Membayangkan bagaimana Athala tersenyum, bagaimana ia memeluknya begitu ketakutan. Membuat Agatha menangis, baru saja hubunganya dengan saudari kembarnya itu mulai membaik. Tapi sekarang hancur kembali.
Saat ini Agatha duduk ditrotoar jalan yang lumayan sepi, bensinya habis tadi saat sedikit pun ia tidak mau berhenti mengendarain motornya. Tanpa niatan menelfon siapa pun, Agatha berisiatif duduk di sana untuk menenangkan pikiranya.
Sepi berlebih lagi malam, tidak membuat Agatha takut sedikit pun. Kepalanya ditumpuhkan di pahanya, sungguh ini sakit sekali.
"Teryata leadernya Frenzo, bisa galau juga" ucap seseorang disampingnya, bahkan Agatha tidak merasakan orang itu sudah duduk disampingnya.
Aldan tadi melihat Agatha membawa motornya dengan menggila, dengan susah payah Aldan mengikutinya. Sempat ia tadi kehilangan jejak Agatha, namun keberuntungan berpihak padanya jadilah ia disini. Melihat Agatha meringkuk di trotoar, bener bener Agatha tidak melihat tempat untuk bersedih.
"Kenapa? Cerita sama gue?" Tambahnya kembali.
Agatha menegakan punggungnya, menghadap Aldan yang juga menatapnya. "Al" satu kata itu yang di ucapkan.
"Apa?" Balasnya yang tak urung menatapnya.
"Laper" jawab Agatha.
Aldan langsung tersenyum, baginya Agatha itu terlalu jujur. Bahkan Agatha berbeda dari perempuan lainya, disaat wanita lain meminta untuk di peka in, Agatha sama sekali tak ingin itu ia malah langsung berbicara ke intinya.
"Kalok gitu kita makan" seru Aldan sambil menegakan tubuhnya berdiri. "Motor gue" protes Agatha.
"Nanti Vino yang jemput, ayo." Setelahnya Aldan menarik lengan Agatha dengan lembut.
***
Disini lah mereka, disebuah rumah makan pinggir jalan. Agatha yang memintanya disini, ia pernah merasakan makanan disini itu enak.Sambil menunggu pesanan mereka datang, Aldan memecahkan keheningan dengan pertanyaan.
"Tha, cinta pertama lo siapa?" To the poinnya. Agatha seketika tersenyum malu, sedangkan Aldan sudah geram sendiri. Ia tak suka melihat Agatha tersenyum untuk orang itu, apalagi melihat senyumnya malu malu begini, sungguh menggemaskan sekaligus membuatnya cemburu. Memang ia tak pantas melarangnya, tapi rasa cemburu itu tidak bisa ditepisnya.
Namun saat kalimat Agatha terucap, kedua sudut bibirnya tertarik keatas. "Gue belum pernah begituan, gue bahkan belum pernah ngerasain jatuh cinta. Tapi semoga cinta pertama gue itu sampai mati" jawab Agatha.
"Tha lo mau ngerasain jatuh cinta?"
"Caranya?" Balas Agatha. "Cinta itu datang saat kita terbiasa, cobak deh lo rasain disaat orang peduli sama lo" ucap Aldan yang membuat Agatha mengerutkan keningnya.
"Terbiasa? Gue gak tau itu, bahkan gue gak pernah ngerasainya. Menurut loh gue cocoknya sama siapa?" Tanyanya.
"Orang yang ada didepan mata lo, akan menjadi masa depan lo" jawab Aldan, entah mengapa Agatha semangkin mengerutkan keningnya. Ia mentap Aldan yang berada tepat didepanya. Aldan ditatap begitu menyunggingkan senyumnya.
"Siapa?" Seketika sudut bibirnya melengkung kebawah, apakah Agatha bener benar polos atau bagaiman. Jelas jelas ia menunjuk dirinya sendiri, memang urusan cinta Agatha itu kurang peka. Padahal Aldan mati matian mencari kode untuknya.
"Tha ayam peka banget yah" bukanya menjawab pertanyaan Agatha, Aldan malah memberi pertanyaan lain.
"Peka?"
"Iya. Buktinya kalau kita usir, dia menjauh." Gak kayak lo udah beribu kode, tapi kagak peka peka. Sambungnya di dalam hatinya.
"Tapi itu cuman sekilas pekanya, buktinya pas udah diusir dia balik lagi. Orang gue pernah ngalaminya" balasan Agatha membuat Aldan seketika berdecak. Sungguh Agatha benar benar tidak peka, jelas jelas ia menyindir dirinya.
Melihat pesananya datang, Aldan melampiaskan emosinya ke makananya sendiri. Bahkan suara gertakan gigi terdengar, sangking geramnya. Agatha hanya cengoh melihat cara makan Aldan, mungkin dibenaknya Aldan dari pagi tidak makan.
Disudut kursi yang berbeda terlihat dua orang sedang cekcok disana. "Lo kan cowok seharusnya lo yang bayar" bentak Rara, sedangkan Vino memanyunkan bibirnya layaknya anak kecil. Yah, tanpa kedua belah pihak mengetahuniya mereka makan disatu tempat yang sama.
"Yah enggak lah, adilnya kita bayar masing masing" balas Vino.
"Heh cacing kremi! Gue udah bantuin lo, pura pura jadi pacar lo. Dan itu semua gak gratis" gereta Rara, tadi sebelum kesini meraka berdua bertemu dengan salah satu mantan Vino. Vino yang gengsinya tinggi selangit, saat melihat mantan teridahnya sudah memiliki pengganti. Ia jadi tidak mau kalah, jadilah Rara pacar dadakanya.
"Sapa suruh lo diem aja pas gue akui lo jadi pacar gue" elak Vino.
"Gimana gue mau protes, orang lo bekap mulut gue" jawab Rara cepat. Seketika sebagian orang memandang acara pertengakaran itu.
Rara yang peka terhadap sekitar, langsung menyelesaikan masalahnya. "Kalok lo gak mau ni bayar makanan, gue teriak disini. Bomat kalok kita dianggap KDRT" bentak Rara.
"Ogah orang lo makan sebajibun begitu, tekor kalok gue bayarin" prote Vino. "Kalaok gitu yah sudah, tol_" Vino langsung membekap Rara. Sungguh mereka menjadi pusat perhatian, sekita Vino pura pura tersenyum sambil mengelus rambut Rara.
"Iya iya sayang, jangan marah. Orang itu cuman temen kok" kecoh Vino yang sangat berhasil, untung orang yang duduk disekitar mereka mudah dikibulin.
Secepat mungkin Vino melepas bekapanya dan melangkah kekasir, abis sudah uang jajanya. Rara hanya tersenyum smirk, kapan lagi makan dibayarin Vino. Yang pada umumnya Vino itu pelit.
#########
Luangkan waktu buat Vote sama Komen yah! Karna komen kalian penyemangat author😉😉😉
19/05/2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Agatha ( Little happiness )
Teen FictionSebelumnya jangan lupa Follow dan Votmen _________ "LELAH" Satu kata dibenak Agatha untuk masalah keluarganya. "TAKUT" Kata takut tidak ada di kamus Agatha. Di mana ia beserta sahabatnya membahayakan nyawa mereka hanya untuk menuntaskan sebuah misi...