41. penjelasan

22.2K 908 4
                                    

Rugi sekali jika Seorang Pria melepas wanita yang cantik akhlaknya demi mengejar wanita yang cantik wajahnya

Cinta Seorang Ustadz 💐
CSU

"Jelaskan semua kepada ayah! Kenapa kamu melakukan ini?!" Sentak Bara dengan nafas memburu. Bukan hanya malu ia juga kecewa dengan putrinya. Bisa-bisanya dia berprilaku seenaknya sendiri dan egois di pondok.

"Maria bisa jelasin ayah" ujar Maria dengan tangisan kecil dan berlutut di kaki sang ayah.

"Jelasin apa! Kamu udah bikin malu ayah sama bunda! Kenapa Maria, kenapa?! Jelaskan kepada Ayah sekarang! Ayah sungguh berharap kamu kamu berubah. Tapi_" ujar Bara dan memijit pelipisnya yang berdenyut.

"Ayah, Tenang dulu. Ayah harus perhatikan kesehatan ayah" ujar Mitha lembut dan menuntun Bara untuk duduk kembali

"Maria" ujar Mitha lembut dan berjongkok didepan Maria yang menangis kecil.

"Bunda tau, jika Maria melakukan ini tanpa sebab. Bolehkah bunda tau alasan mengapa Maria nekat?" Ujar Mitha lembut dan mengelus Kepala yang tertutup hijab tersebut dengan  sayang

"Udahlah bun. Jangan di lembut in anak itu! Lama-lama ngelunjak! Ayah ngga pernah yah mengajarkan Maria bersikap kurang ajar!" Ujar Bara dan mendengus kesal.

"Udah lah, yah. Jangan kasar-kasar sama anak sendiri. Malu dilihat bu nyai" ujar Mitha memperingatkan jika mereka sedang dirumah orang.

"Maria minta maaf, bun. Maria akan menjelaskan semuanya dirumah. Maria ingin pulang" ujar Maria Serak dan memegang tangan ibunya yang terasa lembut.

"Tidak! Ayah ngga mau kamu pulang!" Sentak Bara membuat Ummi Marwah, Mitha, Maria terkejut akibat penolakan secara terang-terangan dari bara

"Ayah!" Peringatan mitha dan menatap bara tajam untuk sesaat dan fokus kembali kepada putri kecilnya

"Apapun yang terjadi. Kita akan pulang" keputusan final dari Mitha membuat Bara cemberut dan Maria sedikit lega.

"Ayah Ngga mau dia tinggal serumah dengan ayah. Ayah akan memberi hukuman sama dia. Dia harus tinggal di apartemen dan hidup mandiri" ujar Bara dan mendapat tatapan protes dari Mitha.

"Maksud ayah apa?" Tanya Mitha dengan pandangan tajam dan memprotes.

"Maaf mengganggu' urusan pribadi kalian. Akan lebih baik Maria tinggal disini saja daripada Tinggal diapartemen. Saya takut terjadi apa-apa dengannya" Ujar Ummi Marwah sungkan dan mendapat tatapan protes dari anaknya.

"Sudah lah, ummi. Itu masalah mereka. Kita tidak berhak ikut campur" ujar Sasaa kesal dan mendengus Lelah

"Apapun keputusan mereka. Kita harus menerimanya. Kita tidak berhak mengatur Maria" ujar Adnan membela sang adik yang menatap Maria dengan pandangan iba

"Tidak perlu Bu nyai. Kami sudah merepotkan Anda dan keluarga anda. Terimakasih sudah menampung Maria. Dia akan saya bawa ke apartemen. Agar dia bisa memiliki sikap Mandiri dan tidak egois" ujar Bara dan menyeret Maria keluar dari Rumah Ummi Marwah

"Maafkan kelancangan Suami saya Bu. Terimakasih telah mendidik Maria. Saya pamit. Assalamualaikum" ujar Mitha dan mengikuti bara yang menyeret Maria menuju mobil. Tak lupa Mitha membawa koper milik Maria

"Tidak apa-apa,Bu. Saya merasa Senang telah mendidik Maria. Ibu, tidak perlu sungkan. Wa'alaikummussalam" Ujar ummi dan tersenyum manis kepada Mitha yang menggangguk dan tersenyum kecil

"Ya Allah. Kuatkan lah hati Maria" guman ummi Marwah Sedih dan dapat didengar oleh Kedua putra-putri nya. Dan mengikuti Mitha yang telah keluar rumah terlebih dahulu.

"Ummi masuk dulu. Jika ada apa-apa. Panggil ummi di dapur" ujar ummi dan masuk kedalam rumah.

"Bang. Aku merasa bersalah telah memberikan surat Pertanyaaan keluar. Tapi, aku rasa ini harus  terjadi. Apapun resikonya" ujar Sasaa dengan dengusan kecil

"Abang juga merasa sedih dan bersalah. Apalagi reaksi kedua orang tua Maria. Abang merasa sedih. Abang takut dek kalau dia tinggal di apartemen, dunia ini keras. Semoga Allah Selalu melindungi Maria dimanapun ia berada" ujar Adnan pelan dan mengikuti jejak umminya masuk kedalam rumah.

Maaf Maria. Mungkin ini tidak adil buat kamu. Tapi inilah yang terbaik demi masa depanmu batin Sasaa dan ikut serta masuk kedalam rumah dengan perasaan campur aduk

Juga maafkan sikapku yang keterlaluan terhadapmu maria. Disatu sisi aku senang melihatmu menderita di satu sisi pula aku merasa iba batin Sasaa dan duduk di kursi ruang tamu merenung apakah keputusan yang ia ambil benar atau tidak

Sementara disisi lagi. Sang Ayah terus saja mengoceh dan melirik Maria tajam

"Ayah. Bisa diem ngga? Kasihan Maria yang kelelahan" Ujar mitha   mengelus kepala Maria sayang dan Maria bersandar di bahu Mitha

"Yah mau bagaimana lagi bun. Dia membuat malu harga diri Ayah. Apalagi Pak nyai itu Sahabat Ayah semasa SD" ujar Bara kesal menggeram kecil

"Sudah lah, yah. Semuanya sudah terjadi. Ini takdir dari Tuhan" Ujar Mitha Dan Menepuk memperingatkan bara agar tidak menggerutu terus-menerus apalagi dia sedang menyetir. Kan bahaya

"Terserah kamu saja, bun. Ayah udah capek mengurus Maria yang sering bikin masalah" ujar bar ketus melirik Maria sinis

"Kamu ini. Gini-gini Maria itu anak kamu. Sifatnya juga nurun dari kamu" ujar Mitha mendengus kecil.

"Udah tau, bun. Tapi Kenakalannya itu loh, Bun" ujar Bara greget sendiri.

"Loh! Kamu juga dulu ngga kalah nakal? Apalagi dulu kamu suka bully anak Cupu Saat SMA? Kamu ngga ingat? Jadi kenakalan Maria itu nurut sama bapaknya" ujar Mitha membuat Bara yang fokus menyetir Cemberut.

Ah! Masalalu masih di ungkit saja batin bara sambil menghela nafas berat












.................
Jangan minta Part-partnya lebih panjang. Ini udah panjang tauk. Kalian gatau Susahnya Author mikir

Oh iya? Setelah ini Maria mau diapain yah?

Dan apa yang direncanakan oleh Rianita yah?

Nantikan Part, selanjutnya....

Kangen author ngga? Lopee you semuaaa

Kalian pasti kangen Maria banget

Cinta Seorang Ustadz | (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang