emosi yang meletup letup.

"Gue gak mau ya, orang yang akan satu sekolah sama gue itu dia" tunjuknya ke arah Aldan. Vino yang bingung akan sikap Agatha lalu bertanya,"kalian saling kenal"

"IYA"."GAK" ucap mereka bebarengan. Yang dipastikan yang menjawab tidak, pasti Agatha.

"Ini yang bener mana" gerutuk Vino.

"Gini lo Vin, lo inget kan yang pernah gue ceritain. Tentang gue nolongin cwek, nah ini dia calon pacar gue" jelas Aldan sektika mendapat toyoran dari Agatha.

"Stop ya panggil gue Calon pacar" bentak Agatha tepat didepan wajahnya.

"Bagus lah kalok kalian saling kenal, jadi lebih gampang akrabnya" seru Vino, langsung mendapat pelototan dari Agatha.

Bayangkan saja orang songong seperti Aldan akan santiansa berada didekatnya. Mimpi apa dia harus berada satu sekolah dengan Aldan, belum selesai dengan biang gombal dan sekarang ada lagi. Hari harinya gak akan tenang kalau begini.

****
Pasrah, itulah yang dirasakan Agatha saat mendengar Aldan akan menjemputnya. Yap, hari ini Aladan akan menjadi siswa SMA Cempaka. Dimana kamaren mereka sudah bernegoisasi.

"Tha, lo bareng kakak kan" tanya Dafa saat mereka sarapan bersama.

"Iy_

Ting

Ucapanya terhenti saat mendengar ponselnya berbunyi, dilhatnya pesan dari Aldan

#Aldan Kamvret
  
    5 menit lagi gue sampai

Di masukan kembali ponselnya disakunya, baru Agatha ingin melahap makananya terdengar suara motor ari arah luar.

Tin tin tin

Ck ni orang katanya 5 menit lagi, lah ini sepuluh detik aja kagak ada_batinnya berbicara. Dengan cepat ia meminum minumanya serta mengambil jaketnya.

"Maaf ya kak, Agatha bereng temen. Yaudah Agatha pamit ya, Asslamaualaikum." Ujarnya dengan tergesa gesah menyalami orang tuanya.

Dilihatnya Aldan tengah bersender di Mobilnya, dengan memakai kacamata hitam miliknya. Entah mengapa Agatha mengakui saat ini Aldan begitu tamapannya. Digelakannya kepalnya lalu berjalan mendekati Aldan.

"Lo mau sekolah, atau mau gaya gayaan. Ngapain nih pake kacamata segala" desis Agatha langsung mengmbil kacamata Aldan. "Serah gue lah, tapi gimana penamilan gue. Udah mirip artin belum, terus ganteng kagak" ujarnya dengan sedikit mengusap rambutnya, sesekali mengedipkan matanya genit. Rambut yang memang terlihat berantakan membuat Aldan seperti anak berandalan, namun tak menghalangi wajahnya yang bak dewa.

"B aja tuh, udah ah cepetan entar telat"bentak Agatha sambil menghentakan kakinya. Segera Agatha masuk kedalam mobil, tanpa meminta izin dengan Aldan.

Aldan yang meliat jam yang melingkar di tanganya, langsung segera masuk kedalam mobil.

________________

Luangkan waktu buat Vote sama Komen yah! Karna komen kalian penyemangat author😉😉😉

14/03/2019

Agatha ( Little happiness ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang