Chapter 22

1.3K 49 1
                                    

Lagu kebangsaan Indonesia raya terdengar di lapangan SMA Cempaka, dimana semua orang tengah menghormati bendera merah putih yang tengah berkibar.

Begitu juga dengan Agatha, ia ikut menghormatinya. Tapi yang membuat Agatha berbeda dari pada yang lainya adalah, ia menghormatinya dari arah rooft top . Saat bendera merah putih telah sampai di puncaknya dengan segera ia menurunkan tanganya, kembali ke aktifitasnya memainkan ponselnya.

Memang biasa bagi Agatha jika pada hari senin begini, ia akan membolos saat upacara tapi menghormati saat bendera akan di naikan. Ia akan menghormati Indonesia, Walaupun ia belasteran Indonesia-Amerika. Yang diman ayahnya adalah warga asli Amerika dan ibunya warga negara Indonesia, dan perbedaan itu yang membuat Agatha harus di buang saat itu.

Dulu papanya adalah wisatawan yang berlibur di Indonesia, saat itu Arkan tak sengaja bertemu dengan Yunita. Disitulah mereka mulai merajut kasih hingga menikah. Saat anak pertama yaitu Devan dilahirkan, meraka sangat behagia apalagi wajah Devan dominan Arkan. Memiliki warna mata sama persis seperti Arkan, yang kedua Dafa. Dafa ikut mekmliki warna mata sama dengan Arkan, dan terakhir adalah si kembar.

Saat itu cuman warna mata Agatha yang dominan dengan Yunita, berwarna hitam yang memang warna mata Asia.

Entah apa yang dipikirkan keluarganya hingga membuangnya. Bagaimana Agatha tau ceritanya, padahal keluarganya tak menceritakanya. Yah pembantunya, Bi Inah namanya  ia adalah pembantu sejak dulu ayahnya masih kecil.

Mungkin sangat jarang terjadi perbedaan warna mata di dunia ini, tapi ini lah yang terjadi dia dan kembaranya berbeda tepat pada warna matanya.

"Lo main hp, tapi pandangan lo entah kemana. Ngelamuni apaan sih" tanya Rara. Sebenarnya Rara tadi ikut upacara tapi melihat Agatha tak ada dalam barisan membuatnya berpura pura sakit agar dapat ke UKS, tapi saat sudah sampai ia melangkah menjauh dari UKS untuk mencari Agatha.

Rara yang tidak mendapat respon dari Agatha hanya pasrah saja, ia kemudia mengambil tempat duduk tepat didepan Agatha dan menyenderkan kepalanya di tembok.

"Lo tau Tha, hidup gue berubah derastis saat ketemu lo. Dulu sering banget gue di bully, mereka bully gak liat waktu. Bagi mereka, buat gue nangis sambil mohon mohon jadi hiburan."

"Gue selalu berharap saat itu, hilang dari tempat itu. Dan lo tau Saat lo dateng waktu itu, gue merasa was was banget kalok lo ikut ngebully gue. Tapi saat lo mau gue ajak kekantin, saat itu juga gue rasanya ingin teriak bahagia. Untung gue masih punya malu, jadi gue gak ngelakuin itu. Jadi Tha gue berharap jadi sahabat lo, gue pingin gue ada dalam cerita lo" tambah Rara. Entah sejak kapan air mata telah membasahi pipinya.

Agatha yang melihatnya ikut merasa sedih, "lo gak usah sedih gitu. Dari awal, saat kita ketemu. Lo udah masuk kedalam cerita gue" ucap Agatha.

"Oh! Siapa yang udah ngebully lo waktu itu. Biar gue kasih pelajaran" tanya Agatha sambil menggulung kedua lengan bajunya.

Rara yang menatapnya, bergidik ngeri. "Lo tenang aja masalah itu, gue pengen bales pakek tangan gue sendiri." Balas Rara, Agatha yang melihat tangan Rara sudah mengepal membuatnya tersenyum. Sahabatnya telah bangkit, bahkan ia lebih berani dari pada dulu.

"Lo mau liat gak, saat gue bully tuh orang" tanyanya dengan sedikit mendongakan kepalanya. Agatha hanya tersenyum melihatnya.

***
Rara melangkah dengan santai, tanpa takut ia melewati primadona sekolah atau lebih tepatnya orang yang selama ini membullynya.

Dengan sengaja ia menyenggol bahu Viona. Yap anak itu bernama Viona, tepatnya Viona Anabella Friska. Cewek turunan korea Indo, anak dari salah satu pengusaha di Indonesia yang sukses.

"Maksud lo apa?" Bentak Viona yang melihat Rara menyenggolnya. Viona emang terlihat baik dari luar, tapi jangan terkecoh dengah penampilanya yang rapi dan sopan. Kalian tau orang yang terlihat baik belum berarti ia baik kan. Begitu juga dengan Viona, mungkin ia polos tapi ia sangat hobi menyiksa orang.

"Maaf" balas Rara, bukan Viona jika melepaskan mangsanya dengan mudah.

"Maaf lo bilang, maaf lo gak berarti buat gue. Oh! Lo berani juga yah natap gue sekarang, bukanya dulu lo takut banget liat gue. Karna saat lo natap gue, berakhir mengenaskan"seru Viona sedikit menampilkan senyum smirknya.

Sudah cukup permainanya, Rara tak mau kembali berada di posisi dulu. Yang harus ditindas sekarang adalah Viona, bukan dirinya.

"Itu dulu. Lo tau? Orang bisa berubah, begitu juga gue. Lo itu menyedihkan ya, lo itu orang yang paling menyedihkan disini." Tentu ucapan Rara membuat Viona mengerutkan dahinya, berani sekali Rara berkata seperti itu ucapnya dipikranya.

"Lo ngebully orang orang lemah, hanya karna masalah sepele. Gue tau lo ngelakuin ini, agar lo di takuti satu sekolah. Padahal gue tau, dulu saat SMP lo sering banget di bully. Sadis emang cara lo" balas Rara. Sekarang berbanding terbalik, Rara yang menampilkan senyum meremehkan.

"Jangan ngarang lo" bentak Viona, yang mulai memucat. Pikiranya hanya satu, agar Rara tidak membongkarnya kepada teman temanya.

"Yang di bilang cupu bener Vin?" Tanya salah satu temanya. Rara menaikan kedua alisnya melihat Viona sudah mulai keringat dingin.

"Apaan dah lo pada, percaya aja sama ni cupu" ujar Viona.

Mendengar ucapan Viona membuat Rara tersenyum lebar. Dilemparnya foto foto ketika Viona di bully, yang langsung di tangkap kedua teman Viona.

Rara memutari tubuh Viona, kemudian berhenti kembali saat tepat didepannya.

"Orang lemah, sok kuat. Kalau gitu gue bisa jadi lo" setelah mengeluarkan kata itu sejurus kemudian Rara menampar tepat di pipi Viona.

"Itu buat lo yang selalu bilang gue cupu"

Plakkk

"Itu buat lo yang selalu ngehina keluarga gue"

Plaaakkk

"Itu buat lo yang selalu nampar gue tanpa sebab"

Plakkkk

"Itu buat lo yang selalu mempermaluin gue di depan umum"

Bughgg

Untuk terakhir kalinya Rara menendang tepat di perut Viona, seketika Viona tumbang sambil memegang perutnya.

"Dan itu untuk lo yang selalu ngebully gue" ucap Rara. " jangan pernah lo berurusan sama gue, atau pun membully anak lain. Jika sekali aja gue liat lo ngebully lagi, abis lo sama gue." Ujarnya kemudian berlalu dari sana.

Dan dari kejauhan Agatha hanya tersenyum, apa lagi melihat Rara melangkah mendekatinya.

"Yuk Tha, gue haus teriak teriak" uaja Rara dengan mengandeng lengan Agatha.
_______________
Luangkan waktu buat Vote sama Komen yah! Karna komen kalian penyemangat author😉😉😉

29/04/2019

Agatha ( Little happiness ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang