34. Gelisah

23.2K 978 58
                                    

Yang kutakutkan dari persahabatan adalah perpisahan

_______________________

Cinta seorang Ustadz

Dengan langkah cepat Maria mencari salah satu santriwati yang ia Perintahkan memberikan Surat cintanya Kepada Ustadz Adnan.

Begonya dia tidak memberikan sendiri. Malah menyuruh seseorang. Dan untungnya mata masih ingat wajah Santriwati yang ia Suruh tersebut.

Saat melewati kamar lantai 3. Ia melihat Santriwati tersebut sedang berbincang dengan dua orang temannya.

"Eh! Elo ternyata senior disini?" Ujar Maria sinis dan Santriwati dengan temannya menoleh kearah Maria.

"Iya. Ada apa yah?" Tanya Santriwati tersebut bingung

"Kemaren gue nyuruh lo ngirim surat kepada Ustadz Adnan? Kemana sekarang!" Ujar Maria dengan Emosi yang meluap-luap

"Eh! Itu...Suratnya diambil" ujar Santriwati tersebut dengan menunduk membuat dua temannya Risih dan menatap Maria kesal.

"Diambil Siapa?!" Sentak Maria membuat tiga orang didepannya terkejut

"Ukhti, Kalau berbicara bisa agak sopan dikit ngga. Dan nadanya pelan-pelan? Malu dilihat Santriwati yang lain" Tanya Salah satu teman Santriwati tersebut

"Emang kenapa! Gue emang kayak gini kok!"

"Ini ada apa?" Tanya Seseorang di balik punggung maria.

Dialah Ustadzah Naila

"Ini ustadzah. Datang tiba-tiba marah. Saya menyuruhnya Sopan dan Bicara Baik-baik. Dia Malah Ngelunjak" Ujar Salah satu teman Santriwati tersebut dan mengadu kepada Ustadzah Naila.

"Benarkah itu Maria?" Tanya Ustadzah Naila lalu menatap Maria meminta penjelasan.

"Bukan urusan elo" ujar Maria dingin dan berjalan kembali ke kamarnya tanpa menghiraukan Tatapan Ustadzah Naila yang menajam. Ia jadi teringat Saat ia bertemu dengan Ustadzah Naila dulu yang Sewotnya minta di lakban

Sambil terus berjalan ia memikirkan siapa yang berani menyembunyikan suratnya.

Saat ia akan membuka pintu kamarnya dia melihat Sasaa yang sedang Duduk Didekat tangga penghubung Lantai satu dan dalam

"Assalamualaikum, Maria? Apa kabar?" Tanya Sasaa sinis.

Dasar nenek lampir. Kerjaannya Cuma Ngurusin hidup gue! Ngga ada kerjaan yang lebih bermanfaat apa! Batin Maria kesal ketika Sasaa berjalan santai menujunya

"Baik sekali. Terimakasih telah memperhatikan keadaan saya" ujar Maria dengan senyuman palsu

"Oh iya, Maria?Kamu tau ngga? Kalau Pernikahan Ustadz Adnan dipercepat? Dan besok adalah hari pernikahan mereka? Jadi... Ketimbang kamu bersedih. Aku udah buat surat pernyataan jika kamu dikeluarkan dari pondok. Itukan mau mu dari dulu?" Ujar Sasaa dan memberikan Surat pengeluaran Maria

Maria menerima suatu tersebut dengan perasaan campur aduk.

"Aku udah bicara dengan orang tuamu melalui telepon. Sebentar lagi mereka pasti datang. Kamu harus menjelaskan semuanya dengan jujur. Berkemas-kemas lah. Nanti aku panggil lagi" ujar Sasaa dan berjalan menuju rumah.

Surat pengeluaran? Batin Maria dan meringis kecil.

Sepertinya dia tau rencana ku? Dan dia berniat memberhentikannya? Perjuanganku gagal. Rencanaku gagal. Aku kehilangan Ustadz Adnan batin Maria dan menangis didepan pintu kamarnya dan meremas Surat tersebut dengan Perasaan Sakit dan kecewa

"Aku. Udah ngga tahan lagi disini. Hiks" Guman Maria parau dan menghapus air matanya Kasar.

Jika ini keinginannya. Akan ku lakukan. Cinta memang tidak perlu egois. Cinta tidak perlu mengekang dan Cinta membutuhkan pengorbanan. Dan sekaranglah waktuku untuk melepaskan ujar Maria dan membuka pintunya dengan pelan dan melihat Seluruh Ruangan kamarnya.

Aku akan merindukan tempat ini. Dan juga merindukan Sosok yang sering kesebut dalam sepertiga malam batin maria dan mengambil Koper diatas lemari dan mengemasi barang-barangnya.

Sampai jumpa kenangan. Mungkin kita bisa bertemu sampai disini saja batin Maria ketika melihat sosok Sasaa didepan pintunya

"Mau ku bantu?" Tawar Sasaa dengan perasaan senang

"Tidak perlu. Biar aku sendiri saja yang melipat semua bajuku. Apa kedua orang tuaku sudah sampai?" Tanya Maria Dengan nada dingin

"Sudah. Mereka menunggu di rumah. Aku berharap Kamu Segera pergi. Dan tidak mengganggu kehidupan Bang Adnan lagi" ujar Sasaa dingin keluar dari kamar Maria dengan berpura-pura merasa Senang akan tetap dilubuk hatinya dia merasa bersalah dan sedih.

Aku melakukan ini agar kamu tidak terluka Maria. Aku membencimu demi Riani. Aku melakukan ini untuk melindungi mu. Aku rela kamu membenciku. Tapi, aku tak rela kamu membenciku bang Adnan dan juga keluargaku. Mereka tidak ada hubungannya. Mereka adalah korban dari kebusukan Riani. Maafkan aku batin Sasaa gelisah dan berjalan Menuju Rumahnya untuk memberitahukan jika Maria sedang berkemas.

Sementara Sang Abi ada rapat di desa sebelah dan ibunya sedang bercakap-cakap dengan kedua Orang tua Maria.

Ia berniat mencari kakaknya.

"Abang!" Teriak Sasaa ketika melihat ustadz adnan yang berjalan dengan membawa tumpukan buku.

"Ada apa Sasaa?" Tanya Ustadz Adnan heran ketika sampai didepan Sasaa

"Abang janji sama aku. Apapun yang terjadi setelah pernikahan Abang dan Riani. Abang ngga boleh membenci Riani. Tapi, abang boleh membenciku" ujar Sasaa gugup dan ketakutan. Ia sungguh tak ingin mengucapkan ini. Tapi, ia harus mengucapkannya.

"Maksud kamu apa, dek? Jangan ngomong sembarangan. Abang tidak suka. Abang akan menerima semuanya dengan sukarela" ujar Adnan dan merasakan firasat buruk tentang adiknya ia juga paham maksud dari perkataan nya Sasaa.

Tapi entahlah Adnan bingung. Apa yang sedang Ifa Rencanakan? Tidak cukupkah dia menghancurkan Hidup Maria?






















_________________
Demi apa kalau bukan demi kalian? Toh! Part-nya udah aku panjangin.

Ini juga sebagai rasa permintaan maafku karena Ngga Up dari kemaren.

Gimana? Masih ada yang mau membenci Ustadz Adnan ngga?

Sampai ketemu lagi dipart selanjutnya...

Ngomong-ngomong kalian sayang Author ngga?😄 Hehe

Cinta Seorang Ustadz | (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang