Suasana kantor sedang hiruk pikuk. Beberapa training berjalan bersamaan. Brianna sedang menyusun daftar games dan perlengkapan training yang dibutuhkan oleh Jay. Seseorang menyalakan aplikasi rotify yang memutar lagu-lagu dengan beat mendayu-dayu.
"Siapa sih yang nyalain lagu ini? Hey, Lex, bisa diganti nggak lagu lo? Ngantuk gue jadinya," protes Jay sambil berjalan menuju meja kerja Brianna.
Lexy hanya tertawa dan malah mengeraskan suara speakernya. Jay mendengus melihat kelakuan rekan kerjanya yang sekarang berjoget-joget. Beberapa teman mereka tertawa melihat kelakuan laki-laki berpipi chubby itu.
"Brianna, sudah sampai mana persiapan kita? Bisa crosscheck sekarang?" tanya Jay.
Perempuan berkacamata dengan rambut digulung itu mengangkat wajahnya. Dilihatnya Jay sedang mengerutkan kening melihat meja yang super duper berantakan. Ada beberapa kartu permainan, kertas-kertas administrasi untuk absensi dan gulungan-gulungan kertas. Dia bergegas meraup gulungan kertas dan menumpuknya di sudut meja.
"Boleh dua jam lagi, Jay? Aku masih menyiapkan beberapa hal." Jay menatapnya dengan tajam lalu mengangguk dan bergegas meninggalkan meja Brianna. Dia melewati Lexy yang sekarang sedang mengikuti nyanyian Pia Bolen sambil menggoyangkan pinggul, lalu tertawa.
Sejenak Brianna tertegun mendengar tawanya. Dia kira, Jay semacam inspektur kebersihan yang luar biasa tegas dan pelit senyum. Seminggu pertama masa adaptasinya, dihabiskan dengan mendengarkan gerutuan Jay mengenai betapa berantakan dirinya. Terkadang, gerutuan itu membuatnya senewen. Bayangin, dia lagi menyiapkan beberapa peralatan games yang dibutuhkan ketika Jay datang dan mulai mengomel mengenai hulahop yang tergeletak di samping mejanya.
"Kenapa sih ada Holahop? Duh, nyempit-nyempitin banget sih." Tanpa banyak bicara, Brianna memindahkan hulahop.
"Meja kamu berantakan, ya? Pusing saya lihatnya," keluh Jay lagi.
"Ya udah, jangan dilihat," katanya dalam hati, tentu saja. Mana berani dia membalas ucapan Jay.
Seminggu mengenal laki-laki itu, Brianna sudah tahu tipe orang macam apa yang menjadi atasannya itu. Jay tergila-gila dengan kerapian dan kebersihan. Setiap pagi, laki-laki itu selalu mengelap mejanya yang sudah bersih tanpa noda, sebelum duduk dan mulai merapikan semua barang di mejanya yang sebenarnya tidak perlu dilakukan. Selama bekerja, tidak ada satupun barang yang berantakan di sekitarnya. Meskipun sibuk, tidak akan ada satupun kertas tercecer keluar dari tumpukannya.
Awalnya Brianna terkagum-kagum. Sangat jarang dia melihat laki-laki yang begitu menghargai kebersihan dan kerapian. Tapi lama-lama, dia senewen juga melihat kerewelan Jay.
Selama seminggu itu, Brianna berusaha menahan diri untuk tidak menyemprot atasannya yang berulangkali menegur karena standar kerapian gadis itu jauh di bawah standar. Setidaknya usaha menahan dirinya berhasil sejauh ini. Setiap Jay datang, dia menumpuk kertas-kertas dan mendorong peralatan games ke bawah meja.
"Bee, bikin teh, yuk." Tiba-tiba saja muka Lexy muncul di depan mejanya.
"Sorry, Lex. Tuan-pecinta-kebersihan mau crosscheck dua jam lagi." Wajah chubby Lexy mengendur dalam tawa.
"Ooo ... baiklah, gue bikin aja sendiri." Brianna hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah Lexy. Terkadang dia tidak habis pikir, bagaimana laki-laki itu saat di ruangan training bisa menjadi trainer finance yang memberikan materi dengan cara yang luar biasa menarik. Mungkin sikap humorisnya yang membantu.
Brianna kembali memusatkan perhatian pada pekerjaannya. Sebelum batas waktu dua jam yang dijanjikannya, semua persiapan sudah selesai. Gadis itu memanggil Jay untuk melakukan crosscheck. Hal ini perlu dilakukan, agar saat training berlangsung, semua peralatan siap.
Mata tajam Jay meneliti daftar persiapan dan mencocokannya dengan barang-barang yang ada di meja Brianna. Setelah beberapa saat, dia menganggukkan kepala dan memberikan daftar itu kembali.
"Oke, semua udah ada. Jangan lupa siapin laptop, kamera dan materi dalam flashdisk. Sebaiknya kamu pakai koper untuk membawa semua barang ini. Oh, satu lagi, sebaiknya kamu bersihkan keyboard dulu. Banyak debu, tuh." Setelah itu Jay berpaling pergi tanpa menunggu tanggapan Brianna.
Sejenak gadis itu terpana. Dari sekian banyak hal, Jay sempat-sempatnya mengecek apakah keyboard-nya berdebu atau tidak. Bahkan ibu, yang katanya adalah orang paling bawel akan kebersihan di rumah, tidak pernah mengecek apakah keyboard-nya berdebu atau tidak. Orang bilang, setiap manusia diciptakan unik, mungkin Jay salah satu keajaiban dunia yang tergila-gila dengan kebersihan dan terdampar di sudut kantor ini.
"Ganteng sih, tapi bawelnya ngalahin emak-emak," kata Brianna perlahan sambil menggelengkan kepalanya dan mengambil barang di kolong meja.
"Siapa yang kaya emak-emak?" Suara itu mengagetkan Brianna yang terlonjak dan kepalanya membentur pinggir meja.
"Ya ampunnn, Lexy. Bisa nggak sih, nggak ngagetin orang?" Sembur Brianna yang mengelus-elus kepalanya. Sepertinya agak benjol sedikit.
"Maap, Bee. Sengaja," Tawa laki-laki itu pecah melihat gadis di hadapannya melotot.
"Cuma mau ngasih ini," sambung Lexy cepat-cepat sebelum dia dihajar dengan kekuatan bulan oleh Brianna. Dia meletakkan mug berisi teh yang masih mengepulkan uap lalu berlari menuju mejanya sendiri.
Brianna hanya ternganga. Mungkin dia salah. Jay bukan satu-satunya keajaiban dunia yang terdampar di sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle Work Of Happiness (Completed)
Genç Kız Edebiyatı[Sudah diterbitkan oleh Penerbit Cerita Kata] Sadar salah jurusan kok pas wisuda? Usaha Brianna untuk mencari pekerjaan di luar bidang kuliahnya memang membuahkan hasil. Masalahnya, banyak sekali tantangan yang dia hadapi setelah nyebur ke pekerjaan...