Chapter 33

1K 38 0
                                    

Agatha melangkah dengan santai melewati lorong-lorong kereta api, di lihatnya orang yang tengah dicari berada tak jauh darinya. Agatha mempercepat langkahnya saat mereka mengetahu keberadanya.

Di belakangnya Aldan ikut berlari mengejar Agatha, sedangkan jauh di belakang dua orang tengah adu mulut.

"Lo cepetan kek, lelet banget sih jalanya" gerutuk Rara. Ia tengeh memarahi pacarnya, yang malah duduk di tengah rel kerta api.

"Lo malah ngapain duduk disitu, mau bunuh diri? Klok mau mati gue gak mau tanggung jawab ya" bentaknya. Vino hanya mentap cengoh kearah Rara.

"Jadi cewek manis dikit kek, Masak pacarnya dimarahin dari tadi" gumamnya dengan wajah cemberut khas anak kecil.

"Ngomong apa barusan" tanya Rara dengan nada mengeras. Dengan menghentakan kaki kesal Rara meninggalkan Vino.

Dengan menghela nafas Vino bangkit dari duduknya. "Jongkok" suruh Vino terhadap Rara. Tentu Rara mengerutkan keningnya, tapi ia tetap menurut akan ucapan Vino.

Mata Rara melotot melihat Vino memunggjnginya, seperkian detik Rara langsung menendang bokong milik Vino.

Brught

"Lo ngapain belakangin gue, mau ngetut ya lo" bentaknya.

"Ni ni kalok pacar lagi pms, aku tuh mau gendong kamu." Walau tadi ia ditendang, tapi Vino tetap menyuruh pacarnya itu untuk naik.

Rara yang pasrah hanya dapat mengalungkan tanganya di leher Vino, sebenarnya ia tak anak hati tapi bagaiman lagi.

"Kamu berat" celetuk Vino sukses membuat Rara melotot. "Yaudah turuni gue" teriaknya tepat ditelingan Vino.

"Becanda sayang"

Entah mengapa perkataan terakhir Vino membuat hatinya berdesir, seolah dalam perut Rara berterbangan kupu-kupu.

"Ber..canda lo gak lucu" ucapnya, yang entah sejak kapan menjadi gugup begini, Rara takut degup jantungnya terdengar oleh Vino. Secara posisi mereka yang terlalu intim untuknya.

Vino menyunggikan senyum mendengar nada kegugupan dari pacarnya itu. Jarang jarang melihat Rara gugup karnanya begini.

_____________

Bught

Agatha mencekram kera salah satu orang tengah berbaring tak berdaya. "Dimana Shelly?" Tanyanya.

"Gue gak tau" jawab orang itu, teman temanya bernasib sama demganya.

"Dimana Shelly? Lo jangan main main sama gue" tanyanya kembali.

"Sumpah gue gak tau, dia udah pergi kemaren. Disini tinggal kita kita doang" jelasnya.

Agatha menghempaskan kera yang ia cengkarm dengan kasar, "pergi lo" dan seperkian detik rombongan itu pergi dengan terseok seok.

"Percuman jauh jauh kesini, tapi Shelly kagak ada" gerutuk Agatha.

"Udah lah, lebih baik kita makan disekitar sini. Lagian kayaknya suasana disini asik" seru Aldan, pikiranya berkecamuk. Memang Agatha telah memiliki Pacar, tapi jika tikung menikung belum tercantum di UUD maka, halal hukumnya dilakukan. Selagi ada kesempatan harus di nikmati.

Ucapan dibenak Aldan membuatnya geli sendiri, ia berpikir kenapa gak dari dulu ide menikung itu ia gunakan.

"Kenapa lo senyum senyum" heran Agatha melihat Aldan yang dari tadi tersenyum sediri.

"Ni ni, nasib orang ganteng. Orang diem aja dibilang senyum, bilang aja lo minta disenyumin gue kan?" Agatha cengoh melihatnya, "Gaje lu" ujarnya lalu meninggalkan Aldan yang masih menerkahkan senyumnya.

Sedangakan di kejauhan Rara tengah meningkmati es kelapa mudanya, "lo suruh Agatha kesini gih" uajrnya.

Vino yang mendengarnya hanya menganggukan kepalanya, tapi sebelumnya

Cup

"Huk....huk..huk gila lo, lo apain pipi gue" teriak Rara yang masih terbatuk batuk.

"Cium" ucap Vino singkat. Rara tengah siap siap untuk menendang Vino ke antariska , tapi langsung tertahan dengan ucapan selanjutnya.

"Hukuman kalok kamu, gak pakek panggilan aku kamu"

Rara hanya melampiaskan kesedotanya, menggigitnya keras keras. Antara geram dan kesal bercampur aduk. Walau Vino menciumnya di pipi, tapi itu ciuman pertamanya. Pingin kali ia menendang Vino saat ini juga.

Vino yang telah selesai mengabari Agatha teralih kearah Rara, pacarnya tengah kesal terlihat dari tatapan mengitimindasi darinya. Bukanya takut Vino malah mengacak rambut milik Rara, sesekali menepuknya lembut.

"Aku suka sama kamu yang marah marah gini, gemesin" ucapnya sambil ikut menarik pipi kiri Rara. Mau menepis tak bisa, jadilah Rars pasrah diperlakukan begitu oleh pacaranya itu.

***
"Malam kak" sapa Agatha saat melihat Dafa di ruang keluarga, yang memang berbeda dari ruang tamu.

"Malam , sisni" di tepuknya sofa disampingnnya, Agatha menangapainya dengan berjalan mendekatinya.

Satelah Agatha telah mengambil duduk disamping Dafa, Dafa langsung menarik Agatha kearah dekaoanya. Jadilah Agatha bersadar disana, mereka seolah sepasang kekasih saja.

"Dari mana , hmm baru pulang jam segini" tanyanya dengan usapan dirambut adiknya itu.

"Biasa"

"Kak?" Tanyanya kembali. Dafa hanya bergumam menunggu ucapan Agatha.

"Kalau misal ni yah, suatu saat nanti Agatha pergi tapi buakan atas kemauan Agatha. Dan Agatha dituduh melakukan hal yang paling membuat semua orang marah kepada Agatha, tapi itu bukan kesalahan Agatha. Menurut kak Dafa, kakak akan relain Agatha pergi dan rela Agatha dituduh gak?"

Dafa mencerna yang di ucapkan Agatha, sedikit bingung arah pembicaraan mereka. Tapi tanpa ragu Dafa menjawabnya, "kakak gak akan rela kamu pergi, kakak akan jadi orang pertama yang akan membela kamu saat dituduh orang orang itu."

"Makasih" ucap Agatha, ia berdoa semoga saja ucapan Dafa memang akan terbukti disuatu saat nanti. Agatha merasa akan ada dimana ia akan dikucilkan oleh orang lain, dimana ia akan terpuruk begitu hebatnya.

Agatha hanya mampu menikmati masa masa indah ini, sebelum kebahagian ini mehilang secara bertahap.
______________________

Luangkan waktu buat Vote sama Komen yah! Karna komen kalian penyemangat author😉😉😉

19/04/2019

Agatha ( Little happiness ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang