Chapter 42

2.5K 92 29
                                    

Seorang pria tengah berkutat dengan leptop nya, pekerjaan menumpuk hanya dalam sehari. Ck jadi seorang Ceo bukan berarti hanya menyuruh nyuruh saja, tapi juga harus bertanggung jawab.

Setelah selesai dengan pekerjaan nya, Aldan segera mengirim pesan untuk sektertarisnya agar menemuinya. Kebiasaan Aldan bila malas berbicara via telpon.

"Ada apa yah bapak manggil saya" ujar Sara sopan, pakainya tidak terlalu terbuka di bandingkan kariawan lain. Karna itu Aldan menempatkanya menjadi sekertaris pribadinya, selain pintar Sara selalu mengormatinya tanpa niatan mencari muka.

"Hari ini jadwal saya, apa saja" Sara membuka buku catata nya. "Setelah makan siang, bapak akan mengadakan meeting dengan bla bla bla."

Aldan mengangguk, berarti masih ada waktu untuk menemui Agatha. "Siapkan semuanya, saya ada perlu dengan tunangan saya."

Setelah itu, Aldan bergegas menuju Rumah sakit tempat Agatha bekerja.

Sedangkan di lain tempat, Agatha harus menahan lapar saat melihat jam. Seharusnya ia sudah istirahat saat ini, tapi karna dokter yang meriksa mengambil cuti jadilah ia yang menggantikan nya. Untuk satu orang lagi, dan itu hanya memeriksanya.

"Kita priksa dulu yah" ujar Agatha, kali ini pasienya seorang remaja. Mungkin usianya sekitar 18 tahun, itu dapat di lihat dari postur tubuh nya.

"Jangan lupa minum obatnya yah" ucap Agatha setelah selesai memeriksa cowok itu.

Setelah itu Agatha melangkah pergi, namun tertahan oleh sebuah tangan. "Dokter, jatung saya kayaknya gak sehat deh. Dari tadi keceng bener debaranya" ujar seorang tadi yang tak lain adalah pasien Agatha.

"Benarkah" Agatha yang hendak memeriksa tertahan dengan ucapan cowok itu kembali.

"Iya, soalnya dokter sih cantik banget. Gak tahan kan jantung saya, buat gak berdebar." Agatha melongo mendengarnya, apa barusan, ia di gombalin oleh anak ingusan.

Ingin sekali Agatha melempar cowok itu, sekarang juga. Tapi tertahan saat melihat kondisi pasie nya, dan juga melihat suster telah mengantarkan makanan.

"Sudah waktunya makan siang yah sus" tanya Agatha. Suster itu menanguk seranya berkata "iya dok."

"Kamu silahkan nikmatin makananya, setelah itu jangan lupa minum obatnya" ujar Agatha lembut tapi penuh ke kesalan.

"Suapin dok" dua kata yang membuat rahang Agatha jatuh kebawah.

"Yang sakit itu kaki kamu bukan tangan kamu, jadi gak ada alasan buat saya menyuapi kamu." Desis Agatha, tak tahan Agatha berlama lama disana. Tapi niatnya untuk keluar tertunda akibat ulah remaja itu.

"Kalok dokter gak mau suapin, saya gak mau makan pokok nya. Nanti kalok saya gak makan, saya gak bisa minum obat. Kalok gak bisa minum obat, saya bisa mati. Nanti kalok saya mati, saya gak punya keturunan. Kalok saya gak punya keturunan, nanti ortu saya sedih. Kalok______"

"Oke saya suapin" final Agatha, rasanya telinganya berdengun mendengar ucapan tidak jelas itu. Dari pada mendengar cerocosan remaja itu, lebih baik Agatha menuruti kehendaknya.

Dengan ogah ogahan Agatha menyuapi cowok itu, untung Agatha masih mengingat profisi dia sebagai dokter. Jika tidak sudah dipastikan cowok itu, melayang ke Alaskan.

"Dokter cantik deh, mau jadi pacar saya tidak" Agatha melotot mendengar nya, ni anak berbicara tidak memproses dulu kali yah. Asal ceplas ceplos saja.

"Saya sudah punya tunangan"

"Kalok gitu saya siap kok dok, jadi selingkuhan dokter" selain kaki nya yang patah, mungkin kepala cowok itu sempat terbentur. Itu yang di pikirkan Agatha.

Agatha ( Little happiness ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang