54. Jika Kamu Peduli

3.3K 181 1
                                    

[Kamar Hana.]

Hana tercekat, napasnya menjadi tidak teratur. Ia berusaha meraih udara kosong, berharap menemukan sesuatu yang bisa membantunya.

"Hah... Aku tidak bisa bernapas!!!" teriaknya dalam kehampaan.

Hana terus berusaha menggapai, namun ia tidak mendapat apa pun, terlebih keadaan gelap gulita ini makin memperparah keadaannya.

"Tidak! Lepaskan aku! Lepaskan aku!" lirihnya.

Perlahan, Hana dapat melihat setitik cahaya yang makin membesar dan membesar.

"Cahaya? Bisakah aku pergi ke sana?" ia ragu.

Hap!

Tubuhnya tertarik ke belakang, menjauhi cahaya tersebut.

"Tidak! Jangan pergi!!! Jangan!!!"

"Lepaskaaann...!"

Hana memberontak, berusaha melepaskan sesuatu yang menarik tubuhnya.

"Akh!"

Hana terhempas begitu saja, napasnya semakin terengah. Dengan merangkak, ia mendekati cahaya putih yang semakin mendekatkan dirinya.

"Aku tidak bisa bernapas! Tolong aku... Tolong... Kumohon..."

"Kamu tidak bisa pergi," ucap seseorang.

Hana menoleh dan mendapati Kirana yang melihatnya dengan tatapan tidak suka. Pupilnya sontak membesar.

"Kamu tidak akan pernah bisa pergi. Di sini atau di sana, kamu tidak punya tempat," ucapan Kirana begitu dingin hingga membuat tubuh Hana bergetar.

"Kamu bilang aku harus pergi, aku sudah melakukannya! Pergilah!" teriak Hana.

"Hahahaha...!"

Tawa Kirana menggema.

"Saat itu, seharusnya kamu mati. Kenapa kamu masih berkeras untuk bertahan hidup? Tidak ada yang menginginkanmu! Ayah, Mama, tidak ada..." perkataan Kirana begitu menusuk.

"Aku sudah tahu itu, jadi pergi! Jangan pernah menggangguku lagi!"

Kirana mendekat, ia berjongkok dan menatap Hana tajam.

"Kamu hanyalah anak yang tidak berharga. Kamu seharusnya sadar diri. Mati saja!"

"Tidak!"

"MATI SAJA!"

"Tidak!"

"Mati saja, Hana. Mati saja."

"Pergi!"

"Mati. Mati. Mati."

Ucapan Kirana terus terngiang, tubuh Hana semakin bergetar. Tubuhnya meringkuk seraya menutup telinganya.

"Percuma menutup telingamu karena kamu tahu bahwa kamu tidak berharga. Kamu tahu seharusnya kamu mati," Kirana terus mengutuknya.

"Tidak, kamu salah. Aku adalah manusia yang berharga, aku harus hidup. Tidak ada yang bisa memberitahuku apa yang harus kulakukan, termasuk kamu."

Hana membalas perkataan Kirana, namun matanya masih terpejam dan ia menutup telinganya rapat.

"Mati. Mati. Mati."

"Tidak...! Pergi! Pergi...!"

Hana terus mengusirnya pergi tetapi ucapan Kirana terus menghujamnya begitu pedih.

***

[Ruang Tamu Rumah Ryuji.]

"Keadaannya tidak terlalu baik. Ketua Kelima masih terus melakukan pergerakan, begitu pun dengan pihak pemerintah. Namun mereka bergerak secara sembunyi, masyarakat masih belum tahu apa yang terjadi. Hanya beberapa elit dan pejabat yang mengetahuinya," jelas Soji di panggilan telepon.

Old Man is Mine [INDONESIA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang