Chapter 13: Tertohok

3.1K 282 6
                                    

Meskipun pendingin udara bekerja dengan sangat baik, keringat dingin tetap mengucur di dahi Brianna, yang segera mengusapnya dengan kasar sebelum butiran keringat itu menetes. Jemarinya bergerak lincah di atas keyboard laptop. Berkali-kali gadis dengan rambut panjang yang diikat itu melirik jam tangannya.

Tadi pagi, seperti biasa dia bangun sebelum jam lima pagi. Setelah semua ritual pagi dijalankan, Brianna menuju ruangan training yang terletak di lantai dua hotel berbintang ini. Langit-langit di ruangan sangat tinggi dengan pencahayaan yang bagus. Spanduk bertuliskan nama perusahaan client dipasang di dinding tengah, sementara in focus diarahkan ke sisi kanan dan kiri.

Sesuai standard operational procedure yang telah dipelajarinya, Brianna mulai mengecek sound, microphone dan in focus. Kemudian dia mulai menyusun buku materi, peralatan tulis dan souvenir di meja para peserta. Setelah semua beres, dia beranjak ke meja trainer dan mulai menyiapkan laptop.

Masalahnya, saat tinggal 25 menit sebelum pembukaan acara training, laptop yang dia gunakan tidak mau tersambung dengan in focus. Sialnya lagi, dia lupa membawa sambungan kabel. Padahal kabel itu sudah digulung rapi, tapi diletakkan di bawah meja karena kerapkali dia tersandung kabel.

Tim banquet dan engineering di hotel dengan sigap menawarkan bantuan, sayangnya kabel yang tersedia hanya kabel berukuran pendek. Akhirnya dia berinisiatif untuk meng-install in focus menggunakan wifi. Hembusan napas lega terdengar bukan hanya darinya tapi juga tim banquet dan  engineering, ketika di layar besar muncul tampilan materi.

Selama proses itu, Brianna merasa Jay terus memperhatikannya. Gadis itu merasa takut karena sudah beberapa kali Jay mengeluhkan kinerjanya di lapangan. Dia memberikan pointer pada Jay dan bersiap untuk menyambut peserta yang datang.

"Brianna, nanti sore saya mau diskusikan beberapa hal sama kamu ya," kata Jay yang langsung berbalik meninggalkan Brianna tanpa menunggu reaksinya.

"Mampus, pasti deh gue diomelin." Brianna hanya bisa meringis dalam hati, merapikan blazer yang dikenakannya dan tersenyum menyambut peserta yang datang serta meminta tanda tangan kehadiran mereka.

Jam delapan tepat, training dimulai. Brianna menatap laki-laki yang sedang berbicara di depan. Berbanding terbalik dengan sikapnya di luar training, Jay terlihat luwes dalam berbicara. Dia melemparkan jokes yang disambut gelak tawa peserta. Materinya pun dibawakan secara menarik dan interaktif. Brianna banyak mengabadikan kegiatan training dengan kameranya. Kamera kantor, lebih tepatnya.

Sesi satu dan dua berjalan dengan lancar, kemudian break makan siang. Brianna mengecek kelengkapan games sekali lagi sebelum makan. Setelah semua dirasanya beres, baru dia bisa dengan lega makan siang.

"Jadi, Mbak Brianna ini sudah lama kerja di FWU?" tanya Pak Toro, client mereka di perusahaan yang mengadakan training di Semarang ini.

"Baru sekitar tiga bulan, Pak," sahut Brianna sopan setelah menelan makannya.

"Kabarnya, di FWU banyak anak muda, ya Mbak?" tanya Pak Toro lagi sambil menyuapkan puding.

Makanan di hotel ini memang enak-enak. Brianna mengakui, sebagai asisten trainer yang kerap bepergian ke berbagai kota dan menginap di hotel, makanan adalah godaan terberatnya. Saat training berlangsung, maka akan ada sarapan, dua kali coffee break, makan siang dan kalau beruntung, akan ada makan malam. Hal ini membuatnya harus menahan diri mati-matian kalau nggak mau kelebihan gula dan lemak. Terkadang, dia iri pada Jay. Laki-laki itu sepertinya dianugerahi metabolisme sempurna. Semua makanan yang dimakannya tidak meninggalkan lemak berlebih sehingga bentuk tubuhnya tetap proposional.

"Iya, Pak," jawab Brianna.

Obrolan kemudian melebar ketika Pak Toro menanyakan tentang keluarga, kuliah dan berbagai hal lainnya. Bapak berperut tambun ini client yang dianggap sedikit bawel oleh Fidel. Sebelum berangkat kemarin, Fidel memang sempat wanti-wanti kalau Pak Toro senang bertanya berbagai hal.

"Brianna, kalau sudah, saya mau cek persiapan games ya." Suara dalam Jay memotong pertanyaan Pak Toro yang baru saja bertanya apakah Brianna sudah punya pacar.

Gadis berambut panjang itu mengangguk lalu berdiri, diikuti oleh Jay. Mereka berpamitan pada Pak Toro lalu berjalan menuju ruang training.

"Kamu mau kemana?" Brianna mengerutkan kening mendengar pertanyaan Jay. Saat itu dia sedang menuju lift.

"Ruangannya kan di lantai dua. Jangan naik lift, kita naik tangga aja. Sekalian nurunin makanan. Olahraga dong biar nggak buncit." Perkataan Jay sontak membuat Brianna tertohok dan melirik perutnya sendiri.

Miracle Work Of Happiness (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang